Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menyayangi Kucing seperti Keluarga Sendiri

17 November 2020   01:27 Diperbarui: 17 November 2020   18:18 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumparan.com/24 Juli 2020

Kucingku yang ada di rumah telah pergi. Terakhir kali aku melihatnya kemarin lusa pada hari Minggu (9-11-2020). Warna kucingku itu hitam dan putih. Kucing ini menurutku jenis kucing anggora. Keluarga kami sudah menganggap kucing ini seperti keluarga sendiri. Tingkah lucunya yang lucu dan keberanian untuk beraktivitas bersama keluarga kami di rumah sungguh sulit untuk di lupakan.

Kucing ini diberi nama "ending" oleh keluargaku. Sebenarnya kucing ini datang dengan sendirinya di rumah kami. Kebetulan adek saya begitu suka dengan kucing. Sehingga kucing ini di rawat dengan penuh kasih sayang.

Adik memberi makan dan kadang tidur bersamanya di kasur. Pernah pula adek saya menggoda kucing ini. Caranya dia membawa tali dan dibawalah lari tali itu. Ending pun dengan sergap mengejar tali itu.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Itulah pelajaran yang aku dapat dari perginya "ending" dari rumah. Kebiasaanya adalah selalu mengikuti anggota keluarga kami jika lagi pergi. Ketika ibu pulang dari berbelanja. Lalu ending melihatnya ada di jalan.

Ending pasti langsung mengikuti ibu. Ending bersuara "meang-meong" pertanda kalau dia sudah lapar di pagi hari. Sesampainya di rumah ibu lalu memberi makan ending dengan wiskas berbentuk donat. Sebelumnya wiskasnya berbentuk ikan. Anaehnya ending ini tidak suka makan ikan asin atau pun tikus.

Kebiasaan buruk "ending"

Pada awalnya ending tinggal di rumah kami. Kalau buang "pup" atau kotoran sembarangan. Tapi ya tetap di toilet. Namun tidak di lubang wc-nya. Tepatnya adalah di sebelahnya. Sehingga saat ending "pup". Biasanya saya atau ibu siap-siap buang kotoran ending di luar rumah.

Kebiasaan buruk ending yang buang pup sembarangan lama-kelamaan bisa berubah. Ending tidak buang pup sembarangan. Kami sudah tidak pernah bau pup ending lagi di toilet. Ending sudah bisa buang kotoran di luar rumah.

Hal ini tentunya tidak terjadi secara alami. Saat ending buang pup sembarangan. Biasanya ibu memarahi ending dengan suara yang keras. Mungkin ending menyadari kalau hal itu tidak disukai. Sehingga dia pun tidak buang kotoran sembarangan lagi.

Ciri-ciri ending yang menghilang dari rumah yaitu hidungnya pesek, bulunya berwarna hitam putih, dia termasuk hewan yang jinak. Apalagi jika sudah kenal dengan manusia. Maka ending akan mengikuti kemana kita pergi saat dia lapar.

Jinak dan Liar

Setiap hewan yang datang ke rumah. Boleh kita anggap sebagai tamu. Mungkin ada sebagian rezeki yang kita peroleh dari bekerja yang merupakan hak hewan itu. Sehingga kita wajib memberi makan hewan piaraan itu dengan makanan kesukaanya. Agar dia tetap bisa bertahan hidup dan berkembang biak.

Ending ini sudah tinggal di rumah kami mungkin sekitar setahunan. Dulu sudah pernah mengandung tetapi mengalami keguguran. Hingga kini kami tidak pernah melihat ending mengandung lagi.

Beberapa minggu yang lalu ada suatu kejadian. Pada mulanya ada kucing kecil yang datang ke rumah. Kelihatanya kucing kecil ini ingin makan wiskas. Tetapi ending dengan suaranya yang keras. Sepertinya tidak suka dengan kedatangan kucing kecil ini. Dia mengajak bertengkar kucing kecil tersebut. Karena suara gaduh antara ending dan kucing kecil. Ibu lalu melerai kucing yang berkelahi tersebut.

