Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Lily Putih Pilihan Rosalinda

4 November 2023   01:19 Diperbarui: 4 November 2023   01:27 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hiduplah seorang kakek penjual bunga. Dia mempunyai seorang cucu perempuan bernama Rosalinda. Katanya suasana hati itu bisa tergambar dari kesukaan terhadap bunga-bunga yang dipilih. Rosalinda mengambil sekuntum bunga lily berwarna putih dan mencium aroma harumnya. Sang Kakek lalu berkata, "Bunga lily warna putih itu melambangkan kesedihan". Biasanya orang yang berada di pemkaman akan membawa bunga lily berwarna putih"

"Kenapa kamu mengambilnya?"
" Apakah ada suatu permasalahan yang kamu hadapi pada hari ini?" tanya Kakek
" Iya betul kakek aku lagi ada masalah, selama beberapa hari ini. Aku tidak menjumpai lagi pemuda yang biasanya mengobrol denganku. Tidak tahu alasanya kenapa. Mungkin saja dia pindah ke suatu tempat yang aku tidak ketahui keberadaanya.

Pendekatan 

"Bunga teratai melambangkan keindahan", sebut pemuda itu di awal perbincangan.

"Oh ya?? Kenapa kamu jadi tiba-tiba puitis coba? Jawab Rosalinda.

"Oh maaf bukan keindahan tetapi kesedihan, bunga teratai itu bunga lily ya?" tanya pemuda.

"Beda nggak sih?" Tanya Rosalinda

"Teratai atau disebut juga Nymphaea atau Water Lily" jawab pemuda.

"Oh jadi nama latin bunga teratai adalah bunga Lily, aku baru mengetahuinya". celetuk Rosalinda.

"Apakah kamu suka pemuda yang romantis atau biasa-biasa saja?" tanya pemuda itu melanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun