Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mampukah Kita Jadi Orang Tua yang Sabar?

24 Juli 2012   02:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:42 3372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_189339" align="aligncenter" width="530" caption="papadanmama.com"][/caption]

Pernahkah sebagai orang tua anda dibuat begitu marah oleh kelakukan sang anak? Saya rasa pasti pernah. Karena apa yang dilakukan anak tidak melulu sesuai dengan apa yang diharapkan orang tua. Anak seringkali membuat orang tuanya jengkel. Terkadang mereka begitu egois tidak mau mendengar nasehat orang tua. Ada saja ulah mereka yang memancing emosi orang tua. Entah mereka rewel karena meminta sesuatu. Atau bertengkar dengan adiknya gara-gara masalah kecil, seperti rebutan mainan. Rebutan remot tv dan sebagainya. Ujungnya salah satu dari mereka menangis. Sore kemarin saya dan teman saya menyaksikan seorang anak yang "mengamuk" pada orang tuanya. Saya sebut mengamuk, karena si anak yang sebenarnya sudah duduk di kelas satu SMP itu menangis sejadi-jadinya di tokonya. Otomatis mengundang perhatian banyak orang di sekeliling. Sebab dia menangis awalnya sepela saja, sang anak tidak mengerti PR nya. Dan ia minta bantuan kakaknya. Ternyata sang kakak juga tidak mengerti. Dan ibunya mengusulkan nanti belajar pada kakak sepupunya yang seorang guru. Si anak ini mau, Hanya saja dia tak mau bersabar sedikit, ingin mengerjakan PR saat itu juga. Sementara sepupu yang dimaksud belum pulang dari mengajar. Si anak berkeras menemuinya sekarang juga. Si ibu yang juga berjualan memberikan penjelasan nanti malam ke sana. Dan anak itu tidak mau. Maka diapun menangis sekeras-kerasnya. Dan suasana itu sungguh tidak enak di dengar. Saya yang duduk dengan salah seorang teman tak bisa melakukan apa-apa. Kami hanya bergumam. tidak mudah menjadi orang tua. Butuh kesabaran menghadapi tingkah anak-anak yang membuat orang tua kesal setengah mati. Tuhan menghadirkan mereka memang sebagai ujian. Dan orang tua harus menerima ujian ini dengan ikhlas. Kemudian teman saya berujar. "Rasanya kalau ingat sikap anak-anakku. Aku tak sanggup punya anak." Ungkapnya pada saya. "Dulu si sulung juga sering membuat saya emosi. Bahkan hampir tiap hari saya stress menghadapinya. Bahkan hingga saat ini mereka sudah remaja masih ada saja ulah mereka yang membuat sebal" Loh kenapa? Buktinya sanggup melewatinya kan? Tanya saya kemudian. "iya bayangkan, dalam keadaan kita lelah, banyak pekerjaan dia menangis dan rewel. Sungguh membuat naik darah. Rasanya ingin memukulnya agar berhenti menangis. "Tapi mereka masih anak-anak" ucap saya lagi. "Mereka tidak tahu apa yang dilakukannya itu salah." Saat berbicara seperti itu anak saya yag tengah tidur juga menangis. Saya mengambilnya dan kemudian menggendongnya. Si kakak tidak juga diam dalam gendongan saya, saya berusaha membujuknya agar tenang. Saat itu saya merasakan bagaimana perasaan seorang ibu menyaksikan anaknya menangis. Tidak nyaman sama sekali. Namun itulah ujian bagi para orang tua. Benar-benar harus bisa bersabar. Saya sendiri juga terkadang tak sanggup menahan emosi menghadapi tingkah anak-anak saya kalau lagi rewel. Kejadian itu akan semakin membuat stress bila kondisi kita sebagai orang tua juga sedang tidak fit atau dalam keadaan lelah. Sebagai orang tua kita pastilah sangat menyayangi anak-anak. Tidak ada niat sedikitpun untuk menyakiti mereka. Hanya saja ada waktu dimana kita begitu merasa kecapean, dan butuh tenang. Anak-anak malah membuat ulah. Pada saat inilah orang tua tak sanggup menahan diri dan melakukan kekerasan terhadap anak. Lalu bagaimana menghadapi kondisi ini? Seharusnya tidak marah, apalagi jika mereka masih anak-anak, belum banyak mengerti. Bagi mereka terpenuhi semua keinginan itulah yang terpenting. Sebagai manusia dewasa tentu kita yang seharusnya mengalah, menahan diri untuk tidak marah. Membunuh ego agar tak menyakiti mereka dengan kata-kata atau tindakan kasar. Karena saat emosi otomatis kita kehilangan kendali, hal-hal tak terduga bisa saja terjadi. Padahal kita tahu, emosi bukanlah cara yang tepat dalam menangani anak-anak kita. Tidak ada yang lebih baik selain pendekatan personal. Menyelami pemikiran anak-anak. Mendengarkan keinginan mereka, dengan sabar menanyakan apa maunya. Karena apapun yang mereka lalukan pastilah ada alasannya, bisa jadi mereka mencari perhatian orang tua yang terlalu sibuk selama ini. Dan ketika semua beban dalam hatinya lepas. Saya yakin anak akan mau menerima dengan baik penjelasan dan nasehat orang tuanya. Selain itu, kerjasama yang baik kedua orang tua juga penting dalam mengasuh anak-anak. Urusan anak tidak melulu dapat diselesaikan oleh seorang ibu saja. Ada kalanya sang ayah harus turun tangan dulu agar mereka berhenti berulah. Karena pendekatan yang dilakukan ayah dan ibu biasanya berbeda, dengan adanya kerjasama yang baik insyaallah masalah kenakalan anak bisa teratasi. Terakhir membiasakan memberikan pelukan kepada anak juga sangat membantu untuk menenangkan mereka. Karena tak ada yang diinginkan anak selain bisa tumbuh dan besar dalam keluarga harmonis dengan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya Yaa.. sejatinya kita menyadari, menjadi orang tua itu memang tidak mudah. Butuh kesabaran luar biasa menghadapi mereka. Orang tua juga mesti cerdas supaya bisa kreatif menghadapi mereka. Pertanyaannya sekarang mampukah kita menjadi orang tua yang sabar menghadapi perilaku anak-anak kita? Semoga... Selamat pagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun