Mohon tunggu...
Hendra Rachman
Hendra Rachman Mohon Tunggu... -

AKu orangnya simpel, ga neko-neko hoby makan, dengerin musik, nonton filem, nyanyi, nari juga dan yang paling aku sukai adalah tidur........

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Anjing

6 November 2010   06:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Karena mendengar lolongan anjing, ayah tersintak lalu keluar

Ayah : Suara apa itu? Kalau berburu, baru kemarin. Atau jangan-jangan ada yang
menggagu anjingku. (menuju kandang)
Ayah : Heh..!! Anak bodoh sedang apa kau? Mengapa kau di dalam kandang anjingku?
Anak : Aku ingin di sayang seperti anjing itu.
Ayah : Mana dia? Mana anjingku? (Sambil menyeret anaknya keluar dan membawa ke
tengah panggung)
Anak : Sudah mati aku pukul pakai parang itu. (menunjuk ke arah parang di lantai)
Dia jahat. Dia tak mau tukar tempat dengan ku.
Ayah : ( Semakin marah dan sambil mengambil parang itu). Anak bodoh. Anjing itu lebih
pintar dari kau. Kamu harus menggatikan nyawanya. (menusukkan parang pada
anaknya)
Anak : Terpekik panjang lalu diam dan tergeletak.
Ayah : Terpana,. Nanar. Bingung.

Pada saat bersamaan ibu kembali dari luar sambil berlalri tergesa-gesa dan mendekati anak.

Ibu : Bapak.! Apa yang kau lakukan? Kau membunuh anakku. Aku tidak terima ini.
Demi Tuhan aku tidak terima ini. (mengambil parang dan menghujam bapak)
Bapak : Teriak kesakitan lalu diam
Ibu : (Gusar) Biar orang menganggap aku gila. Ataupun pembunuh. Ini pantas kau terima
karena ini demi anakku. Darah dagingku.

Sesaat keadaan sepi...

Ibu : (Menangis) Anakku............Oh.....anakku. (mengakiri hidupnya)

>>>>>.........................................>>>>>>>>>>>>>>...........

Sungguh Aku tak berniat untuk mengubah ataupun Plagiat cerita dari teater aslinya...
tapi hanya sekedar bentuk Apresiasiku untuk mengingat dan menceritakan kembali apa yang aku liat aku rasakan waktu memainkan teater aslinya yang kemudian disesuaikan dengan situasi yang pernah kutemui...... :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun