Mohon tunggu...
Ganita Rizki
Ganita Rizki Mohon Tunggu... -

Enjoy,, Ganbatte Kudasai,,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MAU DIBAWA KE MANA??

26 November 2014   14:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:49 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Terlihat beberapa anak bermain di lapangan yang dikelilingi sampah-sampah mereka anggap sebagai lapangan luas bak stadion sepak bola. Sebagian dari mereka bermain sepak bola, sebagian yang lain menonton, dan sisanya berlari-larian mengejar satu sama lain. Bau menyengat yang timbul dari tumpukan sampah, mereka anggap angin lalu. Sesuatu yang mungkin orang normal itu hal yang tidak wajar, mereka anggap itu sesuatu yang wajar. Lingkungan sangat membentuk karakter mereka yang tahan banting. Keadaan yang memaksa mereka melakukan hal-hal yang tak seharusnya mereka lakukan. Para orang tua memisahkan sampah yang telah dikumpulkannya sejak pagi. Matahari mencoba untuk menyembunyikan wujudnya dan memberi giliran kepada bulan untuk memancarkan sinarnya. Orang-orang yang menghabiskan setengah harinya untuk mencari sampah harus mengistirahatkan jiwa dan jasmani mereka untuk bekerja esok hari. Pekerjaan yang harus mereka jalani tanpa tahu apa akhir dari usaha mereka, yang penghasilannya belum seberapa untuk biaya hidup keluarga mereka.

Pendidikan anak mereka sering kali terabaikan. Nasib Negara kita ada pada generasi muda mendatang, tetapi yang kita lihat di daerah ini seperti tidak ada masa depan, atau mereka bergantung pada pekerjaan orang tua mereka. Dahulu mereka berfikir kehidupan di kota akan lebih baik dibanding tinggal di desa mereka. Kenyataan yang mereka dapat sangatlah pahit, tak ada kisah indah yang mereka rasakan. Pantaskah kita untuk selalu mengeluh dalam kehidupan kita? Hidup kita yang sudah mendapati kedudukan lebih baik dibanding mereka, kita tak pernah sadar untuk selalu mensyukuri apa yang telah kita dapat.

Sampai pada titik puncak kelemahan seseorang, adalah ketika ia lupa apa tujuan dalam hidupnya. Untuk apa ia hidup selama ini. Bagi orang yang tidak memiliki pegangan yang kuat, yang didasari oleh pondasi-pondasi yang kokoh, maka suatu bangunan akan mudah roboh sesuai dengan keadaan yang membawanya, seperti daun yang ditiup oleh angin, tak jelas arah tujuannya. Mati adalah jalan pintas yang banyak dari mereka memilihnya. Padahal bunuh diri tidak menyelesaikan masalah, tetapi menimbulkan masalah baru yang tak tahu kapan harus mengakhiri ini semua…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun