Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menghindari Efek Buruk dari Curhat

9 September 2011   02:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

google.imag Dalam hidup ini kita tak lepas dari persoalan dan masalah. Terkadang persoalan itu cukup membebani pikiran. Apapun masalahnya berat atau ringan kita tetap harus fokus pada pemecahannya. Terkadang untuk menemukan cara terbaik untuk memecahkan masalah kita butuh orang lain, yang biasa kita sebuat sebagai teman curhat.

Semua orang butuh teman atau orang deket untuk bercerita. Memiliki tempat bercerita sedikit banyak dapat mengurangi ketegangan pikiran yang dapat berpengaruh pada emosi jiwa bahkan kesehatan.

Seringkali saat menemukan orang yang tepat untuk dijadikan teman curhat itu tidak mudah. Tentu orang yang kita inginkan sebagai pendengar adalah orang terdekat kita. Misalnya teman, sahabat atau mungkin keluarga sendiri. Bagaimanapun kita harus tetap waspada, dalam kondisi bermasalah seberat apapun, kita tidak boleh salah memilih teman curhat.

Pengalaman sahabat saya, mungkin karena memiliki kedekatan emosional dengan seseorang dia menceritakan masalahnya pada temannya itu. Sahabat saya menganggap temannya itu adalah tempat yang tepat untuk bercerita. Saat temannya mendengarkan curhatan sahabat saya ini, dia cukup merespon dengan penuh perhatian. Serta juga ikut memberikan solusi-solusi untuk persoalannya. Sehingga sahabat saya merasa lebih lega. Dan sedikit dapat menarik nafas karena berpikir bebannya telah berkurang setelah berbagi.

Waktupun berlalu, na’as bagi teman saya. Tanpa pernah diduga ternyata sahabat saya malah mendapatkan persoalan baru yang bahkan lebih rumit. Saat dia datang kepada saya, dan menceritakan kepada saya betapa kecewa dan sedihnya dia pada teman yang telah ia curhati.

Kasus seperti ini mungkin juga pernah terjadi kepada anda. Anda mendapatkan masalah baru setelah curhat dengan sahabat anda. Ini terjadi karena mungkin saja karena kita merasa teman dan sahabat kita itu adalah orang yang paling tepat untuk berbagi cerita. Hingga saat bercerita, dan kelihaian dia memancing maka curhatan kita sampai kebablasan dan tak terkontrol lagi.

Ternyata untuknya apa yang kita ceritakan menjadi sesuatu bahan yang bagus untuk diceritakan lagi pada orang lain. Atau Bisa saja karena orangnya tidak biasa menerima curhat. Hingga apa yang kita ceritakan akhinya menjadi konsumsi orang lain selain dia. Bisa dibayangkan akibatnya, apalagi jika curhatan kita menyangkut keluhan tentang seseorang, dan cerita itu sampai lagi ke orang yang bersangkutan. Maka dijamin akan terjadi perang, padahal sebelumnya saat bercerita pada teman kita itu kita hanya berniat untuk berbagi melepaskan beban pikiran.

Untuk menghindari efek buruk curhat ini, kita harus hati-hati sekali. Kita memang butuh orang yang bisa kita percaya untuk menjaga privacy kita. Tetapi kita juga akan sulit menentukan apakah orang itu dapat dipercaya atau tidak. Kadang kita menutup mata karena kedekatan emosional tersebut. Oleh karena itu terkadang persahabatan atau sebuah hubungan bisa berakhir karena masalah bocornya curhat. Atau pada saat selisih paham lepas kontrol di dalam membuka semua curhat kita masing-masing.

Kalau sudah begini, apakah teman atau orang yang kita curhati yang harus disalahkan ? saya rasa tidak juga. Karena kita sendiri tidak tau mana batas-batasan yang harus di curhatkan. Misalnya masalah aib keluarga dan hal lain yang bersifat sensitive dan pribadi sekali.

Dengan memilah-milah hal tersebut adalah cara yang tepat untuk menghindari konflik dan masalah baru. Karena tidak semua hal harus diceritakan kepada teman curhat. Yang paling harus disadari adalah, curhat kepada seseorang bukan berarti menjadi penentu masalah kita selesai dan berakhir bukan ? Karena penentu bagi penyelesaian dari persoalan yang kita hadapi yang paling utama adalah cara kita memandang dan reaksi kita pada masalah tersebut. So..mulailah untuk memikirkannnya.

Selamat pagi, selamat menemukan teman curhat yang pas!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun