Mohon tunggu...
Hermanto Harun
Hermanto Harun Mohon Tunggu... Dosen - selau membutuhkan pengetahuan

Lahir di Batu Penyabung Sarolangun Jambi. Mengabdi kepada negara sebagai tenaga pengajar di beberapa institusi Pendidikan di Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penolakan Dakwah UAS

4 Januari 2018   12:02 Diperbarui: 4 Januari 2018   12:08 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketiga. Tipologi dakwah UAS yang wasathiyah (moderat) bisa merangkul semua puak yang selama ini sulit untuk bersua dalam satu titik temu, dengan sikap yang sesuai jargon 'jadilah da'i sebelum menjadi hakim' (du'at qabla qudhat), seolah berwujud deklarasi pemersatu umat dalam wadah ukhuwah. Dengan melakukan pendekatan (nata'awanu fi ittafaqna alaihi),bersinergi dalam kebaikan yeng telah disepakati, setidaknya bisa menjadi embrio atas prakarsa arus baru kekuatan umat. Kekuatan ini dari perpsektif sosial, ekonomi, politik, jelas bukan remeh temeh, namun laik untuk menjadi 'modal' massa yang dapat memindahkan posisi periferal umat ke tengah gelanggang dinamika politik bernegara.

Tiga hal di atas, setidaknya bagi mazhab Machiavelis dalam politik kekuasaan, jelas menjadi ancaman. Jika jelas demikian, maka sebelum UAS menularkan misinya lebih jauh ke tengah umat, maka pengaruhnya harus diredupkan segera, atau, jika memungkinkan untuk diamputasi. Dan jalan yang lebih realistik adalah dengan cara penolakan. Sebab, jika sudah ada yang menolak, berarti ada hal yang segera diambil langkah demi ketertiban dan bahkan demi alasan keutuhan berngara bangsa. Inilah justifikasi yang lebih pas, karena kekuatan negara ada dalam otoritasnya, dan otoritas itu ada dalam asumsi dan perpesptif orang yang sedang duduk di atas kekuasaan itu. Bukankah, kebenaran otoritas itu seringkali mengalahkan otoritas kebanaran?

Sebagai kawan seangkatan, penulis selalu berharap, semoga UAS tetap menjadi aggota Islah yang muslih, seperti idealisme nama angkatan itu dahulu di tabuhkan. Amin. Wallahu'alam.

*Dosen Pascasarjana UIN STS Jambi, ketua Organisasi Interasional Alumni al-Azhar Provinsi Jambi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun