Mohon tunggu...
Haniffa Iffa
Haniffa Iffa Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Editor

"Mimpi adalah sebuah keyakinan kepada Tuhanmu, jika kau mempunyai keyakinan yang baik kepada Tuhanmu, maka kau akan bertemu dengan mimpimu." #Haniffa Iffa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Si Cerdas dan Si Dungu Menggunakan Media Sosial

15 Desember 2018   06:12 Diperbarui: 15 Desember 2018   16:13 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Seword.com


Jagat media sosial seringkali diwarnai dengan berbagai macam berita yang menghebohkan publik. 

Belum lagi isu-isu politik turut membumbui berita-berita yang ada menyambut datangnya perhelatan akbar tahun depan, yakni pemilihan kepala negara republik tercinta ini. Tak khayal, hal tersebut turut memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang hendak menanamkan kebencian. 

Bagaimana tidak, simpang siurnya informasi yang ada, terkadang membuat kita ragu untuk mempercayai kebenarannya. Dengan demikian, hal tersebut harus membuat masyarakat lebih berhati-hati dan waspada dalam menerima maupun menyebarkan kembali ketika mendapatkan informasi.

Data dari KOMINFO yang merangkum Berita Hoax Bulanan (Oktober, 2018) menyebutkan bahwa untuk bulan Oktober saja, ada sekitar 39 laporan hoax yang telah diajukan. 

Dari 39 laporan tersebut, saya ambil satu hoax yang membuat saya begitu miris. Laporan hoax tersebut adalah tersebarnya foto badan pesawat terbelah yang diduga korban pesawat Lion Air JT 610. 

Faktanya adalah foto yang digunakan dalam postingan tersebut bukan merupakan kondisi pesawat Lion Air yang kecelakaan dalam penerbangan Jakarta -- Pangkal Pinang, foto tersebut merupakan kondisi pesawat Lion Air JT 904 dalam penerbangan Banjarmasin -- Bandung -- Denpasar yang terbelah di lautan Bali pada tanggal 13 April 2013.

Berita palsu tersebut tentunya menyayat hati keluarga korban pesawat Lion Air JT 610. Di tengah hiruk pikuknya pencarian, muncul berita yang sangat mengenaskan. Sebenarnya, di mana letak hati orang-orang yang menebar kebencian tersebut? Tidakkah hati mereka juga bisa sangat terluka jika mengalami hal yang serupa? 

Di sinilah letak si cerdas dan si dungu terlihat begitu jelas ketika menggunakan media sosial. Si cerdas tentu akan berfikir seribu kali bahkan untuk sekedar menyebarkan informasi yang ada. Tidak langsung percaya begitu saja, namun juga akan mencari sumber lain yang lebih pasti kebenarannya.

Berbeda dengan si cerdas, si dungu justru dengan hebohnya menyebarkan informasi yang ada. Menelannya mentah-mentah tanpa memasaknya dengan bijak terlebih dahulu. 

Akibatnya, banyak orang yang dirugikan dengan berita palsu tersebut. Tentunya kita juga harus memahami karakteristik bangsa kita sendiri yang notabene merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak. 

Banyaknya pengguna akan membuat informasi tersebar begitu mudahnya, begitu cepatnya. Jika hal tersebut adalah berita palsu, lantas ada berapa orang yang telah dibodohi di negara ini? Sanggupkah si dungu menghitungnya?

Saya tiba-tiba teringat dosen saya yang merupakan psikolog mengatakan bahwa "jika kalian ingin kesehatan mental terjaga, maka tidak usah mengikuti drama-drama politik yang ada". Tampak sederhana, namun ternyata hoax mampu mengakibatkan kesehatan mental kita menjadi terganggu. Si cerdas pasti mempunyai kontrol diri yang kuat sehingga tidak mudah terombang ambing dengan isu yang ada. 

Berbeda dengan si cerdas, si dungu justru menikmati kebodohan-kebodohan ini dengan terus mengolahnya dan mengolahnya sehingga mengakibatkan kedunguannya semakin menjadi-jadi. 

Terakhir, kemajuan teknologi selayaknya kita manfaatkan sebagai hal-hal yang positif, bukan malah turut memporak-porandakan mental bangsa menjadi semakin terpuruk. Keputusan untuk menjadi si cerdas dan si dungu ada di tangan Anda, silakan memilih!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun