Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Rasa Percaya Hilang! Mampukah untuk Memberi Maaf?

1 Agustus 2012   20:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:20 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita membutuhkan orang lain dalam hidup ini. Saya selalu menilai positif ketika bertemu orang baru. Asumsi saya semua orang itu baik. Karena alasan tersebutlah ketika beberapa minggu yang lalu seorang perempuan mungil datang ke toko saya untuk melamar bekerja.Saya menerimanya.

Sejenak diperhatikan, ada kemiripan wajahnya dengan saya. Bahkan namanyapun sama dengan saya. Kala itu saya tidak langsung menerimanya. Karena masih berpikir apakah dia orang yang tepat atau tidak. Jelang seminggu setelah itu baru saya hubungi. Dan menerimanya.

Saya yang sering meninggalkan toko untuk beberapa aktifitas lain. Artinya saya butuh orang yang bisa dipercaya. Saya yakinkan diri bahwa mungkin dia bisa saya andalkan.

Hampir lebih 15 hari dia bekerja, tidak ada yang salah yang dilakukannya. Sampai pada suatu hari saya tidak ke toko karena suami saya sakit.

Hanya satu hari saja. Besoknya pegawai saya tadi minta izin mendadadak tidak masuk kerja. Sayapun memutuskan tutup toko untuk hari itu. Namun suami saya bilang, ke toko saja, beliau sudah merasa baikan. Akhirnya saya ke toko juga hari itu.

Saya kaget ketika tidak menemukan satu barang. Kebiasaan saya selalu mencatat setiap barang yang keluar. Dan saya hafal apa yang sudah terjual mana yang belum. Karena itulah aktivitas saya sehari-hari. Lagipula sehari sebelum saya libur, saya masih melihat barang itu. Maka ketika saya tidak menemukan saya langsung cek di buku, tidak ada penjualan atas nama barang tersebut. Saya telpon karyawan saya menanyakan, namun dia menjawab tidak tahu.

Ok lah!, saya akhirnya membongkar etalase, mencari jangan-jangan saya salah taruh. Saya juga membolak-balik buku kalau ada barang yang lupa saya bukukan. Hasilnya nihil. Saya akhirnya hanya berkata, "mungkin hilang dan itu bukan lagi rezeki saya."

Satu hari setelah kejadian itu berlalu. Terjadi lagi kejadian lain. Saya kehilangan uang, dan uang itu saya hitung di depan karyawan saya. Dia yang menjumlahkan di kalkulator, dan saya yang pegang uangnya. Dan setelah sesuai saya masukkan ke dalam tas. Lalu saya duduk di luar. Hanya beberapa menit kemudian dia pergi, saat dia muncul saya sedang sibuk mencari uang saya yang hilang. Lagi-lagi dia hanya katakan tidak tahu. Lalu kemana uang saya? Apa si kakak putri saya yang 6 tahun yang ambil? Rasanya tidak.

Dua kejadian dalam waktu hanya 2 hari membuat saya bertanya. Apa yang salah? Selama ini saya belum pernah mengalami hal seperti ini. Sampai di rumah sore itu saya akhirnya beranikan diri ceritakan kepada suami saya. Suami saya menyimak penjelasan saya. Dan menyerahkan semua keputusan kepada saya.

Semalaman saya tak bisa tidur, saya tak sabar menunggu pagi, saya akan bicara dengan karyawan baru saya. Saya mencoba menata kata-kata apa yang akan saya sampaikan kepadanya.

Pagipun datang, saya ke toko. Seperti biasa saya tak banyak bicara. Saya memanggilnya untuk duduk di samping saya. Dan kembali menanyakan perihal barang yang hilang. Dan pengakuannya sama, dia tidak tahu sama sekali.

Kemudian saya katakan " saya tidak menuduhnya telah menggelapkan barang tersebut. Namun saya hanya ingin memberi tahu dia kalau saya bukan baru berjualan. Belum pernah ada kejadian seperti ini. Saya juga sampaikan dia bukan orang pertama yang bekerja dengan saya. Sebelum-belumnya pernah ada beberapa orang yang bekerja dengan saya . Selama dengan mereka tidak pernah ada kejadian saya kehilangan. Bahkan saya tinggal toko lebih dari seminggupun dengan mereka aman. Saya katakan padanta bahwa dia telah sangat lalai.

Saya menyampaikan, itu kesalahan dia. "lalai". Namun saya tidak akan meminta ganti dari apa yang dilakukannya. Saya hanya mau orang jujur yang bisa saya percaya untuk bekerja dengan saya.

Saya katakan padanya. Saat itu saya bicara sebagai kakak. Mengingatkan dia bahwa dimanapun berada kejujuran itu sangat mahal harganya. "Saya mempercayai kamu dan saya memilih kamu untuk membantu saya. Tapi kamu mengecewakan saya. Sekarang, mungkin saya tak bisa lagi percaya kepadanmu. Saya minta maaf untuk itu."

Kata-kata saya membuatnya tertunduk, diam. Lalu menangis, dia tak beranjak dari tempat duduknya setelah saya bicara begitu. Lalu dia memohon kepada saya. Meminta maaf agar saya mau memberinya kesempatan kedua. Hati saya tak tergugah, karena keputusan saya bulat saya harus berhentikan dia.

Dia terus menangis, dan memohon agar saya tidak memecatnya. Saya hanya terdiam. Ini ramadhan, saya dan dia sedang berpuasa, saya telah bicara kepadanya tanpa ada emosi, walaupun yakin saya akan memecatnya.

Namun saya kembali menimbang apa yang dikatakannya. Dia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Dan saya tahu itu. Entah mengapa saya akhirnya luluh. Dan dia berjanji tak akan lagi membuat saya kecewa. Saya kembali luluh melihat dia bersungguh-sungguh mengucapkannya.

Semoga saya tidak salah memberikan dia kesempatan kedua. Saya maafkan kesalahan yang telah dilakukannya. Saya katakan. Saya akan memberinya kesempatan, karena saya percaya, dalam hidup ini ada yang lain yang kita cari selain hanya uang. Hubungan baik dengan orang lain itulah yang paling penting.

Niat saya baik mempekerjakan dia. Dan jika dia punya niat tak baik kepada saya. Saya yakin Tuhan akan membukakan mata saya. Ada kelegaan saat saya bisa memaafkannya dengan tulus.

Ini sudah lebih seminggu setelah kejadian itu. Alhamdulillah dia menepati janjinya. Semoga saya tidak salah mengambil keputusan. Berharap seterusnya dia bisa saya percaya. Semoga!

Selamat pagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun