Mohon tunggu...
Gelatik Nae
Gelatik Nae Mohon Tunggu... -

suka banget sama yg namanya travelling. CINTA INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Puisi

voice off

27 Juni 2014   19:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:36 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Entahlah, aku tak ingin memejamkan mata lebih awal

Lalu kulihat, langit masih sendu

Yang kurasa, siang masih menyelimuti malam

Bintang pun enggan menyapa

Bahkan korek yang digariskan pada bungkusnya

Tak mampu mengasa api

Aku masih enggan menyapa nasib di ujung sana

Aku memilih diam,

Dan aku bungkam,

Aku rela pikiranku dirampas oleh ingatan tentangmu

Sungguh, aku  benar-benar rela

Aku masih ingat jelas, ketika kita duduk berdampingan,

Diam,

Namun mata kita tertuju pada lautan bebas

Kita menapak tanpa arah,

Dan berhenti di depan kain segitga,

Kau dan aku menyebutnya tenda

Yah, tenda,

Lapangan manente,

Kau masih ingat kan?

Aku tak pernah tahu

Sejak kapan aku mengharapkanmu ada di sini,

Aku tak pernah berharap

Kau akan memberi sedikit rasa

Cukup bagiku mencintaimu dalam diam,

Tanpa ada ungkapan rasa yang pasti

Biarlah usia barumu yang datang menghampiri,

Semoga kau berkenan menyapanya,

Semoga sang Ilahi meridhoi

Aku  ingin memberimu sepotong kue dan sebatang lilin,

Namun, kau enggan menerimanya

_Naelisme_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun