Harian Jogja, Selasa 31 Maret 2015
Berdayakan Komunitas Indonesia Bertani
Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara agraris. Namun ironis, hingga kini Indonesia belum dapat mencapai swasembada pangan. Indonesia masih mengimpor bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Padahal Indonesia memiliki semua persyaratan untuk menjadi sebuah negara agraris yang menjadi lumbung pangan utama dunia. Apa yang salah dari sistem pertanian di Indonesia sehingga masih marak budaya impor? Bahkandari tahun ke tahun budaya impor terus meningkat. Apa yang harus dilakukan pemerintah agar swasembada pangan tercapai?
Sudah saatnya Indonesia segera mewujudkan kedaulatan pangan dan energi seperti yang menjadi visi misi Presiden Jokowi pada saat pemilu. Sehingga tercipta filter bagi pemerintah dalam melakukan impor pangan. Jangan sampai produk yang bisa dihasilkan di dalam negeri impor dari luar. Karena hal ini akan mengancam keberlangsungan para petani lokal. Sehingga para petani tidak mendapat perlindungan. Kedaulatan pangan itu sendiri akan tercipta jika kedaulatanpangandimiliki oleh rakyat.
Untuk mencapai kedaulatan pangan rakyat, perubahan kebijakan diperlukan. Pangan dan pertanian ditumpukan pada kemampuan secara mandiri. Pemerintah juga menjamin akses setiap petani atas tanah, air, bibit, teknologi, permodalan, dan pasar. Akan tetapi, penjaminan akses untuk petani tersebut tidak akan terwujud dengan sukses tanpa adanya komunitas Indonesia Bertani. Komunitas bertani ini dapat dilakukan dalam skala desa, kota, dan universitas. Komunitas itu sendiri akan terbagi menjadi beberapa bidang sesuai kebutuhanyang diperlukan untuk mencapai kedaulatan pangan rakyat.
Pertama, komunitas bertani bidang tanah dan air. Komunitas ini dibentuk pemerintah untuk membantu para petani dalam hal-hal yang berhubungan dengan lahan dan air. Komunitas ini diharapkan mampu mencegah terjadinya ketidakadilan agraria. Seperti yang kita ketahui di Kalimatan dan Papua, ratusan ribu hektar tanah dikuasai oleh pemodal. Kedua, komunitas bidang perpupukan. Komunitas ini dibentuk pemerintah untuk memberikan pelatihan kepada para petani mengenai pentingnya mencipatakan pupuk secara mandiri. Caranya memberikan pendidikan pertanian mandiri dengan memanfaatkan pupuk organik yang ramah lingkungan. Dengan adanya komuntas ini diharapkan permasalahan mengenai pupuk bersubsidi bisa teratasi.
Ketiga, komunitas bertani bidang teknologi. Komunitas ini dibentuk pemerintah untuk menciptakan benih-benih lokal yang berkualitas. Dalam komunitas inilah peran perguruan tinggi sangat diutamakan. Dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan perguruan tinggi, diharapkan memberikan kemudahan para petani dalam mendapatkan benih berkualitas namun dengan harga yang terjangkau. Keempat, komunitas bertani bidang permodalan. Komunitas ini dibentuk pemerintah untuk memberikan kemudahan di bidang pendanaan. Dalam hal ini pemerintah harus membentuk bank pertanian yang bekerja sama dengan bank pemerintah. Bank pertanian ini dulu sukses dilakukan pada pemerintahaan Presiden Soeharto atas kerja sama dengan bank BRI.
Kelima, komunitas bertani bidang pemasaran. Komunitas ini dibentuk pemerintah untuk memberikan pemahaman bagi para petani yang manabiasanya mereka hanya memposisikan pertanian sebagai mata pencaharian dan suatu cara kehidupan, bukan suatu kegiatan usaha untuk mencari keuntungan. Apabila mereka sudah paham bagaimana pentingnya pertanian sebagai lahan bisnis, maka akan tumbuh motivasi yang besar untuk terus meningkatakan kinerja mereka dalam mengoptimalkan laba.
Dengan adanya komunitas bertani ini, penulis yakin pertanian di Indonesia ini akan berjaya kembali. Sehingga kita dapat mengambil manfaat berguna bagi kehidupan bangsa Indonesia yang sedang menggeliat untuk menoleh kembali pada peradaban pertanian.Peradaban pertanian ini untuk dijadikan dasar pembangunan bangsa dan negara dalam beberapa dasawarsa ke depan. Harapannya, peradaban pertanian yang pernah berjaya di bumi Nusantara berabad-abad lalu akan kembali membesarkan bangsa dan negara ini hingga mampu mencapai kehidupan yang adil, makmur, dan sejahtera, Sahidunzuhri Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
BIOGRAFI PENULIS
SAHIDUNZUHRI. Pengarang yang mengawali debutnya di media nasional melalui Story Teenlit Magazine ini, Lahir di Magelang, 10 September. Cerpennya mulai tersebar di media, lokal dan nasional. Beberapa tulisannya berupa artikel juga telah dipublikasikan di Kedaulatan Rakyat dan Harian Jogja. E-mail: szuhri72@yahoo.co.id Nomor Rekening: Mandiri 137-00-1128686-7. Alamat: UNY Kampus Wates Jl. Bhayangkara No 7, Wates, Kulonprogo. Telepon; 083869884860
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H