“Hi Cantik” suara itu terdengar lantang di telingaku, “Selamat pagi,”lanjutnya.
Sejenak aku menghentikan langkahku tanpa menoleh kebelakang dimana arah suara itu di dengar telingaku. Aku bergegas melanjutkan langkah menuju balaidesa Rangkat.
“Cantik, tunggu!” terdengar seseorang sedikit berlari mengejarku.
Aku menghentikan langkahku dan menoleh kearahnya. Sosok laki-laki ganteng sudah berdiri di depanku. Aku tidak mengenalnya. Mungkin dia salah satu warga baru di desa ini.
“Maaf, kamu siapa ya?”aku mengeryitkan keningku sesaat, “baru sekarang sepertinya aku melihatmu. Kamu warga baru?”tanyaku penasaran.
“Oh Iya! Kenalin aku Johan,” dia mengulurkan tanganya menyalamiku “teman-teman disini biasa memanggilku Tegar.”lanjutnya.
“Aku Shelly,” jawabku singkat menyambut uluran tanganya dan bersalaman.
Memang tanganya sangat halus seperti kapas, wajahnya tampan. Aku yakin semua gadis Rangkat akan menggandrunginya kalau memang tidak pandai menjaga hatinya. Mungkin ini dia akan menjadi salah satu penerus bang Lala yang sudah pensiun tebar pesona karena menikah.
“Shelly mau kemana kok kelihatanya buru-buru?”tanyanya basa-basi.
“Mau bikin KTP ke balai desa. KTPku hilang waktu kemarin liburan ke Singapura.”
“Wah kita searah. Kita barengan ya!?”
“Kamu mau kebalaidesa?”
“Iya mau mengambil KTP juga kemarin sudah buat.”
“oh, ayuk!.”
Akhirnya aku jalan berdua bersama Johan Tegar sama-sama ,menuju balaidesa. Sepanjang perjalanan Johanlah yang banyak bicara. Aku hanya terkadang menimpali celotehnya dengan sepatah kata. Sepertinya memang dia seorang yang suka menggombal.
Baru beberapa menit mengenalku sudah berani melayangkan rayuan maut dari pulau kelapanya. Kata-kata manis terus mengalir seperti aliran kali Rangkat. Kata-kata puitis di suguhkanya seolah sang pujangngga.
Seketika aku menghentikan langkahku ketika telingaku menagkap suaranya mengutarakan keinginan gilanya itu. Rasanya aku ingin marah, tetapi sulit.
“What!, coba ulangi barusan kamu ngomong apa?” aku melotot menatapnya tak percaya.
“Cantik, kita kencan yuk!”
“Kencan sama mbahmu sana!”jawabku sewot.
“Kok marah sih, galak amat.”
“Eh, sudah berapa banyak gadis Rangkat yang menjadi rayuan gombalmu itu?”
“Ih, Tegar nggak nggrayu kok, serius! Swer kewer-kewer,” dia mengacungkan dua jarinya ke samping telinganya hingga menyerupai telinga kelinci.
“Halah, paling juga cintamu seperti kentut kamu saja.”
“Ha ha ha ha,,,,kamu lucu juga. Kok bisa maksud Shelly gimana itu?”
“Iya kalau kamu penasaran sama seseorang kamu akan melakukan apa saja biar bisa meluahkan karena kamu tidak bisa menahanya. Trus setelah semua kamu sampaikan apalagi kalau semua sudah kamu dapatkan terutama kesenangan kamu akan lega dan tidak penasaran,”jelasku panjang lebar.
“Trus apa hubunganya sama kentut?”
“Ada.”
“ Iya apa? bikin penasaran saja.”
“Kentut itu bau, semua orang tidak menyukainya tetapi memang perlu untuk mengeluarkanya. Dan orang lain memang tidak bisa melarang orang kentut termasuk aku tidak bisa melarang kamu kentut saat ini, sudah ngerti?”
“Belum.” Dengan muka blo’on nya Tegar menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatel karena bingung.
“Hmmm, maksudnya barusan itu kamu juga kentut mengumbar kata-kata manis yang basi dan tak bermutu di depanku. Aku tak perlu itu. Aku sudah punya tunangan. Camkan itu!” aku melotot “ satu lagi, nanti sekalian kamu minta di buatin Kartu Tanda Bebas Pacaran sama bu kades jangan hanya KTP saja!”
Tegar terlihat melongo mendengar penjelasanku terakhir. Hanya geleng-geleng kepala melihat aku berlalu meninggalkanya di halaman balai desa. Sejurus kemudia dia setengah berlari mengikutiku masuk menemui bu Kades untuk mengurus KTP sekaligus mengambil KTP Tegar yang sudah jadi.
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H