Penulis sependapat dengan cara dan gaya Menko Rizal Ramli mengingatkan beberapa Menteri Kabinet Kerja agar beberapa proyek tidak mengalami over optimistis terhadap rencana kerja mereka masing-masing sehingga bisa merugikan seluruh rakyat Indonesia dan juga merugikan keuangan Negara. Didalam sebuah tim kerja apalagi sebuah kabinet Negara, sangat diperlukan saling koreksi dan saling ingat mengingatkan sehingga tim kerja itu benar-benar bisa menuju capaian kerja yang selaras dengan kehendak seluruh rakyat Indonesia. Penulis sangat yakin Rizal Ramli bukanlah tipe Menteri yang menganggap jabatannya sebagai hal yang hebat dan merupakan rezeki besar, dia adalah tipe yang berbeda dengan banyak Menteri yang ada pada lingkungannya yang sekarang, Menko Rizal Ramli tentu ingin membantu Presiden Jokowi untuk mengarahkan perjalanan Kabinet Kerja agar tetap on the track sesuai arah yang diinginkan seluruh rakyat Indonesia. Wajar saja diantara para Menteri ada interaksi budaya saling mengkoreksi dan saling ingat mengingatkan namanya saja satu tim kerja Kabinet.
Menko Kemaritiman dan Sumber Daya yang dipercayakan kepada Rizal Ramli, sebenarnya semua Menteri harus berterima kasih ada teman yang berani dan mau menyampaikan koreksi atas sebuah rencana pada masing-masing Menko yang dipandang bisa merugikan keuangan Negara kedepan. Disamping Rizal Ramli memprotes rencana pembangunan listrik 35.000 MW, Rizal pun mengkoreksi tentang pembelian sebanyak 30 pesawat terbang A350 (berharga ±Rp.3,8T/pesawat) dari Amerika Serikat untuk PT.Garuda Indonesia, dipandang RR akan merugikan keuangan Negara kedepan, yang membuat Menteri Rini Soemarno agak marah tanpa dasar dengan modal berpikir negatif kepada Rizal Ramli, padahal maksud Rizal adalah dengan niat dan bertujuan baik dan itu masih dalam bidang wilayah jabatannya. Mengapa para Menteri ber pola pikir negatif kepada Rizal Ramli yang bertujuan dan ingin menghidupkan budaya saling koreksi diantara para Menteri Kabinet Kerja ? Sebaiknya semua Menteri menerima dengan positif kehadiran Rizal Ramli (RR) yang ingin menghidupkan budaya saling ingat mengingatkan dalam sebuah tim Kabinet. Ada yang menulis dan mengatakan sebaiknya RR mengkoreksi didalam forum Kabinet saja dan jangan diluar Kabinet. Justru untuk sebuah keterbukaan dan transparansi, nilai demokrasi kepada seluruh rakyat, Rizal Ramli menyampaikannya dan itu juga karena ditanyakan oleh para wartawan. Kalau didalam Kabinetpun disampaikan koreksi itu, tentu akhirnya akan terbuka juga nantinya.
Sikap tak pantas Wapres Jusuf Kalla pada Menteri Koordinator Rizal Ramli terjadi dan sangat disayangkan mengapa JK selevel Wapres RI bisa terpancing ketika ditanya wartawan protes RR 35.000 MW dan berkata menuding pribadi Rizal Ramli : “Tentu sebagai menteri, harus pelajari dulu sebelum berkomentar. Memang tidak masuk akal, tetapi menteri harus banyak akalnya. Kalau kurang akal, pasti tidak paham itu memang. Itu kalau mau 50.000 megawatt pun bisa dibuat,” kata JK, Selasa (18/8/2015). Kalimat "Menteri kurang akal" yang ditujukan kepada Rizal Ramli yang di lontarkan Wapres JK inilah yang membuat Rizal Ramli berani berkata menantang JK diskusi terbuka saja dipublik, agar semua tahu siapa yang benar dan salah atau siapa yang berakal dan tidak berakal sebenarnya. Sebaiknya JK sebagai Wapres berkata sebagai sosok yang lebih diatas dan memiliki sikap mengayomi semua Menteri dan jangan mudah terpancing dengan berbagai pertanyaan dari para wartawan yang memang sengaja suka memancing. Taktik dan Strategi diwawancarai juga harus diketahui dan dipahami oleh orang selevel JK.
Penulis berharap kepada semua Menteri Kabinet Kerja, janganlah terpancing kepada semua pertanyaan wartawan, karena banyak pertanyaan wartawan yang disengaja menjebak kearah friksi dan perseteruan. Semua Menteri hendaknya memiliki taktik dan strategi dalam menjawab setiap pertanyaan para wartawan. Selanjutnya terimalah kehadiran Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli dengan hati tulus dengan pola pikir yang positif agar tercipta kebersamaan dan budaya saling ingat dan mengingatkan untuk mensolusi berbagai permasalahan kenegaraan dalam mencapai tujuan bagi mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Waspadalah kepada strategi konspirasi Liberalisasi Kapitalisme yang sedang berproses mencengkram di Indonesia. (Ashwin Pulungan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H