Setiap manusia pasti mengalami perubahan tingkah laku selama masa perkrmbangannya. Perubahan tingkah laku yang menurut setiap individu mampu memberikan kenyamanan pada setiap tempat dimana individu itu berada. Perubahan tingkah laku selama usia individu bertambah maka perubahan itu akan semakin terorganisir, hirarkis, realitis, dan efektif.
Setiap individu memiliki rasa dimana individu tersebut harus dapat berkomunikasi dengan komunitas sosial. Semakin ia dewasa maka semakin kuat dan semakin lebih selektif individu dalam memilih komunitas sosial yang lebih membuatna bermanfaat menurutnya. Misalnya, anak-anak dapat mempertahankan hubunganna dengan teman-temanna pada waktu itu, semakin dewasa mereka akan berinteraksi dengan semakin banyak orang dalam berbagai kelompok. Dibutuhkan suatu sistematik, harus berbuat apa ketika berhubungan dengan orang dalam kelompok yang sama ( Alwisol, 2011)
Perubahan tingkah laku yang hirarkis menurut Lewin (dalam Alwisol, 2011) adalah ketika individu mampu untuk lebih memanfaatkan apa yang ada dilingkungan sekitarnya untuk memperoleh kepuasan sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya. Tingkah laku juga bisa akan semakin rumit, orang dapat mengubah-ubah btingkah lakunya, pindah dari region satu ke region yang lain. Misalnya pada tingkah laku bayi yang merupakan reaksi yang kacau diseluruh tubuhnya. Lewin menyebutkan jenis aktivitas umum semacam ini sebagai tingkah laku saling ketergantungan sederhana (simple interdependence) dimanasistem tegangan saling mempengaruhi. Adapun sumber tegangannya lapar, haus, kedinginan, takut. Tegangan yang terjadipada bayi menyebar rata keseluruhanorganisme mneghasilkan aktivitas masal (menyeluruh). Semakin mencapai kemasakan, semakin diperoleh saling ketergantungan yang terorganisir (organizational interdependence). Dimana aksi yang independen menjadi terorganisir secara hirarkis (Alwisol,2011)
Perubahan tinglkah laku yang realistis adalah ketika individu sudah mencapai kemasakan dalam perubahan tingkah laku maka individu tersebut akan mampu untuk membedakan realiutas dengan fantasi. Meningkatnya realisme prsepsi lebih dikenali pada area hubungan sosial. Misalnya anak kecil mungkin melihat tingkah laku orang lain sesuai keinginan dan kebutuhannya. Anak yang lebih tua memahami secara lebih relistik, bahwa orang lain mempunya rencana dan tujuan dari tingkah laku mereka sendiri (Alwisol, 2011)
Selain akan membuat tingkah laku individu semakin realistis, kemasakan juga akan membuat perubahan tingkah laku individu semakin efektif. Artinya tingkah laku akan semakin ekonomis. Orang akan berusaha untuk memperoleh hasil maksimal dengan usaha yang minimal. Tingkahlaku yang efektif mentut adanya penyesuaian ruang hidup dengan sifat-sifat yang sebenarnya dari lingkungan eksternal fisik dan sosial. Penyesuaian semacam itu hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa yang masak (Alwisol, 2011)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H