Mohon tunggu...
Suheldina Krisniwana
Suheldina Krisniwana Mohon Tunggu... Buruh - Penulis Amatir

an ordinary woman who loves an ordinary man ~_^!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Kematian Bag. 2

3 Januari 2014   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


2013 (aku bukanlah cenayang, aku bukanlah orang yang suka dengan hal yang berbau ghaib..bahkan aku sendiri tak percaya santet meski berusaha mempercayai toh tetap saja otakku menolak....namun setiap kejadian yang ku lalui ada yang menyebut 'indigo?' sungguh terlalu karena mungkin aku hanya berilusi..dan yang pasti aku juga bukan SPIRITUALIST. Catatan ini hanya sepenggal kisah yang kualami bersama mereka yang pada masa hidupnya berkenan menjadi teman, sahabat, teman ngobrol, bahkan teman suntuk)

>>>YOur Smile....... !

Mbak Isti begitu aku memanggil seorang perempuan cantik yang sangat ramah di salah satu perusahaan tempatku bekerja saat masih  kuliah. . Dia salah satu sekretaris favorit di kantor karena selain ramah juga helpful. Setelah aku keluar dari perusahaan itu lama aku tidak bertemu namun sekali melongok di FB dan mencari teman-teman yang dulunya juga bekerja di sana maka suatu kesempatan ku add akun Isti Astuti. kelihatannya dia kurusan ya? aku bertanya pada seorang teman lama. Pertanyaanku terjawab dari cerita teman kalau yang membuat dia kurus adalah penyakit yang di deritanya. ketika aku berkunjung ke Jogja dan berusaha ke tempat aku kerja dahulu, sudah tidak kudapati senyumnya di sana. Ia telah pergi.

>>>>Kie, kalau dah beli rumah nanti Iwe di sana ya...

Iwe adalah panggilan untuk kakak perempuan dari ayah mertuaku. Ia harus rajin kontrol untuk memelihara jantungnya yang menurutnya sudah terganggu semenjak muda. Iwe adalah anak perempuan tertua di keluarganya. Tidak jarang sering bercerita tentang masa- masa remaja saat masih bersama Niang (Ibunya). Meskipun Iwe harus memakai Hearing-aid untuk mendengar cerita orang lain, itu tak menyurutkan semangatnya saat keluarga sedang berkumpul. Yang menjadi sedikit kebiasaan adalah kalau Iwe minta tolong pijat mesti tidak boleh kelihatan orang.  Iwe bilang bahwa dia tidak mau kelihatan lemah dan sakit. Terbukti memang bahwa setiap sore masih aktif membuat kue tradisional. Kadang aku  mampir sepulang kantor hanya ingin melihatnya membuat kue dan sedikit ngobrol. Menurutnya, meskipun Iwe pensiun sebagai guru, dia tidak mau berhenti  bekerja.iwe juga yang mengatakan bahwa sebaiknya aku punya rumah sendiri. Dalam hatiku: 'duit darimana beli rumah di denpasar?'

Semangat bekerjanya seperti Niang meski tak seberuntung dan secerdas Niang namun patut dicontoh. Namun semangat itu memudar saat pertama Iwe dirawat di RS Sanglah. Aku melihatnya pasrah, tak berdaya, menyerah. Dari titik itu, kesehatannya tak pernah kembali. Walaupun segala usaha dilakukan untuk mengembalikan kondisinya yang semakin rapuh, iwe tidak juga membaik. Kondisinya menurun secara drastis. Terakhir aku melihatnya terbujur kaku pada hari akan dilaksanakan upacara Ngaben di Karangasem. Hari itu aku menatapnya lama. Hari itu aku teringat mimpi yang sampai detik ini aku masih mengingat DETAILnya dengan jelas yang bagiku seperti nyata. Siapakah Perempuan itu Iwe? dalam mimpi itu aku tidak jelas melihat wajahnya meski dari belakang bisa kutahu siapa dia.......kenapa ia begitu membuatmu menderita?

>>>>>Mbak Din Sudah maem.......?

Jilbabnya yang biru tua membuat wajahnya bersinar cerah. Saat itu sepulang dari perpustakaan. Dia bilang akan segera selesai Tugas akhirnya dan itu berarti tak lama lagi akan memesan tiket pulang ke Indonesia. Leganya!!! begitu kira-kira dia bilang. Teman sekamarnya si penikmat Teh dan menurutku raut wajahnya jauh lebih muda dari usianya sering membuatkan aku minum. "maem yok mbak....!" dia tahu betul penyakit maag ku yang kronis, makanya sering ngajak makan dan kalau menunya sudah ayam goreng maka dialah tukang menguliti tuh ayam dan amazing dia juga menghabiskan bagian yang tidak aku suka itu. Jika daku tidak sedang berkunjung maka pastilah nongol di YM dan berteriaakkk : OIIII mbak Din...udah maemmm? kalau daku ga cepat jawab maka di buzzzz berkali kali sampai bergetar laptopku. Ketika masih tinggal di Hall aku pertama kali bermimpi buruk dan mimpi itu seolah menghantuiku sehingga aku kadang terlalu menghawatirkan IBU-IBU yang lain :

1. Tukang makan OLIVE : berjilbab, punya anak 3, manis, aku memanggilnya mbakk Is. Aku khawatir kalau dia sudah kena VERTIGO dan sakit kepalanya itu. Aku takut jika dia yang pergi seperti dalam mimpiku.Senang melihatnya ke Bali dan pernah kita jalan bersama di Denpasar dalam acara Pelatihan katanya. Aku ingin dikau sehat terus mbak.

2. Mami Een. Aku khawatir juga sama dia ini. Meski tak pernah mengeluh sakit tapi dia waktu berangkatnya sehabis melahirkan. Dan doyan begadang. kalau malam jarang tidur karena download film :) Jilbabnya yang mulai modis sedikit kusuka perubahan gayanya itu. Nampak makin muda :P

3. Mbak Rien. Mengaku Gemuk tapi sebenarnya tidak demikian. Suka masak dan ya ampun pertama datang ke J Adam Hall, dia ini bawa masakan JAWA timuran nampak seperti bakul sayur tetapi ludes diserbu oleh teman teman dari Indonesia. Aku khawatir karena dia ini juga punya keluhan sekitar perut. pernah waktu di Indo, tiba tiba kutelpon dan aku nyerocos seperti ahli gizi menasehatinya apa yang boleh dan tidak boleh dimakan. Mungkin dia berpikir aku aneh tapi ga apa.

4. Penikmat Teh : apa yang kukhawatirkan darinya? Keseringan minum Teh yang membuatku kadang cemas. Pernah Dia cerita tentang Ibunya yang mengidap sirosis. waktu itu membuatku cemas padanya.

5. Diriku sendiri. Aku yang sakit sakitan kadang merasa itu akhir dari hidupku.

6. Chantey. Aku tidak khawatir dengannya. Aku juluki SUPERWOMAN.

Chantey itulah sebutan di YMku. Kadang Ia curhat tentang keluarga : ayah, ibu, dan adiknya.  Ketikan Ia memutuskan untuk menikah meski tak hadir saat pernikahannya, daku berharap Ia selalu bahagia. Jilbabnya masih Biru tua ketika terakhir mentraktirku makan di dekat kantornya di Senayan. Ada janin di perutnya, dan itu membuatnya tambah cantik! kebahagiaan melengkapi hidupnya.

Namun kebahagiaan itu singkat karena ginjal di tubuhnya hanya berfungsi 5% saja. Berita itu seperti mengunci otakku.  Perjalanan sakitnya tak begitu lama, tapi kisahnya yang masih berada di dalam diriku saat saat terakhir hidupnya ketika aku ke rumahnya masih di sini. Sampai detik ini aku belum mengunjungi Pusaranya. Sampai Detik ini aku masih mengunjungi halaman Facebooknya hanya ingin melihat Foto Profilnya dengan Jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun