Mohon tunggu...
Galih Dwi Jatmiko Setiawan
Galih Dwi Jatmiko Setiawan Mohon Tunggu... -

Nama : Galih Dwi Jatmiko Setiawan Manager of Publication in Ethlisthos enterpreunership

Selanjutnya

Tutup

Money

Dari Limbah Jadi Berkah, Wirausaha Kreatif Tas Biji Salak

3 Juli 2013   07:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:05 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disaat banyak orang sulit  mencari pekerjaan, 4 pemuda/pemudi dari UNY mengembangkan wirausaha kreatif tas etnic biji salak.  Tas  etnic dari limbah biji salak ini mulai dirintis menjadi slah satu icon oleh-oleh kerajinan khas Yogyakarta.

Ninda Arum (Sastra Inggris), Mohammad ridwan (PGSD), Irawan (PLS), dan Galih Dwi (Pendidikan Biologi) pemuda kreatif yang berinovasi untuk mengelolah limbah biji salak menjadi berbagai produk tas ethnic dan ramah lingkungan bernaman Ethlisthos. Irawan selaku ketua dari wirausaha Tas Ethlisthos menuturkan bahwa biji salak memiliki struktur yang kuat dan motif bagian dalam yang untuk sehingga untuk kedepannya akan menjadi produk unggulan dari Kota Yogyakarta. Untuk produksi sendiri dilakukan didaerah Sewon, Bantul. Ninda Menuturkan untuk memproduksi sebuah tas Ethlisthos memerlukan empat tahap, yaitu: pemotongan, pengukiran, perangkaian, dan packaging. Ethlisthos menggukan alat khusus yang digunakan untuk memotong dan mengukir biji salak. Alat ini dibuat secara khusus oleh salah satu pengrajin batok ukir di daerah Sewon, Bantul. Dalam satu hari dapat dihasilkna 1.000 potong biji salak ukir untuk 5 buah tas ukuran sedang dengan harga berkisar Rp. 100.000,00 – Rp. 2.500.000,00 tergantung dari motif, desain, dan tingkat kerumitan.

Tas tersebut di kerjakan oleh tenaga kerja khusus di daerah Sewon, Bantul. Dengan adanya wirausaha Ethlisthos telah membuka lapangan kerja baru untuk masyarakat didaerah Sewon, Bantul. Dengan omset penjualan senilai kurang lebih 4.000.000, Kerajinan ethlisthos menjadi salah satu inspirasi bagi mahasiswa lain untuk membukan peluang usaha lainya.

Ridwan menuturkan bahwa Tas Ethisthos merupakan inovasi pertama dan satu-satunya tas berbahan dasar rangkaian biji salak sebagai solusi dari banyaknya limbah biji salak didaerah Turi, Sleman, Yogayakarta. Tas yang dibuat guna mendukung go green ini dibuat dengan bahan-bahan ramah lingkungan serta dibuat dengan nuansa ethnic Yogyakarta. Ridwan mengatakan bahwa harapanya Tas Ethlisthos dapat menjadi satu kerajinan khas Yogyakarta dan menjadi salah satu icon kerajinan khas Yogyakarta.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, tas ethlisthos ini  sedang diproduksi masal dikawasan Sewon, Bantul untuk memenuhi permintaan pasar dan menjadikan tas tersebut menjadi produk unggulan kerajinan khas Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun