Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Terlena Kursi Empuk Anggota Dewan

19 April 2019   02:29 Diperbarui: 19 April 2019   07:00 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilihan legislatif menjadi pertaruhan kehidupanku untuk bisa menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Aku yang sejak kuliah mendapatkan julukan dari teman-teman sebagai aktivis kampus. Karena kebiasaanku untuk mengikuti organisasi ekstra kampus yang mampu mengempa nalar kritisku. Sehingga jadilah aku mahasiwa yang kritis dan idealis. 

Aktivis mahasiswa dituntut untuk selalu peduli terhadap nasib teman-temannya di kampus. Aktivis harus selalu kritis terhadap kebijakan kampus yang kurang berpihak kepada mahasiswa. Setelah berpengalaman menjadi aktivis kampus. Kini saatnya setelah tiga belas tahun berlalu lulus kuliah. Aku kembali ke lingkungan asalku. Aku memberanikan diri untuk mencalonkan diri menjadi anggota dewan di tingkat kota/kabupaten pada pemilu serentak tanggal 17 April 2019.

Menjadi anggota dewan adalah jalan yang harus aku tempuh untuk bisa memperjuangkan nasib masyarakat kurang mampu didesaku. Aku ingin berjuang sekuat tenaga untuk bisa mengentaskan kemiskinan di desaku. 

Kegiatan itu bisa melalui pelatihan kerja atau memberikan pendidikan non formal bagi anak-anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan karena keterbatasan dana dari orang tua. Kegiatan ini bertujuan agar mereka bisa pandai dan memiliki ketrampilan. Hal itu adalah angan-anganku untuk bisa membangun desaku selama ini.

Tidak ada sedikitpun keinginan untuk  menikmati jabatan dan fasilitas menjadi anggota dewan. Namun jika nanti saatnya tiba aku berhasil terpilih menjadi anggota dewan. Aku berharap bisa menerima gaji sebagai anggota dewan. 

Gaji ini halal dan memang hak yang harus aku diterima sebagai imbalan dari bekerja. Karena aku juga berkeluarga. Pasti keluargaku juga butuh kehidupan yang layak. Jika aku hanya mengandalkan gaji sebagai guru honorer terasa tidak cukup.

Pesta demokrasi telah dimulai, aku mulai berkampanye di media sosial. Status media sosialku mulai berisi penuh dengan pencalonanku menjadi anggota dewan. Aku mulai mencari tim sukses dari satu warung kopi  ke warung kopi yang lainnya. Aku mencari orang-orang yang benar-benar loyal dan setia terhadap setiap langkah gerak ku. Mereka yang telah aku rekrut menjadi tim sukses menjadi pendukungku baik itu di media sosial ataupun di kehidupan nyata.

Politik adalah jalan untuk menggapai kekuasaan. Terkadang demi mendapatkan kedudukan menjadi anggota dewan, calon legislatif bersedia untuk menggelontorkan uang yang tidak sedikit kepada pemilih dengan imbalan suara-suaranya di tempat pemungutan suara (tps). Saat musim kampanye uang menjadi mahar politik sebelum pencoblosan. Sehingga hal ini bisa mempermudah meloloskan caleg  yang bermodalkan duit untuk duduk di kursi empuk anggota dewan. Mungkin banyak caleg berfikir dengan kekuasaan yang sudah digenggaman jika terpilih. Suatu saat nanti pasti akan mudah mengembalikan uang yang telah digunakan saat kampanye.

Mungkin saja itu strategi yang dilakukan oleh lawan politikku. Namun realitanya aku saja tidak memiliki banyak uang. Aku tidak mampu memikul beban hutang untuk membeli suara pemilih. Bagaimana nasib keluarga kecilku nanti jika aku terlanjur berhutang begitu banyak kepada bank untuk biaya menjadi anggota dewan. 

Tetapi Allah belum menakdirkan jabatan itu kepadaku. Betapa terpukulnya diriku, saat hutang sudah melilitku. Jabatan sebagai anggota dewan ternyata gagal teraih. Bisa-bisa aku depresi dan tidak bisa tidur semalaman suntuk karena memikirkan kerugian materi kampanye. 

Cita-cita menjadi anggota dewan masih membumbung begitu tinggi. Meskipun dengan dana kampanye yang terbatas. Aku tetap mempublikasikan pencalonanku di lingkungan tempat tinggalku. Aku memulai memasang banner dan bendera partaiku. 

"Pilihlah yang Muda dan Inspiratif, Konco Dewe (teman sendiri), Inshaallah Amanat" Itulah bunyi janji-janjiku saat berkampanye. Selain itu, aku memberikan kaos kepada tim suksesku yang telah membantuku untuk mempublikasikan pencalonanku ke masyarakat luas.

Tanpa uang lelah ke pemilih sedikit pun. Biaya kampanye ini ternyata menggerogoti uang pribadiku. Partai tidak memberikan biaya apapun dalam berkampanye pencalonanku untuk menjadi anggota dewan. Terkadang aku huras hutang sana-sini untuk menutup biaya kampanye jika kondisi keuanganku lagi menipis.

Hari tenang kampanye pun tiba, tim suksesku berbondong-bondong melepaskan atribut kampanyeku. Foto senyum manisku dengan penuh semangat yang menawarkan perubahan bagi masyarakat di lingkunganku tidak ada lagi. Suasana desa kembali lengang tanpa atribut-atribut kampanye caleg yang bertarung pada pemilu tahun 2019.

Sempat aku berfikir sejenak. Aku yakin bisa meraih separuh suara di desaku. Namun aku kurang yakin untuk bisa mendapatkan suara di desa-desa lain yang masih dalam satu kecamatan. Apalagi sudah bukan rahasia umum lagi banyak politisi yang langganan mendapatkan jatah kursi anggota dewan memberikan amplop secara cuma-cuma kepada pemilih. Hal ini tentunya bisa menggerus pemilih yang sudah bersimpati kepadaku. Kemudian para pemilih yang matre bisa saja berhaluan arah untuk memili caleg -caleg yang memberikan amplop sebelum pencoblosan.

***

Pada hari-h pencoblosan aku berada di tps lingkunganku. Ditemani dengan sanak keluarga dan tim suksesku. Sebelum warga desa mencoblos. Mereka berjabat tangan menyalamiku dengan senyuman ramah-tamah. Mereka memberikan semangat kepadaku untuk tetap kuat dengan hasil apapun dalam pemilu kali ini. Perasaan deg-degan jika tidak terpilih tetap ada diperasaanku. Namun aku menyembunyikannya, agar sanak keluargaku tidak mengkawatirkan kondisi keadaanku saat ini.

Pencoblosan di mulai pada pukul 08.00 - 13.00 wib. Hari mulai malam petugas tps masih menghitung perolehan suara dari masing-masing caleg. Untuk menghilangkan ketegangan, saat berada dirumah aku selalu memutar tasbih sambil menyebut asma-asma Allah SWT. 

Aku tidak berani menunggu penghitungan secara langsung di tps. Yang aku takutkan jika hasilnya mengecewakan bisa-bisa aku pingsan di tempat karena biaya kampanye yang sudah aku keluarkan tidak sedikit. 

Kebetulan di tps ada saudaraku yang menjadi anggota kpps. Aku meminta kepadanya untuk bisa mengirim informasi mengenai perolehan suara. Pada pukul 21.48. Ponselku berdering menandakan ada kiriman pesan masuk. Ada kiriman gambar dari saudaraku tadi. Setelah aku unduh ternyata hasil perolehan suara. Aku melihat urutan atas ada caleg petahana yang memperoleh 58 suara. Kemudian namaku dibawah sendiri dalam satu partai dengan perolehan 51 suara. Sementara caleg-caleg dari partai lain hanya memperoleh kurang dari lima belas suara.

Menurut peraturan KPU, anggota-anggota dewan yang terpilih adalah yang memiliki suara terbanyak dari masing-masing partai. Peraturannya adalah ada pembagi bilangan ganjil mulai dari angka 1, 3, 5, dan seterusnya pada perhitungan berikutnya.

Di kecamatanku ada tiga partai yang bertarung dengan masing-masing partai memiliki dua caleg untuk memerebutkan dua posisi anggota dewan. Caleg ke-1 partai bintang mendapat 58 suara. Sementara caleg ke-2 dari partai bintang mendapat 51 suara. Sementara itu caleg ke-1 partai beringin mendapat 14 suara. Kemudian caleg ke-1 partai banteng mendapat 12 suara. Maka caleg yang berhak lolos pada hitungan pertama adalah caleg dengan suara terbanyak yakni caleg pertama dari partai bintang dengan 58 suara.

Karena masih ada kuota satu anggota dewan lagi maka dilakukan perhitungan yang kedua. Partai yang telah ada perwakilannya maka akan dibagi dengan angka tiga. Suara caleg ke-2 partai bintang yakni 51 dibagi dengan angka tiga ketemunya yaitu 17 suara. Sementara untuk caleg ke-1 partai beringin yang suaranya 14 tetap dibagi satu dan hasilnya 14. Lalu caleg ke satu partai banteng yang jumlah suaranya 12 juga di bagi satu dan hasilnya tetap 12. Maka sesuai dengan peraturan kpu yang berlaku. Caleg yang berhak menjadi anggota dewan pada perhitungan ke dua adalah caleg ke-2 dari partai bintang.

