Sebagai guru di Madrasah Ibtida'iyah dan Tutor di bimbel. Saya menemui anak dari berbagai tingkatan siswa mulai dari anak-anak SD, SMP, dan SMA. Kebiasaan anak-anak SD yang masih suka bermain. Anak SMP yang sudah mulai hidup berkelompok dengan teman yang memiliki hobi sama. Dan juga anak SMA yang sudah mulai tertarik dengan lawan jenisnya.
Berbagai permasalahan timbul dalam belajar. Hal ini dapat disebabkan dari dalam diri siswa ataupun dari lingkungan sekitar. Pada dalam diri siswa, mereka ada yang masih malas dalam belajar. Jarang ada anak yang mau belajar dengan kemauannya sendiri.Â
Biasanya orang tuanya lah yang selalu mendorong anak untuk lebih giat dan rajin dalam belajar. Mulai dari mengeleskan anaknya di lembaga bimbingan belajar. Hingga memberikan motivasi kepada anaknya agar mereka tahu pentingnya ilmu pengetahuan bagi masa depannya kelak.
Sedangkan dari faktor luar, biasanya dari lingkungan sekitar anak yang  yang tidak kondusif. Bisa jadi anak-anak kita berteman dengan anak yang kurang begitu memperhatikan dalam pelajaran. Teman-teman yang hanya suka bermain saja dan tidak menghiraukan penjelasan guru sewaktu berada di dalam kelas. Sehingga waktu untuk belajarnya berkurang dan terpotong. Hal ini bisa berdampak menurunnya prestasi belajar siswa di sekolah.
Anak SD; Bermain dan Belajar
Pengalaman saya mengajar anak-anak kelas 3 SD butuh ketelatenan dan kesabaran yang tinggi. Mereka begitu aktif dalam bergerak dan terkesan tidak menghiraukan gurunya didalam kelas. Mereka suka berlarian di dalam kelas, bergurau dengan teman sebangku, bermain, dan terkadang terjadi pertengkaran-pertengkaran kecil. Biasanya ada salah satu anak yang menangis akibat pertengkaran itu. Sudah menjadi tugas guru untuk menenangkan dan mendamaikan mereka berdua agar bisa rukun kembali.
Guru harus bisa mengkondisikan suasana di dalam kelas agar lebih tenang terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Ketika suasana kelas sudah kondusif maka proses belajar mengajar bisa dimulai. Sehingga Ilmu yang akan di ajarkan oleh guru kepada siswa bisa masuk dengan mudah. Tanpa ada ganguan dari keramaian siswa.
Ilmu yang dipelajari disekolah itu bermacam-macam jenisnya. Mulai dari bahasa untuk berkomunikasi, matematika untuk berhitung, berolahraga demi menjaga tubuh agar tetap sehat dan bugar, dan juga ilmu agama untuk menjadi pedoman hidup kita agar bisa membedakan mana hal-hal baik yang boleh dikerjakan dan bisa membedakan mana hal-hal buruk yang harus ditinggalkan.
Berbagai macam Ilmu pengetahuan itu tentu bermanfaat bagi anak-anak. Terutama dalam belajar membaca dan berhitung. Komunikasi adalah alat yang digunakan untuk bersosialisasi dengan orang lain. Pelajaran bahasa indonesia menjadi ilmu yang harus mereka kuasai. Agar mereka bisa menulis, mengeja kata, hingga mampu untuk membaca suatu kalimat. Sehingga mereka paham terhadap isi suatu bacaan. Dan mereka bisa berbicara dengan teman atau gurunya dengan lancar.
Anak kelas satu biasanya sudah bisa diajak untuk berbicara. Namun mereka masih mengalami kesulitan dalam menulis dan membaca. Sehingga guru dan orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarinya sampai bisa. Karena hal itu adalah dasar agar mereka bisa menuntut ilmu sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Guru mengajar dengan hati yang ikhlas. Harapannya adalah agar anak didiknya bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Kalau masih tidak bisa, ya minimal bisa hidup mandiri dan tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain kelak ketika mereka sudah dewasa.Â
Guru biasanya datang pagi-pagi ke sekolah dengan semangat untuk menyampaikan ilmu. Murid-murid juga siap untuk menerima beragam ilmu yang diajarkan oleh gurunya. Guru mengajar dengan hati yang tulus. Dan murid belajar dengan hati yang riang gembira. Ketika dua hati sudah klik maka proses menutut ilmu akan lebih mudah.
Ketika murid sudah cocok dengan gurunya. Maka pastinya mereka juga akan menyukai pelajarannya. Sehingga ilmu yang dipelajari akan lebih mudah dipahami karena kedekatan emosional antara guru dengan siswanya.Â
Anak SMP dan SMA; Hidup Berkelompok dan Sudah Mulai Menyukai Lawan Jenis
Pada usia anak smp biasanya mereka berteman secara berkelompok sesuai dengan kegemarannya atau hobinya. Mereka juga sudah mulai ada perasaan suka dengan lawan jenisnya. Terkadang hal ini bisa dijadikan motivasi untuk belajar.
Tentu anak-anak yang sedang dimabuk cinta akan tampil di depan pujaan hatinya dengan penampilan yang sempurna. Dan juga tidak akan mau terlihat bodoh dalam pelajaran dikelas. Bila sampai terjadi, hal ini tentu akan berdampak negatif penilaian pujaan hatinya terhadap dirinya.
Sehingga mereka akan selalu berusaha untuk menyiapkan materi pelajaran di rumah. Hal ini agar mereka bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru ketika berada di sekolah. Sehingga bisa kelihatan pandai di depan pujaan hatinya.
Masa-masa SMP dan SMA adalah masa dalam pencarian jati diri. Mereka sudah mencapai usia baligh. Murid laki-laki sudah pernah mimpi basah untuk pertama kalinya dan murid perempuan sudah berfungsi organ-organ reproduksinya di dalam tubuh. Sehingga murid perempuan sudah bisa mengalami kehamilan bila terjadi proses fertilisasi (pembuahan).Â
Hubungan pertemanan antara murid laki-laki dan perempuan harus selalu dijaga. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti sex bebas yang menyebabkan terjadinya hamil diluar nikah. Sehingga untuk menutupi kesalahannya biasanya dengan melakukan aborsi. Hal ini tentu haram hukumnya dalam agama islam dan juga dilarang oleh negara. Bila ketahuan ada yang melakukan tindakan aborsi tentu akan masuk meja hijau.
Pacaran sebaiknya dihindari terlebih dahulu pada usia sekolah. Demi tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan seperti diatas. Lebih baik mereka mementingkan prestasi akademiknya di sekolah. Karena berdampak positif terhadap kehidupan di masa depannya nanti.
Suatu saat nanti pasti ada waktunya bagi mereka untuk mencari pasangan. Hubungan yang resmi yakni pada jalur pernikahan. Ketika sudah berkeluarga mereka harus bisa hidup secara mandiri. Suami wajib menafkahi keluarganya dan istri berkewajiban merawat anak-anaknya di rumah.Â
Hal ini tentu dapat dilakukan dengan baik bila pasangan suami istri itu pintar. Kepintaran seseorang didapat ketika sekolah pada masa mudanya. Dengan ilmu yang dimiliki. Maka mereka bisa menjalankan kehidupan berumah tangga dengan baik. Setiap permasalahan yang datang silih berganti bisa dihadapi dengan ilmu. Sehingga kehidupan rumah tanggannya bisa mapan dan tidak kekurangan dalam segi keuangan.
Mojokerto, 3 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H