Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Batuk yang Tak Kunjung Reda Berkaitan dengan Riwayat Jantung Bocor?

4 Februari 2019   00:50 Diperbarui: 4 Februari 2019   00:58 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://yusvianews.blogspot.com

Murid saya sudah beberapa hari ini tidak masuk sekolah. Dia di rawat inap di rumah sakit karena penyakit batuk yang dialaminnya. Nama anak itu adalam Rama. Tempat tinggalnya di Kweden Kembar Kabupaten Mojokerto. Kulitnya sawo matang, berambut hitam lurus, dan selalu mengenakan arloji di pergelangan tangannya dari pemberian orang tuanya. Namun kini keceriaanya sudah tidak bisa saya lihat lagi didalam kelas karena sudah dua minggu mengamar di rumah sakit. 

"Saat sakit mendera di dalam tubuh kita. Pasti kita merenung bahwa nikmat kesehatan adalah salah satu rezeki yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Tetapi rezeki kesehatan terkadang tidak kita syukuri karena ketidak tampakan-nya. Padahal kita tahu semua bahwa kesehatan itu mahal harganya".

Sebagai pengajar yang mengajar di dua tempat sekolah dan bimbel. Tentunya saya kesulitan untuk menjenguk murid saya yang sakit tersebut. Saya kemudian menjenguknya pada saat hari libur yaitu hari Minggu (27 -02-2019). Saya pergi ke rumah sakit pada sore hari diiringi dengan hujan rintik-rintik yang membasahi tubuh saya tipis-tipis.

Saya mengajak teman kerja di bimbel, namanya Pak Candra. Saya bersepedaan untuk menuju ke rumah sakit umum Mojosari kabupaten Mojokerto. Saya berangkat pada pukul 17.00 WIB. 

"Suasana yang mendung dan teduh di perjalanan sungguh menenangkan hati dan pikiran saya. Saat-saat tersebut adalah sesuatu yang langka dalam hidup saya karena bisa saya temui di akhir pekan saat tidak ada kesibukan memberikan les di bimbel."

Saat sore hari saya biasanya di bimbel. Pemandangan di jalan raya dengan melihat hijaunya persawahan, melewati jembatan yang dibawahnya mengalir aliran air sungai, dan pemandangan gunung dari kejauhan sungguh elok untuk dipandang mata.

Perjalanan ke rumah sakit seperti rekreasi bagi saya yang sehari-harinya dipenuhi dengan berbagai kesibukan bekerja di sekolah dan bimbel. Alangkah bahagiannya saat kita bisa memanfaatkan waktu satu jam hingga dua jam saat libur untuk menyegarkan pikiran dengan melihat pemandangan yang indah.

Perjalanan menuju rumah sakit sekitar 45 menit. Kita sampai di rumah sakit sebelum shalat maghrib. Sepeda motor saya parkir di tempat parkir depan rumah sakit. Kemudian kita bertanya pada petugas keamanan rumah sakit ruangan murid saya dirawat. Beliau menjelaskan arah-arah jalan menuju ruang kamar inap murid saya.

Dokter, perawat, dan orang-orang yang menjenguk pasien berjalan berlalu-lalang di dalam rumah sakit. Saya melihat petugas administrasi dengan kesibukannya mencatat kegiatan operasional rumah sakit. Rumah sakit menjadi tempat untuk beristirahat bagi pasien yang harus di rawat di ruang inap selama 24 jam lebih hingga kesembuhannya.

Saat kita ke rumah sakit. Kita datang untuk menghibur orang yang sakit. Semoga dengan kehadiran kita bisa sebagai penyejuk orang yang kita jenguk. Saat kita berkunjung tujuannya adalah untuk mendoakan kesembuhan penyakitnya. tidak lupa pula kita membawa buah tangan seperti roti dan air minum. Tujuannya agar buah tangan yang kita bawa bisa di konsumsi oleh orang yang sakit dan penjaganya.

Murid saya di jaga oleh kedua orang tuanya. Saat saya sampai disana saya bertemu ibunya. Kebetulan ayahnya saat itu lagi menunaikan ibadah shalat maghrib di masjid. Ketika saya datang langsung saya menyalami ibunya dan murid saya. Terlihat wajah sumringah ibu murid saya. beliau terlihat begitu senang saat saya kunjungi.

"Bagaimana Ibu Heni keadaan adek rama, apa sudah membaik?" tanya saya. 

"Masih batuk-batuk Pak Eki yang tak kunjung reda, Rama setiap saat jika lagi membutuhkan perawatan harus di uap. Batuknya kambuh lagi. Saat dia tidak bisa menjaga makanannya ya beginilah akhirnya. Kebiasaanya saat pertama batuk maka akan dilanjutkan dengan batuk-batuk selanjutnya. Batuk itu tidak kunjung reda. Sehingga wajahnya pun mulai membiru". Terang Bu Heni.

"Riwayat penyakitnya Rama dulu, dia itu pernah terkena jantung bocor Pak. Sehingga sewaktu dia masih sekolah TK harus menjalani operasi penjahitan jantung bocor oleh dokter sepesialis yang berada di klinik kota Surabaya. Biaya operasinya dulu sekitar Rp 50.000.000,00. Untungnya saat itu kami segera mengurus kartu bpjs terlebih dahulu. Agar biaya operasinya bisa di tanggung oleh pihak bpjs. Kami bisa mengangsur biaya iuran bpjs pada tiap bulannya sehingga bisa terasa ringan". tutur Bu Heni 

Untungnya saat itu ada orang baik yang membantu saya Pak. Jika saya harus bolak-balik dari kota Mojokerto ke kota Surabaya tentu biayanya juga mahal dan bisa-bisa saya capek diperjalanan. Sehingga saya juga bisa sakit karena keletihan. Saat saya ikut sakit, adek Rama malah tidak ada yang memperhatikan karena ayahnya juga harus bekerja. Karena beliau tulang punggung keluarga kami.

Dokter yang merawat operasi jantung bocor untuk anak saya saat itu menawarkan bantuan kepada saya Pak. Saya disuruh tinggal saja dirumahnya. Selama adek dalam menjalani masa-masa perawatan mulai dari sebelum operasi hingga selesai operasi.

Tahunya penyakit jantung bocor mendera tubuh adek yaitu saat itu saat adek batuk-batuk dan tak kunjung reda. Kemudia dokter memutuskan untuk memeriksa jantungnya di ruangan laboratarium. Ternyata jantung adek Rama bocor. Bocornya itu lebih kecil dari tusukan jarum yang membentuk lubang. 

Operasi pembedahan dimulai dari pukul 09.00 WIB dan selesai pada pukul 10.30 WIB. Jadi waktu 90 menit tersebut yang membuat perasaan kami selaku orang tua begitu tidak tenang karena diliputi perasaan khawatir. Menurut dokter jika operasinya berhasil maka kesembuhan dari penyakit batuk yang akan diterima adek. Namun jika gagal maka kebocoran jantung adek akan semakin melebar. Orang tua mana yang tega melihat anaknya masuk diruang operasi untuk dibedah. Saya tiada henti-hentinya untuk mendoakan kesembuhan dan keberhasilan operasi yang dilakuan saat itu.

"Bu saat operasi adek di bius setengah sadar atau harus dibius total?" tanya saya

"Itu Pak adek Rama di bius total sehingga saat menjalani operasi tidak sadarkan diri".

"Perbedaan sebelum dan sesudah operasi adalah bunyi detakan jantung. Saat sebelum dioperasi, detukan jantungnya seperti mengalir kencang. Setelah dioperasi sudah kembali berdetak normal. Alhamdulillah pak operasinya waktu itu berhasil dan lubang yang bocor bisa kembali menutup melalui penanganan medis". Tutur Bu Heni

Pak saya bingung, ada dua dokter yang memeriksa penyakit batuk adek Rama saat ini. Dokter pertama bilang kalau penyakit batuk adik sekarang ada hubungannya dengan jantung bocor yang telah dialami dek Rama waktu masih TK. Sementara dokter berikutnya menyatakan tidak ada hubungannya. Menurut dokter kedua penyakit itu adalah batuk biasa.

"Untuk sementara waktu ibu mengikuti saja arahan tim dokter dari rumah sakit. Jika memang sudah membaik kesehatannya adik Rama pasti nanti diperbolehkan pulang. Yang terpenting sekarang adalah adek selalu tepat waktu untuk makan dan minum obat saat jamnya telah tiba . Untuk diagnosa dokter, mungkin nanti ada rapat internal tersendiri bagi pihak rumah sakit untuk menentukan diagnosa yang tepat tentang penyakit yang dialami dek rama" tutur saya

"Bu pengalaman saya saat batuk dulu, saya disarankan dokter untuk tidak mandi terlalu pagi atau mandi terlalu sore. Karena batuk itu bisa juga disebabkan oleh hawa dingin yang berada disekitar tubuh. Saat adek batuk-batuk, ibu bisa mengoleskan minyak kayu putih dileher dan dada bagian depan adek. Inshaallah nanti tenggorokan dan dada depan adek bisa hangat. Sehingga bisa meredakan batuk adek". tutur saya melanjutkan

Pak setiap pagi dek Rama itu selalu mandi dengan air hangat. Agar aman dan tidak menimbulkan gejala batuk-batuk lagi. Pak saat belajar di rumah adek Rama ini kendalanya sulit dalam menulis jawaban yang ada bacaan paragrafnya. Saya takutnya adek Rama ini kena efek samping dari obat-obatan yang di konsumsinya mulai dari sejak kecil. 

"Apakah mungkin efek samping obat bisa menurunkan kemampuan daya pikir anak?" Saat adek mengerjakan soal-soal yang ada bacaanya panjang memang pengerjaanya cenderung lama.

"Iya bu dulu saat semester satu, saat bapak harus menjemput adek ketika selesai ulangan semester. Beliau harus menunggu terlebih dahulu. Karena adek belum selesai dalam mengerjakan soal-soalnya". Jawab saya

"Oh iya pak saya ingat, waktu itu dia bilang ke saya kalau saat  mengerjakan dia berbicara dengan temannya. Sehingga saat waktunya habis pekerjaanya belum selesai". Bu Heni menambahkan.

"Oh begitu ya bu, semoga saja efek samping obat tidak begitu berpengaruh terhadap daya tangkap adik dalam membaca soal-soal yang ada bacaanya. Sehingga lambat-laun adek bisa menangkap isi bacaan yang ditanyakan dalam soal. Sehingga bisa mengerjakan soal-soal yang ada bacaanya sesuai dengan anak normal pada umumnya". saya menambahkan

Saat saya berkunjung di rumah sakit untuk menjenguknya, adek rama beberapa kali batuk-batuk. 

Saat dokter mengharuskan pasiennya untuk di rawat di ruang inap rumah sakit. Maka tangannya pasien harus di tusuk dengan jarum infus. Saya merasa iba melihat rasa sakit yang diterima tubuhnya saat jarum infus itu menusuk kulit pergelangan tangan adek Rama. Alangkah baiknya bagi orang tua untuk selalu menjaga kesehatan anak-anaknya agar tidak lagi mengalami kesakitan saat di infus menggunakan jarum.  

"Pak saya ini tidak bisa mengontrol makanannya adek saat di sekolah. Jika dia meminum es atau memakan makanan yang pedas. Setelah itu dia pasti batuk-batuk lagi. Hal itulah yang membuat saya sedih. Sehingga kepikiran dia terus. Dia itu anak saya satu-satunya. Tuhan belum memberikan amanat buah hati lagi kepada keluarga kami". tutur Bu heni 

"Iya bu inshaallah saat adek sudah sembuh nanti. Kemudian dia kembali belajar di sekolah sebisa mungkin saya untuk ikut mengawasi makanan dan minuman yang akan dibeli adek. Agar sakit batuknya itu tidak kambuh lagi. Sehingga adek bisa mengejar ketertinggalan materi pelajaran yang ada di sekolah". Tutur saya

Wah saya ko pesimis ya pak, kelihatannya ko sulit untuk mengawasi jajanan dan minuman anak satu-persatu. Tetapi saya mengucapkan terimakasi banyak atas perhatian Pak Eki kepada anak saya. Saya mengucapkan terimakasih banyak atas kunjungannya hari ini. Semoga Pak Eki lekas dapat pendamping. He he

Iya bu ini saya sudah berihtiar tinggal berdo'anya saja agar bisa seimbang. Saya pamit pulang dulu ya bu. Semoga adek Rama bisa lekas sembuh. aamiin

*keterangan

sumringah : ceria

buah hati : anak

buah tangan : oleh-oleh

Mojokerto, 4-02-2019

Salam,

Eki Tirtana Zamzani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun