Mohon tunggu...
Anugerah Putera
Anugerah Putera Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Santri Pondok Pesantren Darunnajah Angkatan XXXVI

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bab 16: Akhir Sebelum Akhir, Ujian Nihai (I Always Need You)

27 Juni 2013   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:21 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hari pertama ujian Nihai…  Mata pelajaran yang diujikan hari ini adalah Shorof, Munjid, dan ‘Imla. Sepeti biasa,ba’da Shubuh aku langsung mandi, sarapan, merpersiapkan peralatan tulisku. Waktu masih tersisa setengah jam lagi. Seluruh santri kelas 6 sudah meninggalkan asrama dan menuju ke masjid untuk mengulang-pelajaran yang telah di pelajari semalam. Bahkan ada yang bercanda dan berbicara entah apa yang dibicarakan. Terkesan meremehkan.

Setengah jam sudah sudah berlalu, ustadz Syarif sudah menyuruh kami untuk menuju GOR. Ujiannya berlangsung di GOR. Untuk putra di bagian kanan GOR. Kursi dan meja disusun rapi memanjang ke belakang. Di bagian tengah kosong dan di bagian kiri tersusun rapi meja dan kursi untuk putri. Pengawas hari ini adalah pak Kusen dan ustadz Syarif.Sedangkan putri diawasi oleh bu Diah dan ustadzah Siti Kholilah. Mereka mulai membagikan lembar soal dan lembar jwaban kepada kami setelah ada aba-aba dari kepala sekolah.

Hah? Ada bu Diah? Alhamdulillah kalau begitu. Ada pemandangan indah…, batinku.

Bu Diah adalah guru yang paling cantik menurutku. Wajar saja jika banyak santri putra yang suka dengan beliau. Dengan balutan jilbab biru mudanya, baju dan rok panjang biru tua, ditambah dengan kacamata yang membuatnya semakin manis. Tidak sedikit dari santri putra yang mencuri pandang kepada beliau sambil mengerjakan ujian. Sangat mengganggu kosentrasi memang, tapi itulah makhluk ciptaan Allah S.W.T yang tiada duanya. Kebetulan aku duduk di baris ke-3 dari depan, jadi aku dapat memandanginya dengan jelas.

2 jam sudah berlalu…

“Kriiiiiiiing…" suara bel berdering.

“Baiklah, anak-anak… Waktunya sudah habis. Lembar jawaban dikumpulkan di depan, lembar soal boleh kalian bawa."

Tapi belum ada satupun yang berdiri. Ada yang masih mengerjakan, ada yang sudah selesai tapi pura-pura mengerjakan -sepertiku- karena malu atau gengsi. Menunggu hingga ada yang berdiri, baru semuanya ikut berdiri. Uqi sudah berdiri duluan dan maju ke depan. Aku menyusuinya. Saatnya untuk kembali ke kamar dan tidur sambil menunggu Dzuhur…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun