Pada tahun 2002 lalu, saya ikut kegiatan mahasiswa di UNPAD. Seminggu di sana saya tidak langsung pulang, tetapi saya melanjutkan perjalanan saya ke Bogor. Saya berangkat naik bus sendirian dari Bandung ke Bogor jam 16.00 sore hari. Teman saya menunggu saya di terminal Baranang Siang. Sayangnya kami salah komunikasi, dia berpikir jam 16.00 saya sudah sampai, yang ada saya baru berangkat.
Maka jadilah saat sampai di sana saya tak menemukan sahabat saya. Pukul 18.00 sudah sangat gelap di sana. Saya langsung mencari wartel untuk menghubungi teman saya. Lucunya, teman saya tidak ada di rumah, karena menurut kakaknya dia sedang menunggu saya. Tapi entah dimana?. Akhirnya saya meminta petunjuk kakaknya kemana saya harus pergi? Sang kakak memberitahu saya rinci alamatnyan plus angkot apa yang harus saya naiki. Akhirnya sayapun sampai di rumah teman saya.
Besoknya saya ikut teman saya ke IPB. Dia sedang melakukan peneliatian skripsinya di sana. Sebelum ke labor, iseng kami masuk ke kelas ikut kuliah. Entah itu jurusan apa? Kami masuk saja. Saat itu saya berpikir, waah kuliahnya ga jauh beda dengan kuliah di tempat saya. Tidak sampai tuntas akhirnya kamipun keluar menuju labor tempat penelitian teman saya.
Di tempat lain juga ada teman saya yang sedang menunggu. Kamipun janjian, setelah bertemu saya dan teman saya ini jalan-jalan di mall. Sementara teman saya yang penelitian balik lagi ke lab.Setelah capek mutar-mutar teman saya ini minta ditemani ke kosan temannya, katanya mau ambil pakaian, karena besok kami akan berangkat ke Jakarta.
Anehnya teman saya tidak tahu dimana alamat pastinya. Dia hanya mereka-reka. Tadi pagi dia naik angkot no sekian. Trus di gang sebelum masuk rumah temannya ada restoran makaroni Bakar.
Dengan keyakinan penuh akhirnya kami sepakat naik angkot bernomer yang ditunjuk teman saya. Tidak ada rasa was-was karena teman saya begitu PD kami sudah naik jurusan yang benar. Oaalahh..lama di angkot tak jua ada restoran itu terlihat. Kami mulai sadar, ini ga bener. Dan sepakat turun dari angkot. Lalu naik lagi angkot berlawanan arah menuju ke pusat kota.
Kami berdua tidak panik. Saya mencoba membantu teman saya mengingat angkot nomor berapa yang benarmenuju kosan temannya itu. Akhirnya kami sepakat naik angkot nomor berbeda dari yang tadi. Kali ini lebih gila lkagi, kami menemukan jalan menanjak, menurun dan jalan-jalan berbatu yang tidak licin. Saya mulai curiga lagi kalau kali ini pasti kita tersesat lagi.
Sudah cukup lama kami diangkot sopir angkot di jalan tiba-tiba berganti. Jalanan mulai terasa aneh, kami mulai melihat perkampungan penduduk. Sepertinya angkot itu menuju ke suatu daerah. Kami berdua saling pandang, dan serentak menghentikan angkot kami turun, dan kembali akhirnya numpang lagi angkot menuju kota yang berlawanan arah dengan yang kami naiki tadi.
Kali ini uang di kantong kami Cuma tinggal beberapa ribu rupiah saja, jika sekali lagi salah naik angkot kami tak punya lagi uang untuk ongkos. Maka kamipun mencoba merilekkan diri. Saya mengaja teman saya jalan-jalan lagi, berharap sepanjang jalan teman saya mengingat berapa nomor angkot yang bvenar.
Benar saja, akhirnya teman saya begitu percaya diri menyebutkan nomor angkot yang akan kami naiki. Saya mempercayai saja karena tidak ada pilihan lain. Hanya saya berulang kali mengingatkan teman saya, kalau kita tersesat lagi kita tak punya uang lho. Teman saya kali ini meyakinkan saya kalau ini tidak akan salah lagi.
Maka akhgirnya kamipun naik angkot yang dimaksud. Alhmdulillah mungkin karena Tuhan masih sayang pada dua gadis nekad ini, akhirnya restoran macaroni bakar itu terlihat juga. Dan kamipun turun dengan perasaan lega. Kamipun menemukan rumah sahabat teman saya.
Dari kejadian itu menjadi pelajaran bagi kami. Agar lain kali memperhatikan alamt atau daerah dengan jelas. Apalagi di kota besar. Dasar saya dan teman saya orang kampung tak pedulikan itu maka jadilah kami tersesat. Karena saat itu kami belum punya ponsel hingga tidak bisa menghubungi siapa-siapa. Untungnya dalam keadaan seperti itu kami berdua tidak panic dan masih bisa berpikir jernih hingga akhirnya memudahkan kami mengingat lokasi yang ingin dituju.
Ahh, jika ingat itu sekarang saya suka tertawa sendiri. Betapa nekadnya saya dulu. Sesuatu yang tak baik untuk ditiru. Heheh
Selamat pagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H