"Alhamdulillah akhirnya aku bisa menjadi anggota dewan. Aku ingin membangun desaku agar menjadi lebih baik lagi. Sehingga perekonomiannya meningkat dan bisa menyejahterakan masyarakat. Duduk di kursi empuk anggota dewan begitu banyak godaan. Ada lobi-lobi dalam menetapkan kebijakan pemerintah daerah yang meminta persetujuan anggota dewan. Kini tanda tanganku begitu berarti dan bisa menghasilkan pundi-pundi uang dengan mudah. Aku pun terlena. Kedudukan di masyarakat juga terpandang. Tidak akan ada lagi orang-orang yang meremehkanku". Kata-kata yang terbesit dalam hatiku.

Saat menghadiri rapat anggota dewan dengan pejabat di suatu kementerian ternyata ada uang lelahnya. Kontraktor yang memenangkan tender pembangun gedung indoor olahraga di kotaku memberikan jatah amplop bagi anggota dewan. Uang itu dimasukkan kedalam amplop berwarna coklat dan dibagikan rata sebelum acara rapat dimulai. 

Saat acara rapat berlangsung, tiba-tiba hal yang tidak diinginkan terjadi. Ada tim kpk yang menyidak rapat saat berlangsung. Amplop coklat yang berisi uang itu ternyata menurut penyidikan kpk adalah uang suap agar pemilik kontraktor tersebut bisa memenangkan lelang pembanguna gedung olahraga indoor di kotaku.

Semua anggota dewan yang hadir, pejabat kementrian, dan kontraktor swasta tersebut harus menjadi tahanan kpk karena terkena kasus suap pelelangan gedung indoor olahraga. Berita yang tidak sedap tersebut pun beredar melaui media massa baik itu media cetak ataupun media elektronik seperti televisi. Rasanya aku tidak sanggup untuk menjadi anggota dewan jika harus menanggung status narapidana korupsi tahanan kpk. Harga diriku saat ini pasti sudah hancur dimasyarakat. Sikap idealis yang dulu aku eluh-eluhkan kini hanya sebatas cerita warga di warung kopi.

Keringat dingin bercucuran di sekujur wajah dan tubuhku.

"Tidaaaak! Tidaaak! Tidaaak!, aku lebiha baik tidak jadi anggota dewan jika membuat harga diriku hancur di depan keluarga dan tetangga-tetanggaku." Celetukku sambil terbata-bata.

"Mas- mas bangun!'' celetuk istriku

Istighfar mas, mas badannya hangat hingga mengigau saat tidur.

"Itu dek aku tadi bermimpi buruk. Impianku menjadi anggota dewan berhasil terwujud. Namun harus bernasib na'as atau sial karena terciduk operasi tangkap tangan (OTT) kpk.

"Iya mas mungkin itu sebagai pertanda dari Allah SWT mas. Jika masnya nanti bisa terpilih menjadi anggota dewan harus ditujukan untuk mengabdikan diri mas kepada masyarakat. Hilangkanlah sikap rakus, sombong, dan tidak peduli terhadap nasib masyarakat kecil seperti keluarga kita ini mas".

"Namun jika memang masnya nanti tidak terpilih menjadi anggota dewan. Masnya jangan bersedih hati dan kecewa secara berlebihan. Bisa jadi hal itu adalah bentuk kasih sayang Allah SWT kepada mas. Allah SWT melindungi mas untuk dihindarkan dari musibah dan marabahaya yang bisa merendahkan harkat dan martabat mas dan keluarga kita di kampung ini". Nasehat istriku kepadaku.

Setelah itu aku bergegas untuk wudlu dan shalat subuh. Kemudian mandi dan jalan-jalan sambil berolahraga mengelilingi desa. Setelah pukul 08.00 wib, aku dan keluargaku segera datang ke tempat pemungutan suara terdekat untuk memberikan hak pilihku. 

Apapun hasil dari pemilu tahun ini aku harus tetap rendah hati jika terpilih menjadi anggota dewan dan tidak terlalu bersedih hati jika belum diberi amanat oleh masyarakat dan takdir Allah SWT tentunya.

semoga bermanfaat

Mojokerto, 19-04-2019

Salam

Eki Tirtana Zamzani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun