Setelah saya komentari kami pun bertegur sapa dan menanyakan kabar. Kebetulan hari ini adalah puasa yang sudah jalan mendekati sepuluh hari terakhir.Â
Dimana akan datang suatu malam yang lebih baik dari seribu malam yakni malam lailatul qadar. Umat muslim diseluruh dunia akan berbondong-bondong menjemputnya di Masjid pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.
Beliau bercerita kalau semalaman habis menjemput malam lailatur qadar barangkali bisa kebagian malam istimewa itu dari Allah SWT. Saya lalu mendo'akan beliau semoga bisa mendapatkanya atas seizin Allah SWT tentunya.
Beliau lanjut bertanya kepada saya, "Pean mboten ta?" / ("kamu tidak mencarinya juga?") lalu saya menjawab "Tidak Pak". "Lo kok mboten niku critone yoknopo?" / ("ko bisa tidak bagaimana ceritanya?")
Saya hanya menjawabnya dengan ikon senyuman lalu memberikan gambar panduan memperoleh malam lailatul qadar. Pertama, tingkatkan ibadah dimalam sepuluh terakhir. Kedua, utamakan hari ganjil di 10 malam terakhir. Ketiga, beriktikaf di masjid agar ibadah semakin khusyuk. Keempat, sesuaikan jadwal tidur agar ibadah malam hari tak terganggu rasa kantuk. (Instagram kumparan.com, Minggu/26-05-2019).
Beliau lalu menjawab "ngertos" (mengerti). "Sak gak-gak e kito nyobi nekani haq e wulan Ramadhon" / "Setidak-tidaknya kita mencoba untuk mendatangi hak-nya bulan Ramadhan". Tutur beliau
"Nggeh Pak, Kulo saget e menjalankan puasa mawon, ibadat sunnat dalu mboten saget" / "Iya Pak, saya bisanya menjalankan ibadah wajib saja seperti puasa. Namun ibadat sunat yang dilaksanakan pada malam hari belum bisa menjalankan". Tutur saya
"Qiyamullail nggeh mboten melulu rupi shalat malam atau senese. Njagong kanti taffakur inggih termasuk. Sering dodolan nang pasar kaperlu nafkahi anak keluarga nggih termasuk qiyamullail nek dimaksud nguripi ibadah" penuturan beliau.
"Qiyamullail itu tidak hanya berupa shalat malam atau sejenisnya. Semalaman tidak tidur dengan bertaffakur juga termasuk. Kemudian sering berjualan di pasar untuk menafkahi anak dan istri juga termasuk qiyamullail. Kalau aktivitas itu dimaksudkan untuk bisa menghidupi ibadah kita. Kemudian menyiapkan materi untuk murid-muridnya yang ada di sekolah juga termasuk. Hal itu tergantung motivasi atau niatan perbuatanya." penuturan beliau.
Setelah mendapatkan nasehat dari beliau. Saya yang sebelumnya tidak begitu tertarik dengan malam lailatul qadar. Kini mulai termotivasi untuk bisa mendapakannya juga. Karena menurut beliau saya masih memiliki peluang untuk mendapatkannya meskipun bukan seorang yang ahli ibadah. Tetapi tetap menjalankan kewajiban puasa dengan kegiatan yang bermanfaat.
Penutup