Entahlah, aku tak ingin memejamkan mata lebih awal
Lalu kulihat, langit masih sendu
Yang kurasa, siang masih menyelimuti malam
Bintang pun enggan menyapa
Bahkan korek yang digariskan pada bungkusnya
Tak mampu mengasa api
Aku masih enggan menyapa nasib di ujung sana
Aku memilih diam,
Dan aku bungkam,
Aku rela pikiranku dirampas oleh ingatan tentangmu
Sungguh, aku  benar-benar rela
Aku masih ingat jelas, ketika kita duduk berdampingan,
Diam,
Namun mata kita tertuju pada lautan bebas
Kita menapak tanpa arah,
Dan berhenti di depan kain segitga,
Kau dan aku menyebutnya tenda
Yah, tenda,
Lapangan manente,
Kau masih ingat kan?
Aku tak pernah tahu
Sejak kapan aku mengharapkanmu ada di sini,
Aku tak pernah berharap
Kau akan memberi sedikit rasa
Cukup bagiku mencintaimu dalam diam,
Tanpa ada ungkapan rasa yang pasti
Biarlah usia barumu yang datang menghampiri,
Semoga kau berkenan menyapanya,
Semoga sang Ilahi meridhoi
Aku  ingin memberimu sepotong kue dan sebatang lilin,
Namun, kau enggan menerimanya
_Naelisme_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H