Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Singkat Tantangan Generasi Milenial Indonesia

8 Agustus 2019   12:56 Diperbarui: 8 Agustus 2019   13:24 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita membiarkan kaum milenial Indonesia manja (budaya non produktif hasilkan devisa negara) dan tidak paham akan tantangan produktivitas, kreativitas, dan inovasi serta marketing ke depan, maka kaum milenial akan menjadi budak bangsa asing, apakah dia sebagai Ketua Simpul Massa dan tokoh, Bupati, Gubernur atau Presiden di Indonesia, pasti bisa berpeluang besar menjadi budak/kacung asing kalau tidak mengerti konsep dan realisasi NASIONALISME & BERDIKARI INDONESIA serta realisasi EKONOMI PANCASILA dan UUD 1945 yang ASLI.

Kegamangan kita selama ini, kaum milenial sangat minim wawasan Nasionalisme dan Kebangsaan Indonesia, termasuk lemah dalam Hankamrata (Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta) dan Bela Negara dalam pengertian yang sebenarnya sesuai amamat Founding Fathers Indonesia dalam Konstitusi UUD 1945 yang ASLI (bukan UUD'45 Versi 2002 hasil Amandemen) dan Pancasila.

Terbukti banyaknya kaum milenial selama ini yang menjadi alat permainan politik yang diombang ambingkan sebuah konspirasi pihak asing dalam target sasaran grand design idiologi mereka. Kaum milenial harus mampu mengurai serta menterjemahkan terwujudnya sebuah simpul massa pemuda milenial dari mana dan untuk apa sebuah simpul massa diwujudkan serta grand design apa yang ada didalamnya sehingga kaum milenial Indonesia tidak menjadi ajang pemanfaatan dan permainan dalam segala cara dari pihak asing.

Kaum milenial saat ini, tidak boleh TERLENA dengan kenyamanan hidup seperti saat ini. Kualitas moral dan akhlak serta agama perlu ditingkatkan jauh lebih baik dari kualitas para orang tuanya dan kakek-neneknya dahulu dalam menghadapi kerumitan dan kemajuan tantangan masyarakat dunia kedepan. Oleh karena itu, kaum milenial wajib membaca buku buku dan referensi sejarah dari berbagai tokoh Nasional.

Kaum milenial Indonesia jangan hanya menjadi alat permainan dari bangsa asing, akan tetapi kaum milenial Indonesia harus segera mengambil peranan turut serta bermain kreatifitas dan produktifitas industri yang berdaya saing tinggi pada tingkat dunia. Tentu sejak hari ini seharusnya sudah dimulai.

Pemerintah yang terlalu fokus hanya pembangunan infrastruktur, tentu akan ketinggalan dari bangsa lain dan infrastruktur yang dibangun sekarang jangan hanya menjadi alatnya para bangsa asing untuk mengeduk SDA Indonesia. Sebaiknya Indonesia segera membangun sektor Ekonomi dan Infrastruktur secara serentak simultan terukur. 

Industri dari luar yang akan kita lawan dan pasti merangsek masuk didalam negeri sendiri adalah hasil produksi dari aneka Industri Pabrikasi Robotic presisi tinggi dan efisiensi tinggi baik makanan, kebutuhan dan kenyamanan hidup lainnya. Bagaimana dengan Indonesia saat ini dan mendatang?

Mampukah mengambil peranan didalam kancah pertarungan kreatifitas dan realisasi produktifitas dalam daya saing tertinggi? Lalu bagaimana budaya manja hanky penky (high cost economy) bidang produksi dalam semua sektor Industri Indonesia untuk menghadapinya?

Diperlukan sebuah tekad kemampuan manajerial Pemerintah dan Swasta yang bersatu berpadu dalam menggalang sinergi pembangunan Ekonomi Nasional dalam sebuah keseriusan perencanaan matang realisasi membangun bangsa dan Negara Indonesia dalam mengisi Kemerdekaan Indonesia.(Ashwin Pulungan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun