Jagat media sosial seringkali diwarnai dengan berbagai macam berita yang menghebohkan publik.Â
Belum lagi isu-isu politik turut membumbui berita-berita yang ada menyambut datangnya perhelatan akbar tahun depan, yakni pemilihan kepala negara republik tercinta ini. Tak khayal, hal tersebut turut memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang hendak menanamkan kebencian.Â
Bagaimana tidak, simpang siurnya informasi yang ada, terkadang membuat kita ragu untuk mempercayai kebenarannya. Dengan demikian, hal tersebut harus membuat masyarakat lebih berhati-hati dan waspada dalam menerima maupun menyebarkan kembali ketika mendapatkan informasi.
Data dari KOMINFO yang merangkum Berita Hoax Bulanan (Oktober, 2018) menyebutkan bahwa untuk bulan Oktober saja, ada sekitar 39 laporan hoax yang telah diajukan.Â
Dari 39 laporan tersebut, saya ambil satu hoax yang membuat saya begitu miris. Laporan hoax tersebut adalah tersebarnya foto badan pesawat terbelah yang diduga korban pesawat Lion Air JT 610.Â
Faktanya adalah foto yang digunakan dalam postingan tersebut bukan merupakan kondisi pesawat Lion Air yang kecelakaan dalam penerbangan Jakarta -- Pangkal Pinang, foto tersebut merupakan kondisi pesawat Lion Air JT 904 dalam penerbangan Banjarmasin -- Bandung -- Denpasar yang terbelah di lautan Bali pada tanggal 13 April 2013.
Berita palsu tersebut tentunya menyayat hati keluarga korban pesawat Lion Air JT 610. Di tengah hiruk pikuknya pencarian, muncul berita yang sangat mengenaskan. Sebenarnya, di mana letak hati orang-orang yang menebar kebencian tersebut? Tidakkah hati mereka juga bisa sangat terluka jika mengalami hal yang serupa?Â
Di sinilah letak si cerdas dan si dungu terlihat begitu jelas ketika menggunakan media sosial. Si cerdas tentu akan berfikir seribu kali bahkan untuk sekedar menyebarkan informasi yang ada. Tidak langsung percaya begitu saja, namun juga akan mencari sumber lain yang lebih pasti kebenarannya.
Berbeda dengan si cerdas, si dungu justru dengan hebohnya menyebarkan informasi yang ada. Menelannya mentah-mentah tanpa memasaknya dengan bijak terlebih dahulu.Â
Akibatnya, banyak orang yang dirugikan dengan berita palsu tersebut. Tentunya kita juga harus memahami karakteristik bangsa kita sendiri yang notabene merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak.Â