Mohon tunggu...
Logika Eman
Logika Eman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Percaya berawal dari masuk masuk akal.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Permainan Rumah Sakit

6 Juni 2020   18:22 Diperbarui: 6 Juni 2020   18:27 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERMAINAN RUMAH SAKIT__

Barangkali pemikiran kita sama, pernah kah kalian masuk rumah sakit baik itu kalian berobat atau hanya menjaga keluarga yang sedang sakit.
Kemudian pernahkah kalian menjumpai penolakan di rumah sakit, baik karena dianggap tidak memiliki cukup dana atau anda dibuat menunggu begitu lama sedangkan anda membutuhkan pelayanan cepat. Sedangkan alasan dari rumah sakit yaitu mengantri, dokter belum datang, alat medis sedang terpakai untuk pasien yang lain, kamar tidak tersedia lagi dll.

Pernahkah ?________

Jadi menurut saya, rumah sakit itu memiliih pasien. Seolah-olah rumah sakit adalah rumah bagi orang kaya yang sakit. Jadi wajar saja kalau orang Indonesia sakit berobat ke orang pintar (dukun) karena mereka tau berobat di rumah sakit mahal. Selain itu rumah sakit tidak hanya memilih berdasarkan status kaya atau miskin tetapi rumah sakit lebih cenderung menerima pasien operasi.

Sedangkan orang kaya, bila orang kaya sakit dan di bawa ke rumah sakit terutama pihak rumah sakit tahu bahwa yang sakit itu adalah seorang pejabat atau pengusaha sukses akan mendapat sambutan senyuman tulus, pelayanan segera diberikan, diantar keruangan terelit , alat medis lengkap, ditangani segera oleh dokter langsung dan ditawarkan rawat inap.

Tapi yang penting adalah permainan rumah sakit dalam mengambil keuntungan, sungguh kejam.
Permainan rumah sakit yang mengambil keuntungan berawal dari masyarakat yang tidak mengerti medis. Maka apa kata dokter kita ikut aja. Karena pemikiran kita adalah yang penting sembuh, masalah biaya bisa dicari. Inilah yang dimanfaatkan oleh pihak rumah sakit. Dimana pasien bisa sembuh tanpa operasi tetapi pihak rumah sakit mengklaim harus operasi. Hanya menggunakan obat-obatan sederhana bisa sembuh namun diberikan daftar obat yang sangat mahal. Terkadang pihak rumah sakit tau pasien tidak akan terselamatkan namun pihak rumah sakit tetap menyuntikan obat-obatan mahal ke tubuhnya dan akhirnya obat itu nantinya akan dibayar mahal setelah pasien meninggal.
Dokter dan yang lainpun akan keluar dengan berwajah sedih dan mengatakan "maaf kami sudah berusaha smampu kami, tapi...." Kira-kira begitulah. Keluargapun berduka atas almarhum sekaligus menanggung beban biaya pengobatan yang mahal.

Beberapa minggu ini kita juga dihebohkan dengan berita penyogokan rumah sakit terhadap korban yang meninggal supaya keluarga memberi keterangan bahwa Ibu korban meninggal akibat virus korona, dimana faktanya korban meninggal bukan karena virus korona melainkan karena sakit jantung.

Namun rumah sakit mengatakan korban meninggal karena akibat virus korona, ini sudah tampak rumah memiliki permainan tersendiri seperti berbisnis dengan memanfaatkan virus korona. Karena seperti yang diketahui rumah sakit yg memiliki laporan mengenai adanya pasien yang terdampak virus korona, jelas akan mendapat santuna atau bantuan dari pemerintah.

Meski begitu, pihak rumah sakit telah menjelaskan mengenai hal penyogokan itu, pihak rumah sakit mengatakan itu bukan sogokan tetapi uang santunan, atau bantuan bagi siapa saja yang terlibat dalam pengurusan jenazah terdampak virus korona. Namun netizen justru mengira rumah sakit memberiian bantuan kepada korban atau orang-orang yang merawat jenazah terdampak pandemi adalah tidak masuk akal. "Mana ada rumah sakit mau menyumbangkan uang kalau bukan karena ada sesuatu dibaliknya." Apapun kebenarannya silhkan anda menilai sendiri.


Saya tidak menuduh semua rumah sakit melakukan hal semacam ini, namun ini hanya pemikiran penulis sendiri yg saya tulis sebagai fiksi dalam menilai kejadian-kejadian yang dilihat selama memasuki rumah sakit. Benar dan salah anda sendiri yang memutuskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun