Mohon tunggu...
IB Ilham Malik
IB Ilham Malik Mohon Tunggu... profesional -

Senang membaca, menulis dan berdiskusi. Juga berupaya mempraktekkannya....

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengevaluasi Mudik 2016

12 Juli 2016   16:42 Diperbarui: 12 Juli 2016   16:52 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Seperti biasa, arus mudik pada hari raya ramadhan selalu menjadi perhatian semua pihak. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memastikan mudik berjalan lancar. Secara umum tidak ada masalah. Soal kereta api, penyeberangan, dan penerbangan, hampir semuanya berjalan dengan baik. Kendala hanya ada pada Brexit.

Tapi hal itu terjadi hanya karena ada penyempitan jalan sehingga kapasitas jalan yang semula besar, tiba-tiba mengecil, menyempit. Bahasa lainnya yaitu bottle neck. Didiskusikan bagaimanapun, solusinya akan sama, yaitu hapus semua bottle neck supaya tidak kembali menimbulkan masalah di masa yang akan datang. Selesai.

Berikutnya adalah tentang pertumbuhan jumlah kendaraan dan pemudik. Hal ini memang selalu terjadi, trend-nya selalu meningkat setiap tahun. Itu artinya makin banyak orang yang merantau dan makin banyak orang yang meningkat taraf hidupnya. Buktinya mereka bisa mengalokasikan dana untuk mudik, terlepas dari cara apapun yang mereka lakukan untuk mendapatkan biaya tersebut. Tapi intinya mereka memiliki dana untuk mudik.

Dan itu ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah pemudik setiap tahunnya. Disatu sisi ini pertanda baik, dimana masyarakat menjadi sejahtera, namun disi lain muncul masalah lama yaitu adanya ketimpangan pembangunan antar daerah. Dan itulah yang menyebabkan terjadi migrasi dan urbanisasi, yang kemudian menumpuk di musim mudik ramadhan.

Tidak ada yang salah dengan mudik itu sendiri. Sebab kembali ke kampung halaman adalah sebuah ibadah dan berkah. Hal yang menjadi sorotan adalah mengapa tingkat migrasi ini (permanen maupun tidak permanen) terjadi? Jawabnya adalah karena adanya ketimpangan pembangunan antar daerah (JICA-RI, 1997), yang menjadi penyebab mudik menjadi membludak setiap tahunnya. Dan tentu saja hal ini harus diselesaikan dengan cara lain. Tidak bisa semuanya diselesaikan melalui pendekatan traffic management saja, atau hanya melalui pendekatan infrastructure investment saja.

Formulasi besar sangat dibutuhkan sebagai guidebagi pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini yaitu roadmap penanganan masalah mudik dan pemerataan pembangunan. Dan itu yang harus disusun oleh para expert dan pelaku lapangan (pemerintah dan pengusaha). Dengan adanya roadmap yang detail dan instruksinya jelas, maka masalah demi masalah pada masa mudik bisa dikurangi.

Tahun depan tentu saja masalah Brexit akan selesai. Setidaknya hal ini ditunjukkan dengan adanya komitmen pemerintah untuk menyelesaikan masalah penyempitan dan tundaan perjalanan disepanjang jalan tersebut. Namun jangan lupa, jumlah kendaraan akan meningkat juga. Volume kendaraan ini meningkat karena peningkatan kesejahteraan masyarakat, proyeksi penjualan kendaraan yang harus mencapai target, munculnya migrasi dan urbanisasi yang terus terjadi akibat ketimpangan ekonomi, dan sebagainya.

Sehingga, potensi terjadinya problem baru sangat besar. Sementara dana pemerintah sangat terbatas sehingga harus dicarikan formulasi untuk mendapatkan sokongan dana. Belum lagi proses pembangunannya juga membutuhkan waktu, mulai dari pembebasan lahan hingga ke fase operasional, dan seterusnya. Karena itu masyarakat tentu dituntut untuk sabar menghadapi mudik di tahun depan. Sebab penyelesaian masalahnya cukup kompleks dan membutuhkan waktu juga menghadapinya.

Karena itu penyelesaian masalah mudik, selain menyelesaikan yang nampak didepan mata, tetap juga dibutuhkan penyelesaian masalah yang tidak nampak namun sangat esensial, yaitu masalah ketimpangan pembangunan. Jika masalah ini tidak mampu diselesaikan dengan baik, dimana Jakarta akan selalu menjadi pusat ekonomi utama dan satu-satunya, tentu hal ini akan menimbulkan masalah. Bisa kita lihat, volume kendaraan se-Jakarta mengalir kemana-mana menimbulkan kemacetan. Dan Jakarta, sebuah areal kecil dihuni oleh jutaan kendaraan, kini semakin dimaklumi kenapa mengalami macet ekstrim setiap saat. Karena aliran dari kendaraan ke Jawa dan Sumatera saja bisa menimbulkan masalah serius.

Mudik tahun ini relative baik, meskipun puncak masalahnya ada di Brexit. Dan pada zona inilah masalah itu berada. Solusinya sudah disiapkan oleh pemerintah dan kini menunggu pelaksanaannya. Dan tentu saja menunggu kesiapan anggaran. Namun persoalan ketimpangan dalam pembangunan daerah, dan juga masalah kesenjangan ekonomi antar satu daerah dengan daerah lainnya, semestinya mendapatkan porsi perhatian serius. Jika masalah ini bisa diselesaikan, maka sebagian besar masalah di republik ini akan selesai. Karena ketidakadilan pembangunan memang membawa sedemikian banyak masalah.

IB Ilham Malik, Mahasiswa S3 Urban dan Regional Planning, Faculty of Environmental Engineering, The University of Kitakyushu, Jepang. Penerima beasiswa Monbukagakusho MEXT 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun