Mohon tunggu...
Vema Syafei
Vema Syafei Mohon Tunggu... profesional -

Grow up, move on, stop holding grudges, forgive, forget, and live in the moment with eyes on my future

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ia Sudah Tak Bernyawa di Pangkuanku

27 September 2013   06:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:20 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Gambar: mawarhitam.blogdetik.com"][/caption] Suatu malam di sebuah club di negeri kangguru, seorang warga negara Vietnam mengajakku berkenalan dan mengobrol. Di sela-sela obrolan, dia menawarkanku 2 butir pil kepadaku. "Hey, you must try this one... it feels good..." Itulah awal aku terjerumus dalam jerat narkoba. Dan setelahnya aku terperosok semakin dalam. Aku bahkan rela menghabiskan uang saku dan gajiku habis demi narkoba. Sampai-sampai aku rela menjadi messenger untuk mendapatkan narkoba itu. Messenger adalah orang yang mengirimkan narkoba dari bandar ke pembeli. Hingga satu demi satu, beberapa teman sesama pecandu narkoba mulai meninggal karena over dosis. Tapi fakta-fakta itu belum membuatku berhenti dari menggunakan narkoba, hingga aku kembali ke Jakarta. Di Jakarta teman-temanku pun mereka yang sama-sama pengguna narkoba. Salah satunya Rima (sebut saja begitu). Rima adalah anak tunggal dari orang tua yang keduanya sangat sibuk. Ortunya baru pulang saat larut malam. Jarang ada waktu untuk keluarga kecil itu saling berkomunikasi satu sama lain. Saat ortunya di rumah pun Rima lebih sering tetap berada di kamarnya yang di lantai atas. Tidak ada yang tau bahwa selama ini Rima sering menggunakan narkoba di dalam kamarnya sendiri. Terkadang Rima mengajakku untuk mampir dan menggunakannya bersama-sama. Suatu hari Rima meneleponku dan mengatakan, "Ve ke sini dong, gue lagi banyak barang nih..." "Ya, gue lagi banyak kerjaan, besok deh...." jawabku pada Rima waktu itu. Namun akhirnya aku baru bisa datang 2 hari kemudian. Lalu di saat hari yang paling kelam dalam hidupku itu, aku datang ke rumahnya. Ketika baru saja masuk ke dalam ruang tamu, terjadilah drama tragis itu.... "Ve..., tolong Ve.. cegat taksi...!" ibu Rima panik memanggilku. Dan kulihat Rima dibopong oleh ibunya dan seorang pembantunya. Segera aku lari ke jalan raya dan mencegat taksi yang kebetulan lewat. Aku membuka pintu untuk kemudian masuk duluan ke dalam taksi, lalu ibu Rima dan pembantunya memasukkan Rima yang tubuhnya sudah terbujur kaku. Kepala Rima tepat berada pada pangkuanku dengan kondisi yang mengenaskan. Aku ikut panik juga saat itu... entah harus melakukan apa aku tak mengerti. Wajah Rima sangat pucat memutih, mulutnya berbusa dan sedikit terbuka, matanya setengah terbuka. Tangannya dalam posisi seperti mengejang, tapi tak ada tanda-tanda gerak dari tubuhnya. Sepanjang jalan ibunya terus menangis dan panik. Sesampainya di rumah sakit, kami langsung menggotong Rima ke ruang IGD. Tak berapa lama, dokter di IGD memberi tahu ke ibu Rima bahwa nyawa Rima sudah tidak tertolong lagi. Mendengar hal itu, badanku gemetar. Aku shock! Naluriku mengatakan untuk segera pergi dari rumah sakit... aku lari.. aku tak tau mau ke mana... tapi kemudian aku buru-buru pulang ke rumah. Aku menangis sejadinya di dalam kamar.. tapi entah aku menangisi apa, dan rasa takut itu pun muncul, takut mati, takut hidup, takut apapun yang aku tak mengerti... Sejak itu aku mulai mencoba mengurangi dosis pemakaian narkobaku. Dari sebelumnya aku menggunakannya setiap malam, lalu kucoba menjadi dua hari sekali, 3 hari sekali, hingga aku berhasil mengurangi intensitas pemakaian narkoba menjadi seminggu sekali. Meski apa yang kucoba lakukan bukan tanpa efek samping. Aku selalu menggigil, terkadang linglung, sedikit panik, tidak tau apa yang harus dilakukan saat keinginan untuk memakai zat haram itu datang. Aku coba untuk menghindari pergaulan teman-teman sesama pengguna narkoba. Aku mulai sering hang out dengan sahabat-sahabat yang lebih 'bersih' pergaulannya, sampai aku berhasil mengurangi dosis pemakaian dari 1 g menjadi setengah atau seperempat g. Memang 'kentang' (kena tanggung) sih.. tapi mau bagaimana lagi... Bubuk-bubuk setan yang selama ini mudah kudapat dari teman-teman pecandu tanpa harus membeli, kini jika aku sangat menginginkannya, aku harus membelinya sendiri. Harganya pun semakin mahal. Akhirnya aku mampu bertahan sebulan sekali tanpa narkoba. Belum berhenti benar memang. Tapi itu adalah sebuah langkah maju untukku. Aku mulai sangat dekat dengan seorang sahabat yang 'bersih'. Jangankan narkoba, atau minuman keras, merokok pun ia tidak lakukan. Selain menyibukan diri dalam pekerjaan aku mulai melakukan aktivitas-aktivitas kewanitaan seperti shopping dan merawat kecantikan dan penampilan. Gaji pun kini teralihkan ke unsur 3 F, food, fashion & film. Dan kini... tahun-tahun berlalu. Aku tak lagi mengalami ketergantungan atas narkoba. Tekad untuk benar-benar berhenti dan 'bersih' dari narkoba terus kuperjuangkan dalam diri sendiri. Bergulat dengan metabolisme tubuh yang telah berubah karena rasa ketagihan akan zat-zat terlarang itu. Rima sahabatku..., kudoakan kamu menemukan damai di atas sana... aku percaya Tuhan Maha Pengampun, segala kesalahan seorang anak manusia kuharap bisa terhapuskan karena kasih dan sayang Tuhan yang tiada batas... Aku berdoa kepada Tuhan agar kamu bisa diterima sebagai insan terluka yang membutuhkan rahmat dari Sang Maha Pengasih. Kejadian di sore hari yang kelam itu, menyakitkan untukmu, untuk kedua orang tuamu, dan juga untukku, telah menggedor hati ini, menyadarkanku akan kesalahan jalan yang pernah terlalui. Terimakasih Rima, terimakasih Tuhan, Kau telah menunjukkan jalan terangmu kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun