Mohon tunggu...
Farah Dzakiyah
Farah Dzakiyah Mohon Tunggu... Penulis - jeki si manusia biasa

panggil aja dzaki, pemalu yang punya mimpi besar sebanyak benda angkasa. punya mimpi bisa dapet beasiswa dan bisa keliling dunia bersama keluarga tercinta. bisa mati syahid di jalan Allah, sangat ingin bisa bersahabat dengan semua orang tapi dengan kelakuanku yang terkadang tidak bersahabat, semoga dzaki bisa selalu memperbaiki diri sendiri. suka buat puisi, kata2 gajelas, berharap bisa bermanfaat untuk sesama.. Alhamdulillah masuk jurusan dibangku kuliah yang bikin gabetah, tapi temen2nya bikin betah.. dari smk to Sastra, Uin Yogyakarta.. semangat dan terus berbuat baik dengan siapapun itu..

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Sekata dari Korban KPU Sleman

18 April 2019   13:00 Diperbarui: 18 April 2019   13:28 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah...

(tidak dianjurkan membaca beberapa paragraf dibawah ini dan bisa langsung scroll kebawah sampai mendekati kalimat seperti di Judul )

dibuang gak sayang...

Sebagai kebudayaan buruk orang Indonesia yang memang sukanya mepet-mepet sampe kebablasan termasuk saia. Tanggal 17 februari kemarin adalah hari terakhir pengurusan administrasi pindah memilih bagi para perantau di seluruh Indonesia, KPU memajukan waktunya yang seharusnya H-30 batas mengurus pindah memilih menjadi H-60 pemilu demi mengatur logistik, data dan lain sebagainya. walau begitu, KPU masih berbaik hati dengan memundurkan lagi jadwal administrasi pindah memilih hingga 10 April atau H-7 pemilu dengan syarat, tentu itu adalah kabar gembira untuk kita semua (auto nyanyi ya), tentu saya sebagai warga negara yang mau berubah baik tidak ingin ketinggalan berpesta rakyat di tanggal 17 nanti, akhirnya saya planningkan untuk berangkat ke KPU pada awal bulan april hingga terlupa dan tersadar sampai tanggal 9 april, sehari sebelum hari terakhir mengurus pindah memilih. 

Tapi nyatanya, teman saya sudah datang ke KPU dan jawaban dari petugasnya "maaf ya mbak, untuk mahasiswa yang ingin mengurus form a5 sudah tidak bisa, coba mbak dateng aja ke kelurahan" dengan raut wajah si petugas yang terlihat jengah dan tidak sedang ingin ditanya-tanyai, teman sayapun memutuskan untuk pulang dengan perasaan hampa. 

Keesokan harinya saya dan teman berangkat pagi jam 08.00 WIB menuju kantor Kelurahan, tepatnya kelurahan Sardonoharjo, Ngaglik Sleman. tapi masih tutup dan sepi, kata satpamnya biasanya kantor kelurahan bukanya jam 09.00 WIB. baiklah, saya kembali lagi ke kelurahan di siang hari. 

Setelah saya sampai di kelurahan, saya diarahkan untuk naik ke lantai dua menemui petugas, karena petugas kelurahan berbeda dengan petugas Pemilu. bertemulah saya dengan dua orang pemuda yang masih asik berdiskusi di dalam ruangan, sayapun langsung mengutarakan maksud dan tujuan saya. lalu salah satu pemuda itu menjelaskan dengan detail bahwa "Kenapa mahasiswa rantau di Jogja gak bisa pindah memilih" yaitu karena putusan MK hanya memperbolehkan 4 kategori yang mendapat form a5 hingga tanggal 10 april itu. memang sebelumnya di banyak artikel yang beredar ada yang menyebutkan bahwa mahasiswa sudah tidak bisa mengurus form a5, ada juga yang mengatakan masih bisa. tapi kenyataannya sudah tidak bisa mengurus form a5, meskipun pekerjaan saya di KTP adalah mahasiswa, tapi itu tidak berlaku sama sekali untuk pesta pemilu yang seharusnya adil ini. 

Hingga 17 april pun tiba, saya dan teman memutuskan untuk berkeliling TPS hanya untuk sekedar melihat-lihat meskipun sudah auto golput karena tidak dapat a5, dan ada beberapa hal unik yang kami temukan di beberapa TPS, diantaranya yaitu banyak TPS di Jogja, panitianya semua menggunakan batik (yaiyalah, biasa ge seragaman) apalagi semua pengurusnya adalah karang taruna yang tentu masih pada muda, cantik dan ganteng, lalu ada juga yang cukup menarik yaitu pemuda yang sedang bermain dadu... yang saya maksud disini, ada 2 orang pemuda pendukung Paslon yang berbeda, nah jika panitia pemilu menyebut "01 sah", maka pendukung 02 wajib memberikan uang beberapa ribu ke pendukung 01, begitu pula sebaliknya, sampe ada beratus surat suara. Sialnya buat mereka, ada polisi yang berjaga di TPS yang membuat mereka buru-buru menghentikan aksi bercandaan yang kuanggap serius itu. ada juga sekeluarga yang mengantre dari jam setengah 11 tapi, sudah kehabisan surat suara dan dioper ke TPS lain, namun tidak hanya itu, teman-teman saya yang berasal dari daerah Gowok, terpaksa harus menghemat uang makan untuk naik Grab karena dioper dari TPS satu ke TPS lainnya, meski setelahnya mereka bisa gratis makan sampe kenyang karena tinta pemilu.

setelah beberapa lama kami menunggui penghitungan surat suara, kami berkeliling lagi mengunjungi beberapa TPS, dan memfoto hasil perolehan suara Presiden hanya untuk sekedar mengobati rasa kekecewaan kami yang terpaksa Golput. 

di TPS ke sekian, kami bertemu tiga mahasiswa UGM yang berasal dari Gorontalo yang ingin mencoblos juga, kamipun bergabung bersama mereka yang bernasib sama, perantauan yang belum memiliki form a5, dan salah satu dari mereka ada yang mengatakan bahwa di TPS 49 bisa ikut mencoblos meski dari luar Jogja dan hanya menggunakan e-ktp saja tapi sayangnya surat suara di tps 49 sudah habis, sedangkan di Tps lainnya yang selanjutnya kami datangi, melarang kami untuk mencoblos karena kami tidak membawa a5.

disitu setelah kami berkeliling lagi dengan harapan ada TPS yang mau menerima e-ktp, nyatanya tidak. kamipun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun