Mohon tunggu...
Sugiharto Mohammad
Sugiharto Mohammad Mohon Tunggu... karyawan swasta -

...lelaki yang terus mencari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru Berkarakter Mulia

26 November 2012   05:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:40 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini dunia pendidikan kita disorot tajam oleh masyarakat. Mulai dari masalah tawuran antar pelajar hingga rendahnya kompetensi dan daya saing lulusan. Serangkaian kebijakan pun segera diambil oleh pemerintah,mulai dari mengintegrasikan pendidikan karakter bangsa dalam kurikulum hingga yang baru-baru ini sedang dipersiapkan yaitu kurikulum baru.

Salah satu butir penting yang dijadikan alasan perubahan kurikulum ini adalah;bahwa kompetensi lulusan saat ini belum menunjukkan akhlak mulia. Tentu saja dengan kurikulum yang baru ini pemerintah berharap akan ada peningkatan mutu lulusan. Tetapi tentu saja semua itu tergantung pelaksana di lapangan: guru. Guru adalah komponen paling penting dan menentukan dalam pendidikan. Kurikulum jelek di tangan guru yang baik tidak akan kelihatan jeleknya, sebaliknya sebagus apa pun kurikulum jika kualitas gurunya jelek juga tidak akan ada artinya. Lalu bagaimana guru yang baik itu?

Jika kompetensi paling penting dari lulusan yang diharapkankan adalah akhlak mulia, tentu saja seorang guru yang mengajar tidak cukup hanya memiliki kompetensi pedagogis dan profesional semata, akan tetapi juga kompetensi personal yang memadai. Ini berarti bahwa seorang guru sebagai orang yang di-gugu dan di-tiru juga harus mempunyai karakter yang mulia dan jauh dari karakter tercela. Seorang guru yang pandai tetapi bekarakter tercela hanya akan melahirkan lulusan-lulusan yang cerdas tapi culas, berpengetahuan tapi hanya sering berpangku tangan.

Hal ini sebenarnya sudah sejak dulu dinasehatkan para leluhur kepada kita. Dalam Serat Wulang Reh Pupuh Dhandanggula pada(bait) ke-5 ,Sri Susuhunan Pakubuwana IV menasehati putra-putranya sebagai berikut:

Lamun sira hanggeguru kaki

hamiliha manungsa kang nyata

hingkang becik martabate

sarta kang wruh hing kukum

kang ngibadah lan kang wirangi

sukur oleh wong tapa

hingkang wus hamungkul

tan mikir pawehing liyan

iku pantes sira guranana kaki

sartane kawruhana

(Jika kalian berguru, ananda

pilihlah manusia yang sunguh-sungguh

(yang) baik martabatnya

serta yang tahu hukum (aturan agama)

yang taat beribadah dan wira’i (menjaga diri dari perbuatan maksiat)

akan lebih baik jika mendapati seorang pertapa

yang sudah menunduk (tidak melihat ke atas, tidak sombong)

tidak mengharap pemberian orang lain

itulah orang yang pantas kau jadikan guru

maka hendaknya kalian ketahui)”

Kutipan di atas bersisi karakter ideal seorang guru yang masih relevan hingga saat ini. Seorang guru hendaknya mempunyai karakter;

1.becik martabate (baik budi pekertinya);

Seorang guru hendaknya mempunyai jejak rekam yang baik, tidak pernah terindikasi, apalagi terbukti, melakukan tindak pidana yang mencemarkan namanya atau institusi tempatnya bertugas.

2.wruh ing kukum (mematuhi hukum/perintah agama);

Guru yang berkarakter mulia sudah sepantasnya patuh dan taat pada nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. Jika nilai-nilai agama sudah berani dilanggar maka nilai apalagi yang akan dipatuhi?

3.ngibadah (beribadah);

Guru berkarakter mulia adalah guru yang rajin beribadah. Sebab ibadah bukan hanya sekedar ekspresi keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Tinggi tetapi juga pengakuan kesejajaran kedudukan manusia di sisi Tuhan sehingga tidak ada lagi kesombongan atas manusia yang lain.

4.wirangi(menjaga diri dari perbuatan maksiat dan perbatan tercela);

Wirangi berasal dari bahasa Arab wira’iyang berarti berhati-hati dalam menjaga diri dari perbuatan maksiat. Dalam sebuah syair Arab dikatakan bahwa seorang berilmu yang wira’i lebih berat bagi setan daripada seribu ahli ibadah.

5.hamungkul (tidak melihat ke atas dalam urusan duniawi; tidak sombong);

Guru berkarakter mulia adalah guru yang tidak disibukkan oleh urusan dunia, hidupnya sederhana dan jauh dari gaya hidup hedonis.

6.tan mikir pawehing liyan (tidak mengharap pemberian orang lain)

Guru sejati tidaklah mengharap pemberian orang lain atas apa yang ia ajarkan. Guru haruslah bisa menjadi orang berilmu pewaris nabi yang dengan lantang berkata: “upah saya sudah ditanggung Allah.

Demikianlah 6 karakter guru mulia menurut Serat Wulang Reh. Lantas masih adakah guru yang memiliki karakter seperti di atas? Jawabnya masih, meski hanya sedikit. Sedikit sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun