Mohon tunggu...
Habe Arifin
Habe Arifin Mohon Tunggu... -

aku\r\n\r\nhanyalah rindu\r\ndari tapak yang tak perlu\r\ntidak juga kau\r\n\r\naku hanyalah perih\r\nyang perdu dan yang pedih\r\npada cinta, pada tahta\r\n\r\naku\r\ntetap Indonesia\r\nseperih apapun itu\r\nsepedih apapun itu\r\nsekejam apapun itu\r\n\r\naku\r\ntlah menikmati matahari\r\ntlah menikmati bumi\r\n\r\npada siapa aku berterima kasih\r\n\r\n10 Sept 2013\r\nhabe arifin\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selembar Kisah Dul

10 September 2013   22:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Abdul Qodir Jaelani (13), Dul, mengemudikan mobil di jalan tol dengan kecepatan tinggi. Ia tak mampu mengendalikan kemudi. Mobilnya oleh dan menabrak pembatas jalan. Pembatasnya rapuh. Mobil terus meluncur memasuki jalan berlawanan arah.

Dul makin panik. Kemudinya tak bisa normal. Mobil terus bergerak. Pengereman otomatis sistem ABS tak bisa menyelamatkannya. Mobil tetap melaju dan menabrak bodi belakang Avansa. Sampai pada posisi ini, apakah Dul masih memegang kemudi. Kita semua belum tahu.

Airbag di depan kemudi dipastikan sudah mengembang dan melindungi badan Dul. Pada saat itu juga bisa dipastikan semua sistem pengaman mobil ini berfungsi. Namun, mobil tampaknya tetap saja meluncur dan ditabrak mobil penumpang Grand Max dari arah berlawanan: adu banteng.

Tunggu dulu, saya memastikan Dul tidak menabrak mobil Gran Max. Tetapi mobil Gran Max yang tak kuasa menghindar ketika melihat mobil Dul oleng menuju ke arahnya. Setelah menabrak pagar pembatas dan bodi belakang Avanza, mustahil bisa mengatakan bahwa Dul dalam posisi sadar dan masih memegang kemudi dan menabrak Gran Max. Dugaan saya, Dul sudah lepas kendali dan mobil oleng itu ditabrak Gran Max, tepatnya Grand Max tak mampu menghindari tabrakan.

Kejadian ini bisa dilihat dari banyak sisi. Dua isu yang sekarang menjadi perhatian publik, yakni faktor usia Dul yang belum layak mengemudikan kendaraan bermotor dan korban.

Kesalahan Dul adalah melanggar UU Lalin karena usianya belum cukup memenuhi syarat mengendari mobil. Ia tak punya SIM. Ini keprihatinan saya dan kita semua sejak lama. Rata-rata setiap hari ada 58 orang meninggal di jalan. Kebanyakan didominasi pengendara motor dan usia produktif.

Fenomena Geng Motor adalah fakta berikutnya. Ini juga didominasi remaja belum cukup umur dan tak punya SIM. Mari kita cek di setiap sekolah, SMP dan SMU. Rata-rata usia remaja SMU kelas 1 atau 2 belum cukup memnuhi syarat punya SIM. Coba cek di setiap sekolah level SMP dan SMU. Berapa banyak motor diparkir di sini. Pernakah bapak ibu bertanya "apakah kamu sudah punya SIM?" Saya haqul yakin tak semua guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, hingga menteri pendidikan punya kepedulian soal ini.

Berapa lama ketidakpedulian itu terjadi? Sehari, sebulan, setahun? Saya kok yakin bertahun-tahun lamanya kita semua acuh soal ini. Justeru yang sering kita lihat dan dengar sekolah memfasilitasi pembuatan SIM massal. Cukup umur? Itu soal kesebelas.

Jadi masihkah menyalahkan Dul sendirian? Masihkah menyalahkan Ahmad Dhani sendirian juga? Apakah karena ratusan ribu atau mungkin jutaan siswa yang pergi pulang sekolah bermotor dan tak sampai menabrak, membunuh korbannya, lantas kita semua menganggap mereka benar? Tidak. Mereka juga bersalah.

Apakah kesalahan itu disadari? Ini yang terpenting. Salah tapi tidak disadari bahwa mereka salah. Bahkan, mereka "dilindungi" hampir setiap hari. Yang fatal, pelanggaran yang kasat mata ini menyebabkan kita semua menjadi acu, abai, dan tak peduli bahkan menganggap seolah-olah tak pernah ada pelanggaran sama sekali. Menurut saya, sikap ini jauh lebih buruk daripada kasus Dul. Sebab, sikap itulah yang kemudian menjadi salah satu penyebab terjadinya 58 kematian di jalan setiap hari. Kita jadi terbiasa melanggar, terbiasa terlindungi ketika melakukan pelanggaran, dan merasa tidak pernah bersalah ketika melakukan pelanggaran.

Saya juga menaruh perhatian pada infrastruktur jalan raya yang dibuat Jasamarga. Saya menuding Jasamarga turut terlibat dan lalai dalam memperbanyak timbulnya korban jiwa dalam kasus ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun