"Om di sini juga ngajar dek di sekolah dan bimbel. Adek mau diajarin sama om?"
"Boleh om, tapi tidak membayar kan?"
"Enggak lah dek. . ,"
"Ok om besok aku ke rumahnya om ya!! Aku mau melihat-lihat buku-bukunya om. Om kan mengajar dibimbel. Apa om punya buku matematika SD Om? Dan saya juga ingin diajarin belajar sama om lho. Boleh kan om?"
"Ok dek, Om Eki punya bukunya ko. Besok saya tunggu di rumahnya om eki," jawabku.
Kemudian saya bertanya lagi,
"Adek cita-citanya apa kalau sudah besar?"
"Saya ingin jadi dokter om,"
Kalau om boleh tahu, alasannya apa ko adik ingin jadi dokter?"
"Itu alasannya adalah aku ingin membantu orang-orang yang tidak mampu om. Om tau sendiri kan biaya untuk periksa ke dokter itu mahal. Bagi orang yang miskin kalau sakit kan tidak memiliki biaya. Aku merasa kasihan kepada mereka. Jadi aku ingin jadi dokter agar bisa membantu kepada orang-orang miskin. Kalau nanti saat dewasa aku bisa jadi dokter saat mereka periksa untuk berobat akan aku gratiskan biayanya om,"
"Baik sekali dek tujuan cita-citamu. Semoga adek bisa meraihnya kelak yaa. Untuk menjadi dokter adek harus mencintai pelajaran ipa ya. Terutama mempelajari tentang organ yang terdapat pada tubuh manusia,"
"Iya om," jawabnya.
Kondisi Ekonomi Orang Tua yang Pas-pasan Tidak Menyurutkan Anaknya untuk selalu Berprestasi
Ayahnya anak tersebut adalah sepupuku. Beliau menurutku adalah seorang seniman. Dia bisa melukis dengan cat minyak di kain kanvas dan juga bisa membatik di kain blaco. Dia diperantauan pernah bekerja sebagai pengajar bagi ibu-ibu yang ingin belajar membatik. Biasanya orang-orang yang datang adalah berasal dari luar kota. Setelah itu, beliau keluar dari pekerjaanya karena tidak suka dengan birokrasi yang ruwet di pemerintahan.
Sekarang beliau bekerja sebagai pengajar batik di sekolahan anaknya. Gajinya biasanya dibayar tiap pertemuan sebesar Rp50.000,00. Sebulan mengajar selama delapan kali disekolahan tersebut. Jadi selain mengajar membatik beliau juga sambil bekerja menjual kain-kain batik.
Meskipun dengan keterbatasan ekonomi. Sepupuku tersebut berusaha dengan keras agar anaknya bisa berprestasi di sekolahannya. Karena anak adalah harapan orang tua. Kesuksesan anak di masa depan tentu tidak terlepas dari campur tangan orang tua dalam mendidiknya dimasa sekarang. Meskipun demi kesuksesan anak tersebut harus diganti dengan bekerja keras untuk biaya anak sekolah. Sepupuku bersedia bekerja apa pun aan dilakukan demi kesuksesan anaknya kelak.
Saya sebagai saudara hanya bisa membantu dengan do'a. Semoga Allah SWT memberikan kelancaran rezeki kepada sepupuku. Sehingga bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua tentu tidak mau hidup anaknya sama atau lebih tidak enak dari dirinya. Sehingga apapun akan dilakukan agar anaknya menjadi anak yang cerdas, pintar, dan shaleh serta shalehah sehingga nantinya bisa membahagiakan kedua orang tuanya di dunia maupun di akhirat.
Amin . . .
Semoga Bermanfaat.
Mojokerto, 29-06-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H