Mohon tunggu...
Hermanto Harun
Hermanto Harun Mohon Tunggu... Dosen - selau membutuhkan pengetahuan

Lahir di Batu Penyabung Sarolangun Jambi. Mengabdi kepada negara sebagai tenaga pengajar di beberapa institusi Pendidikan di Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sensitifitas Seorang Intlektual

10 Mei 2020   16:26 Diperbarui: 10 Mei 2020   16:23 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tajuk Makna Diri, intuisi harapan itu berlanjut. Bagaimana Prof Wan mengilustrasikan sebuah kekuatan besar yang mesti bermula dari kebersamaan. Meminjam ilustrasi dari sebiji pasir yang bisa memancak bumi dan sebiji kelapa yang dapat mengembangkan kepulauan yang menjadi awal membangun kekuatan.    

Sebiji pasir, jika mengenal makna diri, Menyatu menjadi gunung memancak bumi.

Sebiji kelapa mampu mengembangkan sebuah kepulauan, Setiap bahagian mensejahtera kehidupan.         

Ada banyak luahan dalam karya ini yang secara keseluruhan berjumlah 71 tajuk dengan 129 halaman. Semua terasa begitu kaya akan makna dan kandungan hikmah, serta tunjuk ajar kebaikan yang dapat dijadikan ibrah dalam renungan. Dalam membacanya terasa mengalir nasehat dan petuah dalam menuntun jalan menuju ridha Pencipta yang pebuh rahmah. Sebuah karya akan bermakna manakala ditulis dengan rasa tanggung jawab dan mengharap keberkahan berlimpah. Sebagai pesan beliau dalam buku ini; Karya ini seperti puisi saya yang lain juga, bukan manisan telinga, tetapi untuk renungan mendalam dan disusuli tindakan bijak, berani dan berimbang rasa, dan adil untuk semua.

Semoga setiap hurup dalam karya ini akan menjadi cahaya peenerang jalan, jariyah-nya senantiasa mengalir sampai waktu mengakhiri zaman. Sebagai seorang murid, saya tidak lelah berdoa, semoga segala ilmu yang pernah beliau hibahkan senantiasa menjadi pengingat dalam setiap bait doa yang saya lantunkan. Sebagaimana Imam Ahmad bin Hambal yang pernah berkata untuk sang gurunya Imam Syafi'I; saya tidak pernah tidur walau semalam selama tigapuluh tahun, kecuali saya berdoa untuk Imam Syafi'I dan memohonkan ampun kepada Allah untuknya. Amin. Wallahu a'lam.           

Hermanto Harun, Pensyarah Universiti Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saefuddin Jambi.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun