Saat terjadi inflasi seperti saat ini yakni menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Biasanya nilai jual saham perusahaan di Indonesia akan mengalami penurunan. Saat kita memutuskan untuk menjual saham tersebut maka bisa mengalami kerugian. Hal ini dapat terjadi karena harga beli saham lebih mahal dari harga jual saham.
Langkah Strategis yang dilakukan Pemerintah
Pemerintah telah berusaha untuk melakukan cara yang efektif dalam menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia antara lain:
Pertama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Indonesia harus mengenjot produksi dalam negeri untuk ekspor dan membatasi kegiatan barang impor guna memperkuat nilai rupiah agar cadangan devisa naik.
Kedua, Pemerintah juga berencana untuk membatasi impor dengan pembatasan barang produksi PPH 22. PPH 22 yang berisi soal pemerintah bakal menyetop barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal yang selama ini impor.
Ketiga, memperkuat produksi dalam negeri untuk ekspor merupakan salah satu langkah penguatan nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap nilai kurs dolar yang mencapai Rp. 14.900 saat ini. (cnbcindonesia.com/5-9-2018)
Ketiga langkah yang akan diambil oleh pemerintah mungkin melalui berbagai pertimbangan. Penulis telah merangkum beberapa alasan yang berasal dari berbagai sumber di media online:
Pertama, menurut saya saat warga Indonesia mengekspor barang ke luar negeri. Maka produsen akan mendapatkan biaya pembayaran berupa mata uang dollar. Sehingga hal ini bisa menambah devisa negara. Hal ini tentunya bisa berdampak menguatnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS.
Kedua, pemerintah segera merealisasikan kebijakan pembatasan impor terhadap 900 jenis barang konsumsi. Pembatasan impor barang konsumsi akan dilakukan dengan meningkatkan pajak penghasilan (PPh) impor.Â
Kebijakan ini diterapkan untuk memperkuat fundamental ekonomi dengan mengurangi defisit neraca pembayaran. Defisit neraca pembayaran Indonesia yang terus melebar menjadi sentimen negatif bagi para pelaku pasar. (republika.com, 5-9-2018)
Ketiga, "kondisi rupiah yang melemah secara tidak langsung menguntungkan kegiatan ekspor. Sebab, dari hasil tersebut bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak meskipun dari harga yang sama. Ekspor yang tinggi juga akan membantu neraca perdagangan Indonesia menjadi surplus dari yang saat ini masih mengalami defisit" tutur Pieter Abdullah selaku Ekonom Center of Reform on Economics (CORE). (detik.com, 12-07-2018)