Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tanggapan Pembaca yang Membangun tentang "Inner Beauty"

29 Mei 2018   03:00 Diperbarui: 29 Mei 2018   02:59 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel yang telah kita tulis tentu memiliki tujuan yaitu  ingin menyampaikan pesan kepada pembaca. Pada hari Minggu (27-05-2018) saya telah menulis artikel berjudul "Warisan Inner Beauty Lady Diana bagi Dunia" di kompasiana.com. Pesan yang ingin saya sampaikan dalam tulisan tersebut adalah cintailah seseorang berdasarkan inner beauty-nya. Ternyata ada salah satu pembaca yakni teman saya sendiri. Dia perempuan anaknya baik dan supel sekali ketika diajak chatting. Dia mengirimkan pesan pribadi kepada saya. Dia mau menanggapi artikel yang telah saya tulis tersebut.

Sebelumnya saya akan membahas tentang Inner beauty. Inner beauty adalah suatu kecantikan yang ada dalam diri/hati seseorang. Seperti : baik dalam tindakannya, memiliki jiwa sosial yang tinggi, dan berempati terhadap pasangannya. Dalam artikel tersebut, saya menganjurkan kepada pembaca untuk tidak terlalu melihat fisik dalam memilih pasanganya. Karena kecantikan yang berupa fisik itu tidak abadi dan suatu saat nanti ketika kita sudah tua kecantikan itu pasti akan lutur. 

Begitu pula dengan harta, harta tidak akan kita miliki selamanya. Roda sepeda saja bisa berputar. Begitu pula dengan perekonomian dalam kehidupan. Kadang kita berada diatas dan tidak menutup kemungkinan suatu saat kita juga bisa berada dibawah. Janganlah memilih pasangan yang matrealistis. Kalau kaya bersedia untuk hidup bersama. Namun, ketika berada dibawah tidak setia. seperti lirik lagu saat kaya abang di sayang, kalau miskin abang ditendang.

Kedua hal itu memang tidak ada salahnya untuk menjadi pertimbangan kita dalam memilih pasangan. Namun bukan menjadi persyaratan utama. Menurut saya dalam artikel kemarin yang paling utama adalah inner-beauty (kecantikan dalam diri) seseorang. Atau bisa kita sebut juga dengan spiritual (kemampuan agamanya).

Berikut ini adalah salinan isi percakapan chatting saya dan teman saya tersebut dari aplikasi smartphone Whatss App:

"Eki, Saya suka dengan artikel terbaru kamu di kompasiana." 

"Owh Artikel tentang Warisan Inner Beauty Lady diana Ya?" jawabku

"Iya betul sekali" jawabnya

"Kamu kan menulis artikel tentang bagaimana mencintai seseorang berdasarkan inner beauty-nya, dalam kehidupanmu sendiri eki bagaimana?" 

"Inilah sulitnya jadi penulis, apa yang kita tulis seharusnya sesuai dengan keadaan yang ada pada dirinya. Untuk sementara saya belum bisa menjawab pertanyaanmu",  jawabku.

"Jangan memberikan jawaban dari sisi penulis, karena menurutku menjadi penulis itu ketika dia siap mempublish tulisannya walaupun itu bukan berdasarkan pengalaman peribadi mereka, setidaknya si penulis harus bisa memahami konsep dari keseluruhan tulisannya dengan bahasa mereka sendiri terlebih dahulu bukan?" Agar pesan dari tulisan tersebut tersampaikan dengan baik kepada pembaca?" Dan menurut saya itu memang sulit".

"Coba dijawab spontan berdasarkan keyakinan hati kamu sebagai lelaki." Ujarnya.

"Tidak ada seorang pun yang bisa menebak ataupun menjamin apakah inner beauty yang dimiliki saat berhadapan dengan seseorang itu asli atau palsu?" Tanyanya

"Asli atau palsu? Ehm sikap seseorang yang asli itu dapat kita lihat ketika orang itu lagi terburu-buru karena ada sesuatu hal yang mendesak. Maka kita bisa melihat sifat asli seseorang tersebut." jawabku

"Salah , belum tentu apa yang kita lihat dari seseorang saat sedang dalam situasi yang mendesak itu adalah sikap mereka yang asli. Karena pada saat-saat genting segala macam sikap/keputusan yang diambil 85% tercampur dengan emosi orang tersebut".

"Jawaban yang benar versi saya adalah kita hanya bisa membedakan itu palsu atau nyata hanya dengan waktu dan ketulusan hati" jawaban menurut pendapatnya.

"Iya memang sulit mencintai seseorang  berdasarkan inner beauty-nya saja, tanpa melihat fisiknya terlebih dahulu. Pembahasan tentan inner beauty memang mudah untuk saya tulis. Namun sulit untuk saya terapkan dalam kehidupan saya. Saya masih mementingkan fisik dalam memilih pasanganku kelak". Jawabku

"Nah , jadi saya tahu, kamu belum sepenuhnya percaya. Gpp, jujur lebih baik, emang kok susah dalam menjalaninya. Susah pake banget memang."

"Manusia mah wajar kalau apa yang tampak terlihat oleh mata itulah yang dijadikan pertimbangan terlebih dahulu." Jawabnya

"Oke terimakasih masukannya, hal ini bisa saya jadikan pertimbangan dalam menulis artikel lagi". Jawabku

Itulah cuplikan chatting saya dengan salah satu teman di aplikasi whats app. Ketika kita menulis artikel di media warga kompasiana dan tulisan tersebut diberikan tanggapan oleh orang lain. Berarti tulisan kita itu memiliki daya tarik untuk dibaca oleh orang lain. Sebagai penulis kita berusaha untuk membalas dengan baik dan sopan atas tanggapan yang telah diberikan kepada kita. 

Meskipun tanggapan itu berisi kritikan ataupun saran yang membangun. Dengan begitu, kita bisa tahu letak berlebihannya artikel yang telah kita tulis. Ternyata kita pun menyadari akan mengalami kesulitan untuk melaksanakannya. Meskipun hal itu menurut kita memang baik untuk dilaksanakan.  

Dengan adanya tanggapan mengenai tulisan kita. Sehingga kita bisa mengoreksi tulisan kita itu lagi. Dan bagi saya sendiri kejadian ini bisa menjadi introspeksi bagi diri saya sendiri dalam menulis artikel kedepannya nanti. Memang menulis itu mudah sekali tinggal mengetik tuts-tuts pada keyboard laptop. Namun dari hasil karya tulis kita. Kita akan memiliki beban moral dan tanggung jawab yang besar apabila tidak bisa melakukan sesuai dengan apa yang telah kita tulis. 

Rencana saya dalam memilih pendamping hidup memang masih memandang fisiknya terlebih dahulu.  Lebih baik lagi apabila dia juga memiliki inner beauty yang baik dalam dirinya. Dan juga berasal dari keluarga baik-baik. Amin

Semoga Bermanfaat

Selamat membaca sambil menunggu waktu sahur tiba.   

Mojokerto, 29-05-2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun