Mohon tunggu...
Hanna Zwan
Hanna Zwan Mohon Tunggu... -

Perempuan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menata Hati, Siap Berjuang...(Sidowayah # 2)

20 April 2011   10:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berjalan + 15 menit, kamipun di arahkan di salah satu bangunan rumah khas ponorogo. Di dalam ada beberapa bapak-bapak yang duduk jongkok sambil merokok. Rumah depan luas sekali, lantainya masih alami yaitu tanah dan digelarkan terpal untuk tempat barang bawaan kami. Teh panas dan kopi sudah ada di depan kami, setelah menikmati hidangan akhirnya kamipun terlelap tidur di atas terpal dan barang-barang kami. Lelah rasanya duduk di mobil selama seharian, lupakan kasur, bantal dan guling kos. Kali ini tidur ditanah beralaskan terpal dan berbantal tas.

Nice dream......"Welcome to Sidowayah para petualang muda....!!!" Ujar bumi Sidowayah

*******

Keesokan harinya..

Mentari masih malu-malu menyapa bumi dan masih enggan menampakkan senyum eloknya di pagi ini, dinginpun menusuk tulang-tulang rongga kami. Entah tiba-tiba mata ini terbuka dan melihat kearah sekeliling, oh God...ternyata saya dan teman-teman sudah berada di.............ya, tempat PKL (atau bahasa kerennya KKN-lah biar pada nggak bingung hihi). Ternyata beberapa teman sudah terbangun tapi enggan beranjak karena masih gelap tapi dari jauh terdengar suara warga yang sudah beraktivitas. Saya dan teman-teman segera bangun dan mencari kamar mandi tentunya, kamipun melangkah keluar tak lupa membawa senter. Dengan hanya membawa senter ukuran sedang kamipun berjalan mencari kamar mandi terdekat, entah kami tidak tahu kemana arah yang kami tuju. Kanan kiri hanya ada rumah yang gelap tak berpenerangan dan ada juga yang hanya terpasang lampu 5 watt di dalam rumah gedeknya. Dua kali kami bertanya dan dua kali juga kamar mandi berukuran sangat mini hanya berukuran 1 meter dan tak beratap, satu selang ukuran paling kecil dan lagi-lagi tidak mengalir. Oh Tuhan....ini kamar mandinya???ujar kami berbarengan sambil sesekali mengelus dada. Sampai + 30 menit kami menyusuri desa dengan jalan yang naik turun dan ditambah dengan suara anjing menggonggong yang membuat kami semakin ketakutan, akhirnya kaipun menemukan satu kamar mandi masa kini tapi tidak berpintu, lumayanlah daripada tidak dapat kamar mandi. Para warga menyebutnya dengan tendon air, disini air berlimpah saat jelang subuh hingga pukul 06.00 pagi. Tendon air ini dibangun oleh LSM, dan sudah ada sejak + 3 tahun. Alhamdulillah, akhirnya mandi juga...

[caption id="attachment_101943" align="aligncenter" width="300" caption="Kos-kosan putri dari...hm.docpribadi"][/caption]

Seperti desa yang ada dalam sebuah cerita, inilah impianku da teman-teman untuk menjelajah di sebuah desa yang terletak di kaki gunung Rajegwesi. Mata kamipun terbelalak ketika melihat tempat kos yang akan kami jadikan markas, di depan kos ada halaman yang luas dan ada kebun jeruk dan mangga. Sedangkan di samping kiri kos ada pohon bambu yang rindang dan ada jalan setapak yang menurun tajam menuju sungai. Ah, indahnya...pukul 08.00 kamipun membereskan perlengkapan yang kami bawa, setelah tempat tidur tertata rapi. Jangan anda bayangkan kamar dalam sebuah ruangan, kamar kami terletak di ruang tamu yang lebar hanya diberi sekat dan itulah kamar tidur kami (perempuan), terpal untuk tidur dan shalat sudah rapi. Selanjutnya kawan kami yang laki-laki sibuk membuat dapur di depan rumah kos, dan sebagian menguras kamar mandi yang berukuran 1,5 meter, tak berpintu dan tidak beratap hanya tembok setinggi 1 meter. Huaaaaaaaaaaaa.............nggak kebayang!!!!tapi setelah diberi tembok darurat berupa gedek kamar mandipun tak bermasalah, tidak mungkin dong kamar mandi tidak berpintu. Akhirnya sayapun mempunyai ide untuk membuat pintu dari kerdus, saya mengumpulkan bambu dan ranting pohon yang tercecer didepan rumah. Saya ikat dan satukan kerdus dan ranting hingga menjadi...taraaaa ahaa, jadi deh pintu darurat hehe. Lumayan... hahahaha!!!Karena angin yang kencang, dan beberapa kali pintu terbang (hahahahaha........ampunnnnn mpe teriak-teriak) akhirnya pintu saya beri tali dantingga mengaitkan ke tembok gedek. Sibbb, NO problem..!!!

Berjalan naik turun tanjakan menuju SDN 2 yang katanya "DEKAT", dengan memakai kostum rapi atasan putih, kerudung putih, dan tentunya memakai rok hitam + SEPATU berhak....ampunnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn jauhnya,huh hah huh hah.......sampe kaki LECET, "Tau gini pake sandl jepit,huft".............

...................Welcome to the Jungle...............

Malang, 20 April 2011

***Teruntuk teman-teman muda yang senang berpetualang mencari benih-benih anak bangsa yang berpotensi

***Salam cerdas untuk anak bangsa

***Tulisan sebelumnya disini

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/01/25/senja-menuju-sidowayahsidowayah-1/

[caption id="attachment_101944" align="aligncenter" width="300" caption="Tempat tidur, shalat,dll........NO bantal, NO guling. hm.docpribadi"][/caption] [caption id="attachment_101945" align="aligncenter" width="300" caption="Tiap hari panen jeruk heuheu....hm.docpribadi"]

13032962271201322868
13032962271201322868
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun