Wajah lama Kompasiana ternyata lebih bersahabat dengan para penulis serta pembaca dan itu merupakan ciri khas yang sangat menarik dan menawan untuk wajah Kompasiana dalam jangka panjang. Entah apa yang mempengaruhi para admin dan para pendiri Kompasiana saat ini, sehingga merombak total wajah Kompasiana kepada wajah yang sangat baru sama sekali dan menghilangkan citra perwajahan yang sangat bersejarah yang telah dibina Kompasiana dalam jangka yang cukup panjang dan bahkan sudah menjadi trend dan branding wajah Kompasiana dibanyak memori para pengunjung Kompasiana selama ini. Sangat disayangkan wajah yang sudah membranding itu, ditinggalkan begitu saja oleh para pemutus di Kompasiana. Â
Saya memiliki tulisan di Kompasiana ini bahkan sudah mencapai hampir tiga ratusan tulisan, ada beberapa tulisan saya yang hilang serta jawaban komentar dari saya untuk para komentator juga menjadi hilang pada beberapa tema dalam judul tulisan. Saya berharap agar admin Kompasiana bisa segera mengembalikan kembali komentar para komentator dan jawaban komentar penulis yang tentunya diperlukan oleh masing-masing para komentator disetiap tema tulisan.
Disamping akses tampilan wajah baru Kompasiana secara keseluruhan yang sangat lamban (lelet) dan tidak bertenaga, sangat banyak kekurangan yang mendasar  dengan wajah baru ini diantaranya adalah :
1.    Para penulis tidak mendapatkan informasi tentang sudah berapa banyak tulisan yang telah di publish selama beberapa waktu ini,
2.     Setiap tulisan pada wajah baru, tidak ada tampilan yang jelas sudah berapa pembaca yang membaca tulisan, selanjutnya tidak ada lagi angka banyaknya para komentator pada setiap tulisan, selanjutnya angka penilai sebuah tulisan juga menghilang,
3.     Selanjutnya, tidak samanya jumlah tulisan dengan angka yang ditampilkan, artinya ada tulisan yang hilang secara misterius, atau kemampuan teknis para IT di Kompasiana tidak piawai yang dengan serampangan merusak informasi data tulisan yang sudah disumbangkan para penulis kepada Kompasiana selama ini. Ini jelas sangat merugikan para penulis yang sudah mau secara ikhlas menyumbangkan himpunan tulisan mereka di Kompasiana ini,
4.     Semua link tulisan yang telah disisipkan oleh para penulis selama ini, menjadi tidak terhubung sama sekali karena alamat link tulisan di Kompasiana sudah kembali berubah mengikuti versi alamat tulisan pada wajah baru,
5.     Kalau kita masuk pada bidang tampilan tulisan, format lebar bidang tulisan sangat sempit, sehingga tulisan menjadi sangat memanjang kebawah yang sangat merepotkan para pembaca untuk melakukan scroll berkali-kali kebawah tulisan. Berbeda ketika pada wajah lama, kita sebagai pembaca tulisan hanya sekali atau dua-tiga kali saja melakukan scroll untuk membaca keseluruhan tulisan. Hal ini bisa terjadi karena bidang tampilan tulisan lebih lebar dan wajah lama Kompasiana terlihat sangat mengutamakan tampilan tulisan untuk para penulis. Kami para penulis sebenarnya sangat menggemari wajah lama Kompasiana tanpa mengklik rubrik sudah bisa masuk langsung dalam pilihan rubrik,
6.     Pada beranda wajah baru, kita harus berkali-kali menscroll hanya untuk melihat judul tulisan dan ini sangat meletihkan para pembaca Kompasiana,
7.     Banyak lagi yang harus kami sampaikan sebagai penulis Kompasiana untuk sementara ini saja dahulu.
Kelebihan dari wajah lama Kompasiana adalah :
1.     Informasi data tulisan para penulis sudah sangat lengkap dan terkadang karena pihak IT Kompasiana masih memperbaiki, terkadang ada korup angka banyaknya para pembaca serta tidak samanya jumlah komentator tulisan dengan angka jumlah pembaca,
2.     Tampilan bidang tulisan artikel lebih lebar sehingga secara psikologis, Kompasiana lebih mengutamakan dan menghargai tulisan para penulis dari pada informasi judul tulisan atau rencana bidang iklan. Pada wajah baru Kompasiana, sangat terlihat Kompasiana mempersempit bidang tulisan sehingga memperpanjang tulisan kebawah dan memperbanyak scroll bagi pembaca, artinya secara psikologis, Kompasiana sudah tidak menghargai lagi para penulis dan tulisan sedang disiasati hanya untuk popularitas dan rencana komersialisasi Kompasiana belaka,
3.     Pada wajah lama Kompasiana, kita bisa secara langsung memasuki bidang rubrik dan mempersingkat capaian tujuan pembacaan tulisan. Sedangkan pada wajah baru kita dipaksa untuk mengklik judul Rubrik dahulu, pilih temanya lalu masuk pada rubrik pilihan yang memakan waktu sangat panjang,