Mohon tunggu...
Fitri.y Yeye
Fitri.y Yeye Mohon Tunggu... Administrasi - otw penulis profesional

Wanita biasa.\r\nPenulis Novel Satu Cinta Dua Agama & Rahasia Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(MPK) Kekayaan dan Kemiskinan yang Membahagiakan

12 Juni 2011   01:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:36 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bill dan Waskito dua sahabat lama yang hidup dengan latar belakang berbeda. Setelah bertahun lamanya mereka tidak pernah lagi dipertemukan. Hidup mereka penuh dengan dinamika.

Bill beruntung karena dilahirkan dari keluarga kaya. Hidupnya serba bercukupan. Dikelilingi materi dan harta yang melimpah. Bill seorang eksekutif muda. Apa saja bisa ia dapatkan dengan mudah.

Kekayaan memang bukanlah jaminan untuk mendapatkan kebahagiaan. Tetapi dengan kekayaan tidak sedikit manusia dapat membeli kebahagiaan. Kekayaan memang bukan sumber kebahagiaan, tapi kekayaan dapat menjadi sarana bagi manusia untuk menikmati kebahagiaan.

Begitulah yang dialami Bill dan keluarganya. Dengan kekayaan yang dimilikinya. Ia menikmati kebahgiaan hidupnya.

Berbeda dengan Bill, Waskito juga seorang lelaki pekerja keras. Ia hanya seorang buruh biasa. Ia telah mengalami hidup dalam kemiskinan yang sulit membuatnya bahagia karena beban kehidupan yang menghimpit. Setiap hari selalu dikejar oleh kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Semua itu harus menggunakan uang untuk membelinya

Laksana kekayaan, begitu juga adanya kemiskinan. Seharusnya bukanlah sumber penderitaann, namun tidak sedikit manusia yang hidup dalam kemiskinan terjerumus dalam penderitaann. Kemiskinan bukanlah alasan bagi manusia untuk hidup tidak bahagia.

Seringkali Bill dan Waskito bertanya pada diri mereka. Sesungguhnya hidup itu kebahagiaan ataukah penderitaan? Ada kebahagiaan ada penderitaann. Tetapi terlepas dari kaya atau miskin, bila ada hati yang berterimakasih dan bersyukur itulah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tetapi ketika saat itu, dalam kesesakan dan kesedihan Waskito masih dapat bersyukur karena masih bisa melewati hari tanpa harus mengalami kelaparan. Walaupun dalam keadaan pas-pasan dan adakalanya kekurangan memenuhi kebutuhan. Anak-anak tidak bisa bayar iuran sekolah dan terkadang ia harus menahan sakit karena tiada biaya untuk berobat ke klinik murah sekalipun.

Suatu ketika Bill dipertemukan kembali dengan Waskito. Dua sahabat itu saling bercerita. Bill berhati mulia dan memberikan pekerjaan untuk Waskito. Semenjak Waskito dipercaya temannya itu membuka usaha dan cukup berkembang, kehidupan ekonominya mulai membaik. Kebutuhan-kebutuhan dapat dipenuhi, membuat istri Waskito, Mina dan anak-anaknya, Dita dan Ardi dapat tersenyum menikmati hari-hari. Betapa bahagianya bila melihat semua itu.

Satu hal yang selalu diingat Waskito dan ia tekankan pada keluarganya adalah agar memiliki hati yang berterimakasih dan bersyukur. Jangan pernah boleh terlena akan kenyamanan hidup, sehingga lupa beribadah. Kemudian menjadi sombong dan lupa diri.

Sungguh beruntung Waskito bertemu seorang kawan seperti Bill yang sejak lama tidak bertemu lagi secara kebetulan disaat ia sedang butuh bantuan. Waskito yakin semua itu adalah jodoh baik dan berkat dari Tuhan yang mendengar doa-doa Waskito dan keluarganya selama ini.

Ketika saat ini telah Waskito telah menikmati hidup yang mapan, diam-diam Waskito begitu berterimakasih dan bersyukur pernah melewati hidup dalam kemiskinan. Karena begitu banyak pembelajaran dan makna kehidupan yang bisa ia petik. Kemudian menjadi pedoman kehidupan pada saat ini.

Seharusnya hidup ini memang membahagiakan. Tetapi kita, manusia yang membuatnya menjadi penderitaan dengan menciptakan begitu banyak keinginan.

Hidup itu bahagia adanya bila bisa menerima segala keadaan dengan hati yang indah dan percaya Tuhan.Hidup itu bahagia adanya bila mau mengubah sudut pandang dalam memandang kehidupan ini.

Kini, sungguh Waskito dapat memandang hidup ini bahagia adanya, bukan karena telah hidup berkecukupan dalam masalah harta. Tetapi Waskito telah mencukupi hatinya dengan kata, “Bersyukur dan berterimakasih!”

Baik Bill maupun Waskito, merenda hari-hari mereka dalam rasa syukur yang tiada tara. Kekayan dan kemiskinan hanyalah ujian untuk kesungguhan manusia berterimakasih padaNYa atas segala limpahan karuniaNya.

NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun