Mohon tunggu...
Teguh Sunaryo
Teguh Sunaryo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemerhati Pendidikan Berbasis Bakat (Tinggal di Yogyakarta)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tuhan Lebih Penting Dari Agama

4 Desember 2014   12:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:05 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Logika dan Rasa serta Pikiran dan Hati Nurani :

Tuhan adalah segala-galanya walau segala-galanya bukanlah Tuhan. (Saya adalah bagian dari segala-galanya dan saya bukan Tuhan. Uang bagian dari segala-galanya dan uang bukanlah Tuhan walau ada juga orang yang menuhankan uang). Karena Tuhan adalah segala-galanya maka agama pun tidak penting bagi Tuhan (agama pun bagian dari segala-galanya dan agama bukan Tuhan itu sendiri), dan agama pun kalah penting bagi manusia di bandingkan dengan Tuhan itu sendiri. Itulah mengapa jangan menuhankan apa pun termasuk jangan menuhankan agama, dan jangan meng-agama-kan Tuhan karena Tuhan pencipta segala-galanya termasuk yang menciptakan agama untuk mengenalkan "dirinya" dan bagaimana manusia dan segenap makhluk semestinya bersikap terhadap-Nya.

Bahwa agama tidak lebih penting dari Tuhan itu benar, tetapi menafikkan agama juga merupakan perilaku yang perlu direnungkan kembali. Sepeda motor, mobil dan pesawat tidak lebih penting dari Tuhan itu juga benar, namun tidak berarti manusia tidak memerlukan sama sekali kendaraan tersebut. Demikian dalam menentukan pilihan "kendaraan" tersebut haruslah realistis sesuai dengan kemampuan, keadaan dan tujuannya.

Tuhan :

Bahwa Tuhan lebih penting dari agama itu benar, namun jangan sampai kita keliru menyembah Tuhan yang seharusnya. Misalnya ada sebagian manusia menuhankan uang, menuhankan jabatan, menuhankan sesama manusia, bahkan menuhankan kebebasan hidup itu sendiri. Dengan mengakui dan menyembah Tuhan yang benar maka kita akan takut berbuat dosa yang dapat merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain atau tidak merugikan sesama manusia tetapi melanggar aturan-Nya. Karena begitu beragamnya tingkat pengetahuan, kecerdasan dan pengalaman hidup manusia maka ada sebagian orang yang masih tidak mengakui akan adanya Tuhan. Ia tidak beragama dan tidak menyembah Tuhan yang manapun, yang ia tahu bahwa hidup hanyalah makan, sex dan mengikuti semua ego-nya, entah itu hiburan, perjalanan wisata atau hura-hura semata.

Setiap orang punya persepsi yang tidak sama atas Tuhan yang ia percaya dan diyakininya, ada yang mengatakan Tuhan itu Esa ada yang bilang Tuhan itu tiga, dan ada yang mengatakan Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan, namun juga ada yang bilang bahwa Tuhan itu punya bapak, ada pula Tuhan itu terlahirkan oleh manusia sekalipun tanpa bapak. Semua itu fakta dan setiap manusia bebas memilih dan meyakininya. Untuk menentukan pilihan yang paling baik dan paling benar itulah maka manusia membutuhkan "tuntunan tertulis" yang dapat dibandingkan satu dengan lainnya. Orang yang sportif dan kesatria selalu siap untuk suatu perbandingan guna menemukan pilihan terbaiknya. Apakah ada Tuhan yang salah, maka jawabannya tidak ada Tuhan yang salah, namun yang salah adalah persepsi manusia atas Tuhan yang telah dipilihnya. Sebagaimana hubungan manusia dengan uang, tidak ada uang yang salah, namun yang salah adalah perilaku manusia atas uang. Uang adalah benda mati yang netral, menjadi salah karena manusia menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, seperti perilaku mencuri, korupsi bahkan saling menipu dan saling membunuh untuk mendapatkannya, serta serakah tanpa mau berbagi kepada yang lemah dan membutuhkannya. Tuhan maha segalanya maka ia tidak pernah miskin karena banyak memberikan hal terbaik bagi hamba-Nya, bagaimana cara menyikapi Tuhan dengan benar itulah, maka manusia membutuhkan tuntunan yang disebut agama melalui Kitab Suci-Nya.

Agama :

Orang sekuler selalu memisahkan makna kata Tuhan dengan Agama. Bahwa Tuhan bukan agama dan agama bukan Tuhan itu benar, tetapi tidak berarti untuk mengenal Tuhan tanpa tuntunan sama sekali, karena tidak ada satu pun manusia mengenal Tuhan secara langsung berhadapan dengan Tuhan, bahkan para Nabi mengenal Tuhan pun melalui makhluk bernama Malaikat. Setiap tuntunan yang mengenalkan Tuhan adalah agama, namun tidak semua tuntunan yang mengenalkan Tuhan itu berasal dari Tuhan melain ada yang berasal dari "rekayasa manusia". Itulah pentingnya memilih agama (Kitab Suci, bukan Kitab palsu atau kitab abal-abal) sebelum memilih Tuhan yang bakal disembahnya. Agama yang baik adalah agama yang mengenalkan Tuhan melalui kitab tertulis yang bisa dibandingkan dengan kitab tertulis lainnya. Memahami kitab tertulis yang sama saja kadang beda persepsi, apalagi memahami antar kitab tertulis, terlebih jika ada agama yang tidak punya kitab tertulis maka akan sangat liar pemahamannya, karena tidak ada rujukannya. Kitab tertulis yang mengenalkan Tuhan yang pantas dan wajib untuk disembah oleh pengikutnya itulah disebut Kitab Suci. Kitab Suci benar-benar akan suci jika yang membuat adalah Tuhan melalui para Nabi, bukan dibuat oleh manusia biasa yang penuh khilaf dan dosa, apalgi kitab suci yang sering direvisi. Tuhan adalah Maha Sempurna, maka tidak akan mungkin membuat kitab suci yang cacat kemudian direvisi oleh hamba para pengikutnya. Jika ada kitab suci yang direvisi oleh manusia maka itu berarti manusia lebih pandai dari pada Tuhan yang disembahnya. Jika itu terjadi maka akan sangat aneh, mestinya Tuhan-lah yang wajib berterimakasih pada manusia yang telah menolong-Nya?

Pilihan :

Setiap manusia punya kebebasan dalam memilih, namun setelah memilih ia harus konsekuen terhadap pilihannya itu. Tidak ber-Tuhan atau Atheis saja dibolehkan bagi negara tertentu di tempat tertentu, apalagi sekedar beda agama. Dalam Islam berlaku prinsip "bagimu agamamu dan bagiku agamaku" ini menggambarkan ada peluang manusia dalam menentukan pilihan agamanya.

Ada cara yang baik dalam membandingkan agama yaitu : (1) Bandingkan agama melalui perbandingan antar Kitab Suci nya. Cara ini termasuk metoda telaah "konsep beragama" melalui Kitab Suci yang benar-benar suci. Silahkan bandingkan antar satu "konsep beragama" dengan "konsep beragama" yang lainnya, aantar satu kitab suci dengan kitab suci lainnya. (2) Jangan membandingkan agama melalui perbandingan antar pengikutnya, karena setiap pengikut suatu agama "pasti ada yang melakukan dosa", dan jika ada pengikut yang berdosa itu tidak berarti bahwa agamanya yang salah (3) Jangan memilih agama yang tidak punya Kitab Suci. Jika ada agama yag tidak punya kitab suci itu berarti aturannya bergantung kepada manusia yang mereka sebut "tokoh" dalam agamanya. Jangan sampai terjadi manusia bergantung kepada mansia, tetapi manusia bergantung kepada Tuhan. Bahwa manusia wajib kerja sama antara manusia itu karena perintah Tuhan melalui kitab sucinya bukan karena perintah manusia lewat karya tulisnya (karangannya). (4) Pilihlah kitab suci yang tidak ada kontradiksinya antar ayat-ayatnya (5) Pilihlah kitab suci yang tidak pernah direvisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun