Lho kok bisa? Mari kita lihat awal kejadian. Mobil Dul sempat oleng dan menabrak pembatas jalan tol. Masih ingat kejadian Syaiful Jamil? Polanya sama. Syaiful Jamil oleng dan menabrak pembatas jalan.
Apa bedanya? Bedanya mobil Syaiful Jamil tidak sampai nyelonong ke jalur yang melawan arah. Mengapa? Pembatas jalan tol sangat kokoh. Terbuat dari beton yang tebal dan tak goyah dihajar Avanza yang dikemudikan Syaiful. Apa dampaknya? Mobil Syaiful terbalik dan satu tewas. Tak terjadi "adu banteng" dalam kecelakaan tunggal itu.
Mari kita lihat mobil Dul. Pagar pembatas rapuh. Mengapa rapuh? Apakah pembatas jalan berupa pagar besi itu dikorupsi? Saya tak mau menuduh. Sebab, bisa saja kecepatan mobil yang tinggi sehingga menyebabkan daya dorong yang kuat dan pembatas tak mampu menahan. Bisa juga karena benar-benar terjadi korupsi. Pagar pembatas abal-abal dipakai. Aspal saja juga bisa dikorupsi kan?
Apa akibat pembatas jalan yang rapuh ini? Persis. Mobil Dul keluar menuju jalur berlawanan arah dan "braaakkkk!!! "Adu banteng" terjadi. Lawannya Gran Max. Apa akibatnya? Persis. Jumlah korban tewas bertambah tinggi.
Jadi, mari kita semua introspeksi. Termasuk pejabat kepolisian harus dan wajib introspeksi. Di saat Dulu terbaring nyaris mati, polisi mengumumkan dirinya tersangka. Ya, itu prosedur. Itu tugasnya. Betul. Hemat saya, sopan santun dan etika bisa kita tempatkan di atas itu. Status tersangka bisa saja diberitahukan kepada orang tua pelaku dan keluarga korban demi kepastian hukum dan tak perlu diumbar di depan publik.
Jakarta, 10 September 2013
Habe Arifin
REVOLUSI PUTIH: Mengganyang Kebodohan, Mencerdaskan Bangsa