Untuk bisa memenangi persaingan AEC, sektor pertanian harus segera dibenahi. Bila pemerintah, pengusaha dan para mahasiswa bersatu dalam berpartisipasi di ekonomi ASEAN, niscaya kita akan tampil sebagai pemenang. Kita harus optimistis bahwa Masyarakat Ekonomi Asean adalah sebuah peluang emas, bukan ancaman yang perlu ditakuti.
Mahasiswa Wajib Berdayakan “Komunitas Mahasiswa Bertani“
Langkah kedua yang paling efektif untuk mengatasinya adalah mahasiswa harus mulai memberdayakan komunitas mahasiswa bertani di lingkungan perguruan tinggi. Komunitas mahasiswa bertani ini hanya dilakukan dalam skala universitas dengan tujuan untuk memakmurkan pertanian di daerahnya. Komunitas ini sendiri akan terbagi menjadi beberapa bidang sesuai kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai ketahanan pangan Indonesia dan ASEAN, pada umumnya yang meliputi:
- Komunitas Mahasiswa Bertani Bidang Tanah dan Air.
Komunitas ini dibentuk perguruan tinggi untuk membantu para petani dalam hal-hal yang berhubungan dengan lahan dan air. Komunitas ini diharapkan mampu mencegah terjadinya ketidakadilan agraria. Seperti yang kita ketahui di Kalimatan dan Papua, ratusan ribu hektar tanah dikuasai oleh pemodal. Sebagai contoh penerapan di Yogyakarta itu sendiri komunitas ini sangat relevan jika dibentuk di Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN).
- Komunitas Mahasiswa Bertani Bidang Pupuk
Komunitas ini dibentuk perguruan tinggi untuk memberikan pelatihan kepada para petani mengenai pentingnya menciptakan pupuk secara mandiri. Caranya memberikan pendidikan pertanian mandiri dengan memanfaatkan pupuk organik yang ramah lingkungan kepada para petani di daerahnya. Dengan adanya komuntas ini diharapkan permasalahan mengenai pupuk bersubsidi bisa teratasi. Sebagai contoh penerapan di Yogyakarta itu sendiri komunitas ini sangat relevan jika dibentuk di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Yogyakarta (STPP) atau Institut Pertanian Stiper Yogyakarta.
- Komunitas Mahasiswa Bertani Bidang Teknologi
Komunitas ini dibentuk perguruan tinggi untuk menciptakan benih-benih lokal yang berkualitas. Dalam komunitas inilah peran perguruan tinggi sangat diutamakan. Dengan adanya komunitas bertani perguruan tinggi, diharapkan memberikan kemudahan para petani dalam mendapatkan benih berkualitas dengan harga yang terjangkau. Sebagai contoh penerapan di Yogyakarta itu sendiri komunitas ini sangat relevan jika dibentuk di Universitas Gadjahmada mengingat selain sebagai universitas terbaik tingkat nasional, UGM sangat mampu untuk menjadi pusat komunitas bertani bidang teknologi karena teknologinya telah mendukung.
- Komunitas Mahasiswa Bertani Bidang Permodalan
Komunitas ini dibentuk perguruan tinggi untuk memberikan kemudahan di bidang pendanaan. Dalam hal ini perguruan tinggi harus membentuk bank pertanian baik secara mandiri maupun yang bekerja sama dengan bank pemerintah. Bank pertanian ini dulu sukses dilakukan pada pemerintahan Presiden Soeharto atas kerja sama dengan bank BRI. Sebagai contoh penerapan di Yogyakarta itu sendiri komunitas ini sangat relevan jika dibentuk di Universitas Negeri Yogyakarta. Karena fasilitas perbankan itu sudah tersedia di FE UNY dan siap digunakan setelah diresmikan oleh Wakil Dekan I FE UNY, Prof. Dr. Moerdiyanto, M.Pd.,M.M. pada Rabu (19/2/2014).
- Komunitas Mahasiswa Bertani Bidang Pemasaran
Komunitas ini dibentuk perguruan tinggi untuk memberikan pemahaman bagi para petani yang mana biasanya mereka hanya memposisikan pertanian sebagai mata pencaharian dan suatu cara kehidupan, bukan suatu kegiatan usaha untuk mencari keuntungan (bisnis). Apabila mereka sudah paham bagaimana pentingnya pertanian sebagai lahan bisnis, maka akan tumbuh motivasi yang besar untuk terus meningkatkan kinerja mereka dalam mengoptimalkan laba. Sebagai contoh penerapan di Yogyakarta itu sendiri komunitas ini sangat relevan jika dibentuk di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) atau UPN Yogyakarta.
Mahasiswa Harus Modern
Langkah terakhir yang paling efektif untuk mengatasinya adalah mahasiswa harus berpikir modern secara universal. Artinya, mahasiswa tidak hanya fokus terhadap perkembangan teknologi pertanian saja namun juga termasuk sikap dan perilaku. Mahasiswa harus ikut berjuang dan berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Kediktatoran penguasa dan penyelewengan-penyelewengan salah satu musuh mahasiswa yang harus segera diselesaikan. Bila dirasa penguasa melakukan tindakan investasi yang justru hanya menguntungkan pihak asing dan melanggar ketentuan yang ada, maka mahasiswa harus ikut serta memperbaikinya.
Mahasiswa juga dituntut tanggap terhadap perubahan karena sebagai agent of change (agen perubahan), mentalitas bangsa berada di tangan mahasiswa dimana mahasiswa sebagai golongan terpelajar pendorong terwujudnya peningkatan kualitas bangsa yang lebih baik. Seandainya mahasiswanya kurang tanggap oleh suatu hal, mahasiswa akan tergerus oleh zaman dan dibodohi oleh kalangan elit saja.