Mohon tunggu...
Hanna Zwan
Hanna Zwan Mohon Tunggu... -

Perempuan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kapan Anak Didik Harus di Referal? [Sebuah Kasus#Anjani]

9 Maret 2012   03:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:20 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---Bu isti punya referensi psikolog Malang nggak bu..?---

(Sms pertama dari bu Mia)

---Bu, kalo boleh saya tanya. Dulu keluhannya Anjani apa bu berdasarkan

konseling ibu dengan Anjani..?---

(Sms kedua dari bu Mia)

********

Malang, Juli 2010 Namanya Anjani, siswa SMP kelas VII (atau kelas 1 SMP). Gadis remaja yang sangat pendiam diantara teman-teman yang lain di kelasnya, pertengahan awal memasuki kelas barunya Anjani sudah sering tidak masuk kelas. Hampir sebulan ada 10 alpha (tanpa keterangan), 10 dengan keterangan sakit. Dan ini berlaku hingga 1,5 bulan, dan tidak bosan-bosannya saya selaku guru pembimbing BK setiap kali Anjani tidak masuk saya selalu menghubungi orang tuanya. Seringnya yang mengangkat telepon rumah itu bibinya dan jawabannya selalu sakit, dan tidak mau sekolah. Akhirnya sayapun berkesempatan untuk bertemu dengan ibunya Anjani, setelah berbincang selama 1 jam lebih akhirnya saya menemukan permasalahan yang dialami Anjani. Berdasarkan informasi dari ibu Anjani, dari kecil Anjani sangat dekat dengan ayahnya. Hingga suatu hari ayah Anjani dipindah tugaskan ke Kediri, dan sejak saat itu Anjani berubah menjadi anak pendiam, sering mengurung diri di kamar. Padahal seminggu sekali ayah Anjani selalu pulang tapi itulah dampak dari kepindahan ayahnya, hingga Anjani berubah menjadi gadis remaja yang pendiam dan suka menyendiri. Satu hari sejak Anjani tidak masuk sekolah selama 10 hari, saya meminta ibunya untuk membawa Anjani masuk sekolah. Tidak membiarkan Anjani masuk gerbang sekolah sendirian tapi diantar sampai ruang BK, setelah bertemu dengan Anjani. Saya mengajak Anjani berbicara dari hati ke hati. Awalnya Anjani tidak merespon ajakan saya untuk mengobrol, itupun bukan hanya sekali tapi hampir 5 kali. Akhirnya Anjani mampu merespon ucapan saya, meski hanya dengan jawaban "iya" dan "tidak". Tapi bagi saya itu sudah luar biasa sekali, berhari-hari saya diacuhkan dan akhirnya Anjani mampu merespon apa yang saya ucapkan. Memang butuh kesabaran extra utuk melakukan pendekatan kepada anak-anak yang mengalami masalah kepribadian, karena mereka butuh perhatian dari orang lain. Setelah Anjani sudah nyaman dengan saya, akhirnya setiap ada kesempatan saya menyempatkan diri untuk berbincang dengan Anjani meskipun hanya bertanya tentang pelajaran di kelas, suasana di kelas, keadaannya dll. Sejak saat itu, setiap hari ketika saya keliling kelas pada jam pertama untuk mengecek siswa/siswi saya menyempatkan diri untuk mengecek dan mengamati Anjani dari luar kelas. "Alhamdulillah, masuk.." ujar saya dalam hati Sampai akhir semesterpun saya tetap melakukan hal itu, yaitu mengecek khusus kehadiran Anjani saat melakukan pengecekan kelas pada jam pertama, tanpa mengesampingkan anak-anak lain yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah.

**********************

[caption id="attachment_167372" align="aligncenter" width="300" caption="google.com"][/caption] Batam, 8 Maret 2012 Siang tadi saya mendapatkan sms dari bu Mia, pengganti saya di tempat saya mengajar dulu. Ternyata bu Mia mencari referensi psikolog untuk referral Anjani, lalu saya mencari tahu apa yang terjadi pada Anjani??Lagi-lagi permasalahan yang lama timbul, yaitu mogok sekolah. Akhirnya saya menceritakan detail permasalahan lama dan memberitahu pendekatan-pendekatan yang saya lakukan pada Anjani hingga ia tidak lagi menjadi gadis remaja yang pendiam, mengurung diri, menjauh dari teman-temannya di sekolah, dll. Saya menyarankan untuk tidak mereferal anjani dulu, mengapa?? Mungkin kurangnya pendekatan yang membuat Anjani belum merasa nyaman untuk berbagi, kurangnya kesabaran pembimbing dalam mengadakan pendekatan sehingga langsung saja mereferal klien. Jika saya melakukan pendekatan yang ekstra kepada klien dan ada hasilnya, mengapa tidak mencobanya terlebih dahulu. Memang pendekatan kepada anak yang bermasalah itu tidak mudah, tidak hanya sekali langsung menemukan permasalahannya tetapi berkali-kali dan membutuhkan kesabaran penuh. Akan tetapi Apabila guru pembimbing BK / konselor sekolah merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka saat inilah sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, ataupun kepolisian. Semoga saran diatas bermanfaat, khusunya untuk saya pribadi dan orang lain. Semoga Anjani lekas kembali seperti dulu, tersenyum malu-malu dan akhirnya bisa tertawa riang...

**********************

Sedang belajar apa saja...Semoga bermanfaat >_<

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun