Mohon tunggu...
Firdaus Jeral
Firdaus Jeral Mohon Tunggu... -

Karyawan Swasta. Mari berkarya yang terbaik utnuk mencapai Indonesia Makmur dan Sejahtera

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Import Beras

5 Februari 2014   13:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IMPORT BERAS

Sudah beberapa hari ini kita melihat di Media Televisi dan membaca berbagaiinformasi perihal terjadinya import beras dari Vietnam. Sebagai rakyat biasa saya miris, geram dan marah kepada pemimpin Negara ini. Negara yang besar dan kaya akan sumber daya alam dan manusia ini diurus oleh orang-orang yang tidak amanah menjalani kewajibannya sebagai pemimpin.

Dalam pengetahuan saya import itu terjadi, Pertama ;karena kebutuhan masyarakat tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, atau terjadi hal bencana alam sehingga produksi komoditas pangan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Yang kedua karena adanya kepentingan terselubung dari proses import ini yang awalnya tujuannya mulia menjadi mencari keuntungan bagi pihak-pihak tertentu yaitu Pejabat, Pengusaha dan Pihak-Pihak yang menikmati.

Apa yang tercermin dari kasus import beras dan import-import lainnya, Garam, Gula, Bawang, Sapi, dan lain-lainya merupakan cermin Pemimpin Negara ini tidak mengetahui persoalan pokok yang ada di masyarakat. Masyarakat Petani, Nelayan yang sering disebut pada saat Kampanye saja ( saya tertawa dalam hati ketika salah satu Capres berkampanye di Televisi menyebut Petani, Nelayan, Supir Taksi adalah Pahlawan, karena ndak pernah saya melihat langsung kebijakannya berpihak kepada mereka yang disebutkan).

Kita yang selalu mendengung-dengungkan bahwa Masayarakat kita adalah 60 % Petani, Nelayan, dan berusaha di bidang UKM tapi tidak terlihat berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Mana program yang menyentuh tingkat hidup mereka. Pencetakan sawah baru, Intensifikasi Pertanian, Peningkatan Benih, Ketersedian Pupuk. Malah Pupuk belakangan ini hilang dari pasaran. Begitu juga dengan petani Garam, Gula, Nelayan.

Karut Marut Import beras yang terjadi dengan lempar tanggung jawab antara Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan yang terjadi inilah yang membuat kita pesimis dengan pemimpin negeri ini. Kemana Menteri Kordinator Perekonomian ?. Kemana Presiden Republik Indonesia ini yang sibuk mencitrakan diri, berpidato, dan selalu mengatakan saya prihatin. Kehebohan ini jadi tontonan rakyat.

Pikiran awan mengatakan gampang mengurut masalah ini, lihat saja siapa yang merekomendasikan, siapa yang memberikan izin import, siapa yang meloloskan barang import di pelabuhan, meminjam kata-kata Gus Dur “Gitu aja kok Repot”. Tetapi saya melihat esensi permasalahn ini adalah Pemerintah tidak mau membangun Swasembada Kebutuhan Masyarakat. Paling gampang kan ngurus import, beli, bayar, dan dapat komisi dan jadilah kita negara yang selalu bergantung kepada negara lain untuk memenuhi kebutuhannya. Masalah peningkatan kesejahteraan rakyat, itu urusan nantilah, yang penting selama menjabat bisa kaya dan menyetor kepada pihak-pihak yang mengangkat pejabat tersebut.

Sebagai rakyat saya mengajak kita semua bersuara melalui berbagai saluran yang ada untuk menekan Pemerintah untuk memperhatikan rakyatnya, bekerja untuk kesejahteraan rakyat, menjalani pemerintahan ini dengan program-program yang berpihak kepada rakyat. Kita berikan dukungan kepada Media Cetak maupun Televisi untuk menyuarakan kepentingan rakyat, karena wakil kita yang disebut Anggota Dewan Perwakilan Rakyat juga sibuk mewakili dirinya sendiri, bukan mewakili rakyat yang memilihnya. Ayo kita dorong ke depan Calon Pemimpin membuat Garis Besar Haluan Negara, Jangka Pendek 5 tahun selama masa kepemimpinanya, dengan program-program nyata, bukan program bayangan, meningkatkan kesejahteraan rakyat, pendidikan, kesehatan. Kalo ada yang berjanji seperti itu mari kita kejar dengan program lebih detail, apa, bagaimana, siapa sasaran program, apa hasilnya buat rakyat.

Terakhir mari kita berdoa bersama, semoga pemimpin yang ada saat ini dibuka pintu hatinya untuk berbuat untuk rakyat, dan pemimpin yang akan datang adalah orang yang memikir rakyatnya, bukan orang yang sibuk pidato, dan foto-foto pada saat rakyatnya kesulitan.

Merdeka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun