“Thayyib”
Begitulah persahabatan kami dimulai. Dia mentraktirku makanan di koperasi. Aku juga balas mentraktir dia. Lama-kelamaan kami akur. Kalau ke mana-mana hampir selalu bersama. Dia memiliki rumah di belakang pesantren, di wilayah putri. Terkadang dia pulang ke rumahnya dan kembali keesokan paginya dia kembali ke asrama.
“Han, -2 x 4 berapa hasilnya?…” tanyaku.
“Hasilnya -8” jawabnya tenang.
“Kaifa cara menghitungnya?”
” 2 x 4 = 8, negatif dikali dengan positif hasilnya negatif, jadi hasil akhirnya adalah -8” jelasnya.
“Ooo, begitu… Syukron…”
“’Afuan…”
Kalau ada pelajaran bahasa Inggris, giliran dia yang bertanya padaku. Dia tidak bisa berbahasa Inggris. Padahal menurutku, bahasa Inggris lebij mudah dari bahasa bahasa Arab.
“Put, ma ma’na always?” tanyanya.
“Selalu.” singkatku.