“Setelah Bank Indonesia membangun rumah bokar ini warga semakin rajin menyadap karet,” demikian tutur Sukarjo, Camat Desa Purwodadi mengenai rumah BOKAR tersebut. “Setiap hari warga pergi ke kebun, mereka sangat antusias, mereka ingin rumah bokar yang dibangun ini terisi penuh,” lanjutnya lagi. Holdi, ketua KUBK Kelurahan Sei Gohong juga menyampaikan apresiasinya atas bantuan tersebut, anggota kelompoknya telah beberapa kali menjual hasil panen. Setiap kali menjual dalam waktu 3-4 bulan produksi mereka mencapai 1 ton, “Harga tidak menentu, tergantung dari pabrik mau dibeli berapa, tapi tidak pernah dibawah Rp10.000,-,” aku Holdi.
Pemberian PSBI Rumah Bokar ini tidak serta merta dilepas pengelolaannya kepada kelompok. Dalam selang waktu beberapa bulan, akan dilakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan penggunaan rumah bokar berjalan dengan baik. Warga juga merasa senang karena ‘dikunjungi’, mereka semakin semangat menceritakan apa yang telah mereka lakukan dan dampak apa saja yang mereka rasakan.
Harapan baru bermula kini. Jika sebelumnya petani karet merasa pasrah pada harga karet basah yang dipermainkan oleh tengkulak pada kisaran harga Rp5.000,- hingga Rp6.000,- kini petani karet tampil lebih percaya diri dengan memproduksi karet KKK dan menjualnya langsung ke pabrik. Selain memproduksi sendiri, beberapa KUBK binaan KPw BI Prov.Kalteng telah mampu menjadi narasumber untuk pengenalan sistem KKK kepada kelompok KUBK lain yang masih menggunakan metode rendam untuk pengolahan karet. Kebiasaan baik yang menular, kini aroma karet tidak lagi busuk, namun lebih kepada aroma karet murni yang memberikan transformasi nyata yang berdampak pada kesejahteraan perekonomian masyarakat Kalteng yang terus merangkak naik.