Tidak disangka sikap kebinatangan ending muncul. Biasanya yang jinak dan bersahabat dengan keluarga kami. Dia mencakar kaki ibu saya hingga berdarah. Kesimpulannya dalam diri hewan yang sudah jinak masih ada sifat keliarannya. Ibu lalu membersihkan lukanya dengan kapas. Kini sudah sembuh.

Pelajaran dari Kucing

Ending juga pernah membantu kami dalam memerangi tikus-tikus di rumah. Dia akan menggigit dan membawa tikus keluar rumah. Kebiasaan ending suka tidur saat siang hari, saat perut sudah terisi makanan. Maka dia malas-malasan lalu tertidur.

Apakah ada pelajaran berharaga saat ending datang ke rumah kami? Dia sudah mengisi ruang di rumah kami. Suaranya, gerakan tubuhnya, hingga bayangan dia tidur di kursi masih teringat. Kini ending hanya menjadi suatu kenangan yang tak terlupakan. Rasa kehilangan memang butuh latihan untuk bisa menerimanya dengan hati yang lapang.

Semoga di tempat barunya ending. Ada keluarga yang juga begitu menyayangi ending. Dengan memberikan hak-hak ending untuk diberi makanan setiap hari. Selain itu bisa memperlakukan ending dengan baik. Tidak berbuat kasar terhadap ending. Karena ending juga mahluk Tuhan yang butuh hidup dan melestarikan jenisnya.

Aku berharap bagi penemu ending untuk tidak menaruhnya didalam sangkar. Saya merasa kasihan karena kebebasanya untuk pergi kesana-kemari juga dibatasi. Selain itu juga saya tidak berharap bagi yang menemukannya untuk di jual di pasar hewan. Karena otomatis ending akan di taruh di sangkar. Sebagai etalase untuk dipamerkan bagi para pecinta kucing anggora.

Bagi seorang muslim rasanya tidak asing mendengar hadits tentang seorang tuna susila yang dimasukkan surga karena telah memberi anjing air minum saat kehausan di suatu gurun pasir. Ada suatu kisah yang sebaliknya dari kisah diatas, seperti diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Umar. 

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ada seorang perempuan yang masuk ke dalam neraka karena perkara seekor kucing. Kucing itu dia ikat sampai mati. Dia tidak memberinya makan. Tidak pula membiarkannya lepas sehingga bisa mencar makanan sendiri, sekalipun serangga-serangga di tanah. (Republika.co.id/ 08-05-2020)

Ada suatu kisah tentang kucing. Saat itu di rumah hanya ada kucing dan anak yang masih kecil. Ternyata tiba-tiba ada ular datang. Si kucing pun bertaruh nyawa untuk menghadang ular yang akan mencelakakan anak kecil yang ada di rumah tersebut. Setelah pertarungan itu kaki-kaki kucing pun berdarah karena serangan ular. Tetapi untungnya si ular kalah dan meninggalkan rumah tersebut.

Saat sang pemilik rumah datang dan melihat kucing di depannya berlumuran darah. Pemilik rumah tersebut lalu menyakiti kucing. Dia berprasangka buruk dengan menganggap kucing itu menyakiti anaknya yang ada di rumah.

Dari kisah tersebut penting kiranya kita untuk selalu berperasangka baik terhadap orang lain. Karena perasangka buruk kita kepada orang lain bisa jadi tidak tepat sasaran. Padahal orang yang kita sangka buruk merupakan pahlawan yang melindungi buah hati kita.

Jadi tidak ada ruginya kita berbuat baik kepada hewan. Pasti ada jalan yang baik jika kita menolong sesama mahluk ciptaan Tuhan.

Semoga bermanfaat

Mojokerto, 17-11-2020

Salam,
Eki Tirtana Zamzani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun