Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Rumah Puisi Taufiq Ismail yang Menginspirasi

10 September 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:41 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_198168" align="aligncenter" width="604" caption="puisi pilihan"] [/caption]

Dengan Puisi Aku (1965)

Dengan puisi aku bernyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbatas cakrawala

Dengan puisi aku mengenang keabadian yang akan datang Dengan puisi aku menangis jarum waktu bila kejam mengiris Dengan puisi aku berdoa perkenankanlah kiranya

Itulah salah satu puisi karya Taufiq Ismail yang saya baca di dinding rumah puisi beliau pada minggu 9 September 2012 kemarin. Hari libur yang sudah saya rencanakan sejak lama untuk bisa berkunjung menikmati karya-karya seorang sastrawan ternama di negeri ini. Saya bersama suami dan anak-anak saya jalan-jalan ke rumah puisi Taufiq Ismail di daerah Padang Panjang.

Sebagai orang Sumatera Barat saya sangat terlambat tahu keberadaan Rumah Puisi. Karena ternyata ini sudah ada sejak lama. Saya baru melihat sekitar sebulan lalu saat menuju kota Padang. Baru kemarin akhirnya saya menyempatkan diri datang. Hujan deras semakin menambah suasana dingin di kota Padang Panjang. Namun tekad saya untuk tetap ke sana tidak berkurang.

Memasuki halaman yang penuh dengan bunga-bunga dan tanaman hias. Beberapa buah gedung yang tertata rapi di sana, semua tampak memiliki fungsi sendiri-sendiri. Pemandangan indah, sejuk dan asri, suasana ini tentu akan sangat member inspirasi bagi para penulis untuk bisa menuliskan karya-karya mereka.

Selain tanaman hias yang memanjakan mata. Saya terkesima dengen jejeran pusi-puisi yang di pajang di halaman. Saya tak bisa menikmati terlalu lama suasana indah di halam Rumah Puisi itu karena hujan yang semakijn deras. Maka sayapun masuk ke dalam Rumah Puisi, Di sana saya di sambut oleh penjaga dan dipersilakan mengisi buku tamu.

Kesan pertama masuk saya menyaksikan banyak poster-poster tersusun rapi di sekeliling ruangan. Ternyata semua poster tersebut adalah puisi-puisi yang sengaja di jejar di sana. Rumah berlantai dua dengan tangga yang tidak terlalu tinggi begitu nyaman saat berada di dalamnya. Sebuah ruang belajar, untuk para siswa atau pengunjung yang datang ingin belajar tentang sastra lengkap dengan kata-kata mutiara dari berbagai tokoh tentang puisi, menulis ataupun sastra.

Saya yakin ruangan itu merupakan arena belajar karena Rumah puisi gagasan penyair Taufiq Ismail dan isterinya Ati, tumbuh dari pengalaman kolektifnya bersama tim redaktur Horison dan sahabat-sahabat sastrawan se Indonesia dalam 10 program gerakan membawa sastra ke sekolah, sejak 1998 hingga 2008.

Kemudian saya naik ke lantai dua, saya semakin terkagum-kagum. Karya-karya Taufiq Ismail terpampang dengan indah di dinding ruangan. Ada puisi-puisi beliau yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris. Dan ada yang di tulis dalam bahasa Belanda dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesi.

[caption id="attachment_198161" align="aligncenter" width="300" caption="karya Taufiq Ismail yang dialih bahasakan 9doc.pribadi)"]

13472430371001454922
13472430371001454922
[/caption] [caption id="attachment_198163" align="aligncenter" width="300" caption="dalam bahasa Belanda"]
1347243183385145732
1347243183385145732
[/caption]
13472432861063342708
13472432861063342708
Tidak hanya kumpulan puisi-puisi sang pujangga. RUMAH PUISI ini juga berfungsi sebagai Perpustakaan, tempat pelatihan guru Bahasa dan Sastra. Sanggar siswa membaca buku dan berlatih menulis. Tempat sastra Indonesia dan Minangkabau diapresiasikan dan tempat para Sastrawan berinteraksi. Kesan itu semakin jelas terlihat karena di lantai dua itu terdapat 4 buah lemari buku yang di dalamnya terpajang buku-buku, bukan hanya buku sastra tetapi berbagai jenis buku. Pengunjung dimanjakan untuk membaca buku-buku tersebut dengan duduk di kursi tamu 3 set kursi tamu disediakan di sana. Dan kenyamanan untuk menikmati buku-buku di Rumah Puisi juga semakin dirasakan, karena di sana juga di gelar karpet bludru dengan dua buah bantal besar. Saya membayangkan kita sedang berselonjor kaki membaca buku-buku di pustaka Rumah Puisi dan menikmati indahnya aksara buah pena dingin sang Penyair Taufiq Ismail ini.

[caption id="attachment_198166" align="aligncenter" width="300" caption="perpustakaan di Rumah Puisi"]

13472433672054019412
13472433672054019412
[/caption]

Taufiq Ismail, lahir di Bukittinggi Sumatera Barat, pada 25 Juni 1935. Seorang penyair dan sastrawan Indonesia yang sampai hari ini masih terus berkarya. Beragam penghargaan telah beliau dapatkan. Ide mendirikan Rumah Puisi menjadi sebuah inspirasi bagi generasi muda agar gemar menulis dan membaca. Mencintai sastra dan budaya Indonesia.

Mengagumi karya-karya Taufiq Ismail, semakin member semangat pada saya untuk bisa terus menulis. Semoga semnagat itu terjaga selamanya. Amiin.

Selamat pagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun