Orang Indonesia ada yang sukses dalam berbisnis dan menjadi milyarder. Jika kekayaan itu berasal dari harta warisan peninggalan orang tua tentu tidak ada yang bisa dibanggakan. Namun jika kekayaan yang diperoleh dimulai dari nol sampai menjadi orang yang sukses dari segi finansial. Maka hal tersebut patut untuk diacungi jempol dan bisa menjadi contoh bagi kita semua.
Pada minggu-minggu ini kita mendengar kabar mengenai meninggalnya Sang pendiri Sinar Mas Group, Eka Tcipta Widjaja pada usia 98 tahun. Menurut majalah Forbes, beliau menempati urutan orang terkaya ke-3 di Indonesia. Kekayaan berdasarkan Forbes adalah US$ 8,6 miliar atau setara Rp124,7 triliun dengan mengacu kurs Rp 14.500 per dolar As. (detikfinance, 27-01-2019)
Menurut artikel yang ditulis oleh Pak Dahlan Iskan di situs www.disway.id. Bos sinar Mas Group ini memulai karirnya dari bawah. Beliau sudah belajar berbisnis dengan cara berdagang sejak dibangku SD. Jika pemikiran banyak orang bekerja untuk bisa biaya sekolah.Â
Namun berbeda dengan pemikiran Pak Eka, dia meninggalkan bangku sekolah formal untuk berdagang. Dia ingin bekerja walaupun tidak menamatkan sekolah untuk jenjang SMP dan SMA. Sebagai penggantinya ketika malam tiba beliau memanggil guru les untuk mengajarinya ilmu pengetahuan.
Tahukah pembaca kalau Pak Eka sudah memiliki jiwa pebisnis dimulai dari sejak kecil. Usaha yang pertama kali dicoba adalah berjualan biskuit. Caranya yaitu dengan menjaminkan ijazahnya sewaktu SD dengan empat kaleng biskuit pada grosir toko Ming Heng. Singkat cerita usaha berjualan biskuit kaleng yang dijalani selama empat tahun mendapatkan keuntungan sebesar 2500 gulden.Â
Keuntungan yang didapat sebagian digunakan untuk merenovasi rumah yang dindingnya masih berupa anyaman bambu dan atapnya dari rumput. Hasil renovasi membuat rumhnya menjadi berdinding kayu dan atapnya berupa seng.
Pada tahun 1941 menjadi sejarah kelam bagi Pak Eka. Beliau mengalami kebangkrutan usaha yang pertama. Arisan tender yang di ikuti dibawa kabur oleh pemenang tender. Kegagalan pertama ini tidak membuatnya berputus asa untuk gantung sepatu menjadi pengusaha.Â
Beliau mencoba peruntungan lagi untuk berbisnis rongsokan. Rongsokan itu berasal dari buangan barang-barang bekas dari truk tentara. Tetapi dia tidak langsung terjun ke usaha rongsokan.
Pada mulanya beliau mendirikan warung untuk berjualan minuman di area pembuangan rongsokan. Saat tentara mengalami kelelahan dari mengangkat barang-barang bekas. Biasanya yang pertama kali dicari adalah air minum.Â
Tentu hal ini sebagai peluang bisnis yang menggiurkan dan menguntungkan. Tidak puas hanya berjualan minuman, beliau mencoba peruntungan untuk menjual makanan ayam rebus. Beliau meminta bantu ibunya untuk memasakkan ayam rebus. Ternyata ayam rebus yang dijual kurang laku.Â
Sebagai pengusaha beliau bersedia untuk mengorbankan beberapa dagangannya untuk memperoleh hasil yang lebih. Pengorbanan ini bisa kita sebut pancingan untuk mendapatkan ikan atau hasil yang lebih besar.Â