Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

{MIRROR} Misteri Mimpi Berdarah

14 Desember 2011   01:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:20 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="558" caption="google.image"][/caption]

Oleh: Fitri.Y yeye No. 59

Tepat tengah malam, Bulan keemasan menggantung di cakrawala langit pekat, tak satupun bintang bertabur menghias malam. Tiba-tiba angin berhembus kencang, burung gagak bersahutan memecah sunyi. Dira mengintip dari celah jendela kamar rumah tua ini.

Rumah besar dengan arsitektur peninggalan Belanda milik kakek Mike sahabatnya. Rumah itu telah lama tidak ditempati, tetapi masih terawat dengan baik. Karena keluarga Mike menyewa orang untuk membersihkannya. Untuk mengejar Deadline novelnya, Dira akhir-akhir ini sering kehilangan ide. Hingga tawaran Mike mengajaknya ke rumah ini diterimanya. Suasana di rumah ini membuat Dira betah dan begitu enjoy menulis. Bahkan ia hampir menyelesaikan ending dari novelnya.

Suasana malam di rumah ini semakin membuatnya bersemangat melanjutkan tulisannya. Konsentrasinya menulis masih sama, tanpa ada rasa takut menyelinap sedikitpun. Novel misteri dengan judul Mimpi Berdarah. Penerbit sudah dua kali menghubungi Dira minggu ini. Dia harus segera menyelesaikannya.

Dira menarik nafas, kata-kata meluncur deras lewat jemarinya. Menari di atas keyboard melanjutkan kisahnya. Bagian 7 baru saja dituntaskannya.

Bag.8: Malam Berdarah

Jeni menarik selimut tebalnya, menyalakan lampu tidur. Malam ini dia tidur telat karena beberapa pekerjaan yang belum dituntaskan. Dalam hitungan detik saja dia telah nyenyak. Dalam lelapnya dia bertemu seorang pria bertubuh kekar.

Jeni tengah duduk di taman belakang dengan segelas kopi hangat. Seorang lelaki tampan datang mendekatinya. Laki-laki itu tersenyum. Jeni membalas senyum itu. Mereka saling menatap beberapa saat. Dan lelaki itu memeluknya. Jeni membiarkkan tubuhnya dikerayangi lelaki itu. Dia memejamkan mata menikmati gelora yang juga telah muncul di dadanya. Lama matanya terpejam, bersama desahan nikmat yang tak tertahankan.

Jeni membuka matanya. Ia terbelalak, lelaki yang kini menindihnya bukan lelaki tampan. Seperti tadi dilihatnya. Seorang pria berwajah buruk menakutkan, kukunya runcing, panjang-panjang. Dengan pisau tajam berkilau ditangannya. Giginya menyeringai dengan mata besar melotot menakutkan.

“tolongggggg! Siapa kau!” Jeni beteriak sekerasnya. Nikmat yang tadi dirasakannya berganti ketakutan yang mengerikan. Tak ada seorangpun yang bisa mendengarnya. Makhluk di hadapannya semakin bringas. Tubuh Jeni terkoyak, jantungnya terbelah dengan darah segar tumpah di lantai kamarnya. Makhluk aneh itu merobek-robek tubuh Jeni, mengirisnya dengan sangar

**.
"Dira gue tidur dulu ya" Mike sahabatnya menyela di tengah ketukan huruf-huruf di tuts keybornya.

"Iya Ke, bentar lagi gue nyusul! Ini masih nanggung" tanpa berkedip dari layar monitor Dira menjawab. Jemari lentiknya begitu lincah melenggok di atas keybord. Dirasangat serius. Dira membiarkan imajinasi liar berkelana untuk menuntaskan naskahnya. Mikepun akhirnya berlalu meninggalkan Dira sendirian di kamar depan.

Hampir dua jam setelah Mike meninggalkan Dira untuk tidur.

"Teng, teng," jam dinding antik berdenting di ruang tamu, kedengaran sampai di kamar Dira. Sudah pukul O2.00 dini hari. Dira belum merasa ngantuk juga. Ia menggerakkan tubuhnya, sedikit pegal. Lalu berdiri menuju dapurr, mencari cemilan untuk menemaninya menulis.

"Arrrrgggghhhhhhhhhhhh" suara erangan kesakitan terdengar gaduh dari kamar Mike.
Dira berlari ke kamar Mike. Tiba-tiba tubuhnya kaku tak bergerak, terbelalak ketakutan di pintu kamar Mike. Dira menyaksikan Mike tak bernyawa lagi Dengan luka seperti ditusuk benda tajam di leher, matanya melotot. Pakaian Mike koyak di sana sini. Darah segar mengalir dari mulut dan selangkangannya.

Dira terhenyak..luka-luka Mike persis seperti apa yang dilukiskan Dira dalam novelnya. Wajah Mike tercabik, jantungnya keluar. Dira seperti tengah menyaksikan film Nightmare on Elm Street. Tapi tidak ini nyata, mungkinkah sahabatnya Mike mengalami mimpi tragis seperti cerita dalam novelnya? “Tidak mungkin!” Dira menggeleng sekuat-kuatnya meyakinkan diri ini bagian dari imajinasinya..

Dira seperti mengingat sesuatu, ia berlari ke kamar depan tempat dimana ia menulis. Sesuatu yang aneh yang tak masuk akal dilihatnya, layar komputernya penuh darah. Percikannya berserakan, keybordnya merah tersiram darah. Dira tak percaya dengan apa yang disaksikannya. Tidak pernah ini terjadi sebelumnya. Dira melangkah pelan dalam rasa takut yang mencekam. Ia menyentuh layar monitor, darah itu terlihat masih segar, Dira memegangi darah itu. Dira berlari kembali ke kamar Mike saat itu ia mulai panik dan berteriak . “Ini nyata!”

"Mikeeeeeeeeee…..!tidaaaaaaaaaaaaakkkkk!"

NB: Nikmati juga karya peserta lain di lapak CINTA FIKSI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun