Mohon tunggu...
Fawaidurrahman Faid
Fawaidurrahman Faid Mohon Tunggu... -

nevernervous..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Meretas Identitas Politik Islam

19 Maret 2011   19:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:38 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[10] Komarudin Hidayat dan Ahmad Gaus AF (ed), Passing Over, Melintasi Batas Agama, cet,ke-3, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama dan Yayasan Wakaf Paramadina, 2001), hlm.166.

[11] Ibid.

[12] Umaruddin Masdar, Membaca Pemikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang Demokrasi, cet,ke-2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.129

[13] Ali Machan Moesa, NU, Agama dan Demokrasi. Komitmen Muslim Tradisional Terhadap Nilai-Nilai Keagamaan, cet,ke-1, (Pustaka Da’i Muda, 2002) hlm.185.

[14] Penulis merasa tidak perlu untuk menjelaskan secara detail tentang hal-hal yang berkaitan dengan dekonfessionalisasi disebabkan keterbatasan ruang dan waktu. Penulis hanya akan mencoba memberikan keterkaitan dengan kondisi politik islam di indosenia. Lebih lengkapnya baca Kopral Cepot “memahami fenomena politik islam di indonesia” dalam http://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/04

[15] Asumsi ini searah dengan apa yang di kemukan Anam dalam Khairul Anam, Legitimasi Politik Tuhan, (Yogyakarta: Cipta Kumala Pustaka, 2007) hlm. viii

[16] Mohon maaf karena penulis tidak bisa menghadirkan referesni yang jelas dari ungkapan Ibnu Qoyyim tersebut. Ungkapan tersebut penulis ambil dari paparan salah seorang Dosen (Dr. K. Malik Madany) ketika menyampaikan kuliah Tafsir Ahkam paha hari Rabu, 2008.

[17] Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, (Jakarta: Paramadina, 1999)

[18] Keterangan lebih detail tentang Qadhafi dan Pola politik yang ia tawarkan, silahkan baca, Mahmoud Ayoub, alih bahsa Wahdad & Abdullah Haq, Islam dan Teori Dunia Ketiga: Pemikiran Keagamaan Mu’ammar Qadhdhafi, (Bogor: Humaniora Press, 2004) hlm. 149

[19] Khoirul Anam, Legitimasi…, hlm. 146.

[20] Asumsi ini terinspirasi dengan sebuah buku Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, karangan Khaled Abou el Fadl yang didalamnya seolah mengisyarat bahwa umat islam tidak boleh terjebak kepada symbol dan otoritarianisme pemikiran apalagi politik. Sebab, baginya, Islam dan umat islam mesti menjadi sarana perwujudan rahmat dan kasih sayang Tuhan bagi semua manusia. Kasih sayang dan moderasi yang menjadi nilai dasarislam harusdiingat dan dibiakkan dalam hati umat Islam. Agar ekstrimisme tak punya tempat. Agar kebersamaan semua manusia dalam menegakkan nilai-nilai kebertuhanan sungguh-sungguh mendulang kemajuan. Silahkah baca Khaled Abou El Fadl, alih bahasa Helmi Mustofa, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, (Jakarta: Serambi, 2006)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun