Mohon tunggu...
Ayyash Ibnu Sofian
Ayyash Ibnu Sofian Mohon Tunggu... -

Aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat MADANI \r\n\r\n\r\nBergerak tuntaskan perubahan!\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

“Prevoir” Bahasa Indonesia ditengah Arus Globalisasi

13 September 2012   15:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:31 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ironi negeri ini ketika masyarakatnya berbondong-bondong untuk menguasai bahasa Asing daripada bahasa sendiri. Hal ini dapat dibuktikan semakin maraknya pengguna bahasa indonesia yang lebih mengapresiasi  jika seseorang pandai dalam menggunakan bahasa asing, namun tak dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mengedepankan rasa malu ketika tak pandai berbahasa asing bukanlah perkara yang salah, namun alangkah baiknya jika sebagai warga negara yang baik menyelaraskan kemampuan dalam menggunakan bahasa indonesia dengan bahasa asing.

Tanpa disadari,  masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan istilah-istilah dalam bahasa asing, dibandingkan menggunakan istilah-istilah dalam bahasa indonesia dengan baik dan benar. Padahal, istilah-istilah tersebut telah ada padanannya dalam kamus besar bahasa indonesia.  Hal ini menunjukkan bahwa istilah-istilah dalam bahasa indonesia tidak begitu populer dengan warganya sendiri. Salah satu yang menjadi faktor penyebabnya adalah minimnya koleksi kamus besar bahasa indonesia edisi terbaru. Dibandingkan dengan koleksi kamus-kamus bahasa asing yang jumlahnya mungkin tak terhitung. Dapat disimpulkan minat masyarakat dalam mempelajari bahasanya tersendiri sungguh memprihatinkan. Apabila hal ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin keberadaaan bahasa indonesia di tanah air sendiri dapat terancam punah.

Peran pemuda dalam melestarikan bahasa Indonesia

Menurut Garvin dan Mathiot, kesetiaan terhadap bahasa tertentu sangat dipengaruhi oleh faktor kebanggaan (pride) terhadap bahasanya. Militansi terhadap bahasa sendiri sangat ditentukan oleh prestise yang dimiliki.

Kecenderungan masyarakat lebih memilih untuk menggunakan bahasa asing dibandingkan bahasa Indonesia adalah salah satu bentuk penegasan lain bahwa masyarakatnya sendiri menganggap minimnya prestise bahasa Indonesia.

Di tengah-tengah mendunianya bahasa asing kedudukan bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan begitu saja. Dengan segala kerumitan variasi bahasa Melayu/ Indonesia telah membakar semangat bangsa Indonesia pada masa pergerakan untuk merumuskan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan ditengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ditilik dari perjalanan sejarahnya maka bahasa Indonesia sangat identik dengan sikap nasionalisme bangsa Indonesai dari dahulu hingga sekarang.

Peran pemuda dalam melestarikan bahasa Indonesia menjadikan bahasa sebagai “benang merah”. Sebagai sarana pemersatu bagi bangsa Indonesia menghadapi dan hidup berdampingan dengan damai di lingkungan dunia yang penuh dengan globalisasi, dengan tetap berpegang teguh pada nasionalisme bahasa Indonesia. Jadi penggunaan Bahasa Asing yang identik dengan bahasa globlisasi dapat dipersatukan dengan Bahasa Indonesia sebagai perwakilan nasionalisme bangsa Indonesia. Karena bila dikaitkan antara keduanya ada hubungan saling keterkaitan dan saling menguntungkan

Di tengah derasnya arus globalisasi, eksistensi bahasa indonesia sebagai bahasa tanah air perlahan-lahan mulai terancam. Jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara indonesia. Hal ini sebagai,langkah preventif sejak dini. Pengaruh yang begitu besar yang diberikan oleh negar-negara lain dimana batas negara sudah tak dapat dipastikan.

Kecendrungan global harus dibalik menjadi kekuatan dan kecendrungan glokal. Globalisasi harus disikapi menjadi glokalisasi dalam konteks perkembangan dan pengmebangan bahasa. Sejatinya, banyak nilai lokal yang dapat digali dari kultur lokal.

Membangun sikap berbahasa yang baik iniliah yang menjadi fokus utama Tanpa sikap berbahasa yang baik dan benar dan rasa nasionalisme yang mengakar, mustahil bahasa Indonesia dapat bertahan dalam arus globalisasi. Bahasa Indonesia yang tidak baik, niscaya menjadi ancaman sekaligus prevoir (pengingat) bagi budaya dan masyarakat Indonesia yang tidak kukuh pula.

*Dina Fauziah

Aktivis Badan Perwakilan Mahasiswa Sampoerna School of Education

Humas KAMMI MADANI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun